CARA MEMBAGI HEADER BLOGSPOT

CARA MEMBUAT HEADER MENJADI 2 KOLOM

Biasanya pada bloger bawaan yang di sediakan itu hanya satu header, terus gimana mengakalinnya agar menjadi 2 header?
Begini petunjuknya


1.       Masuk ke akun blog saudara
2.       DASHBOARH >> DESIGN >> Edit html >> centang kotak “Expand widget temple
3.       Dengan menggunakan tombol F3 pada keyboard, cari kode ini yang bercetak tebal merah di bawah ini...
                       

               .header-outer { background: $(header.background.color) $(header.background.gradient) repeat-x scroll 0 -400px;}

   Selanjutnya ganti semua kode yang diatas,(baik warna merah maupun yang hitam)dengan kode di bawah ini...
         
          .header-outer {
background: $(header.background.color) $(header.background.gradient) repeat-x scroll 0 -400px;
_background-image: none;min-height: 154px; /* untuk mengatur tinggi header (height) */} 
#header {
width: 45%; /* untuk mengatur lebar header kiri - title, description, image */
margin-right: 10px;float: left; }
#bgsGR_headerkanan {
float: right;
width: 49%; /* mengatur lebar header kanan */
margin: 20px 10px 5px 10px;
padding: 2px;}
#bgsGR_headerkanan .widget {margin: 3px;}


         PROSES SELANJUTNYA

       1. Cari lagi kode di bawah ini dengan tombol F3 di keyboad
              <div class='region-inner header-inner'>

        2. selanjutnya tambahkan kode tersebut (yang baru di cari tadi) dengan kode baru yang diletakan 
            di sampingnya,

            kode itu adalah,....
                              <b:section class='bgsGR_headerkanan' id='bgsGR_headerkanan' maxwidgets='1' showaddelement='yes'></b:section>

         Sehingga hasilnya seperti ini : 
             
                             <div class='region-inner header-inner'><b:section class='bgsGR_headerkanan' id='bgsGR_headerkanan' maxwidgets='1' showaddelement='yes'></b:section>




........SAVE,,,,,,, DAN LIHAT HASILNYA
            



      KETERANGAN : untuk yang berwarna merah, merupakan kode tambahannya
                                  













MEMBUAT LINK MENARIK

MEMBUAT LINK KITA MENJADI BERWARNA PELANGI KITA CRUSER MELINTAS

Tutorial kali ini saya akan membahas bagaimana membuat link kita berkedip berwarna pelangi ketika cruser mouse kita melintas pada link tersebut...

BERIKUT CARANYA....


  1.       Masuk ke akun blog saudara
    2. DASHBOARH >> DESIGN >> Add widget>> HTML java scrip
    http://sikkahoder.blogspot.com/
    tambag gadget


     




    3. Copy kodE di bawah dan paste dalam ruangan HTML tadi

    <script src="https://sites.google.com/site/tutorialcursorsparkle/rainbow.user.js" type="text/javascript">
    /***********************************************
    http://jombinabelog.blogspot.com/
    ***********************************************/
    </script>

    4. Selanjutnya anda dapat save dan lihat hasilnya....




MAKALAH KEJANG DEMAM



MENGENAL KEJANG DEMAM
http://sikkahoder.blogspot.com/2012/04/faktor-penyebab-dan-perjalanan-penyakit.html
GAMBAR KEJANG DEMAM

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya.1,2,7
B.        Tujuan
Tujuan dibuatnya laporan tugas mandiri ini adalah untuk mengetahui secara jelas anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang harus digunakan, etiologi, epidomologi, patofisiologi, diagnosis differential, penatalaksanaan, prognosis pada anak kejang demam.

 BAB 2
2.1 Anamnesis
Dari anamnesis ditanyakan:
  • Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab kejang di luar SSP.
  • Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
  • Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga (kakak-adik, orangtua).
  • Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang yang lain.2,7
2.2 Pemeriksaan
2.2.1 Pemeriksaan fisik
Pada kejang demam sederhana, tidak dijumpai kelainan fisik neurologi maupun laboratorium. Pada kejang demam kompleks, dijumpai kelainan fisik neurologi berupa hemiplegi, diplegi. Dari pemeriksaan fisik dan neurologis. Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial, dan tanda infeksi di luar SSP. Pada umumnya tidak dijumpai adanya kelainan neurologis, termasuk tidak ada kelumpuhan nervi kranialis.
Pemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut :
1)      Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.
2)      Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun-ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural.
3)      Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
4)      Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
5)      Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.1,2,4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
tidak dilakukan secara rutin, namun untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan:
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis, dianjurkan pada:
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:
Penatalaksanaan saat kejang:

Antipiretik
Anti kejang
Diagnosa
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulang ya kejang demam adalah:
Edukasi pada orang tua
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara diantaranya:
Pencegahan dan pendidikan
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah:
Faktor risiko kemungkinan menjadi epilepsi adalah:
PEMERPEP

2.2.2 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
tidak dilakukan secara rutin, namun untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain. Pemeriksaan yang dapat dikerjakan adalah pemeriksaan darah perifer, elektrolit dan gula darah.
Darah
§  Glukosa Darah            :           Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang  (N < 200 mq/dl)
§  BUN     :     Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
§  Elektrolit     :    K, Na
o   Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
o   Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
o   Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
§  Ureum/ kreatinin : dapat maningkatkan resiko timbulnya aktivitas kejang
§  Kadar obat dalam serum : untuk membuktikan batas obat anti konvulsi yang terapeutik.6,7

Pungsi lumbal
Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut:
·   Bayi kuang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.
·   Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan.
·   Bayi >18 bulan tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.6
Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi (usia < 12 bulan) karena gejala dan tanda meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak. Pada kejang demam pertama di usia antara 12-18 bulan, ada beberapa pendapat berbeda mengenai prosedur ini. Berdasar penelitian yang telah diterbitkan, cairan serebrospinal yang abnormal umumnya diperoleh pada anak dengan kejang demam yang :
·         Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)
·         Mengalami complex partial seizure
·         Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya)
·         Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat)
·         Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal.
·         Kejang pertama setelah usia 3 tahun
Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.
Elektroensefalografi (EEG)
Pada pemeriksaan EEG didapatkan gelombang abnormal berupa gelombang-gelombang lambat fokal bervoltase tinggi, kenaikan aktivitas delta, relatif dengan gelombang tajam. Perlambatan aktivitas EEG kurang mempunyai nilai prognostic, walaupun penderita kejang demam kompleks lebih sering menunjukkan gambaran EEG abnormal. EEG juga tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, atau memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam.  Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikata pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal).1,2,7
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atai MRI jarang sekali dikerjakan
untuk kejang demam sederhana, tidak rutin dan tidak berguna, tapi dapat dipertimbangkan pada kejang demam berulang dan kejang demam kompleks atau atipik terutama yang memiliki defisiensi neurologis sebelum terjadinya kejang demam seperti kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papiledema.
2.3 Diagnosis
2.3.1  Working Diagnosis
Kejang Demam Sederhana
Definisi
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38 derajat celcius atau lebih suhu rektal. Kejang terjadi akibat loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuron sekitarnya atau dari substansia grasia ke substansia alba yang disebabkan oleh demam dari luar otak.
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara. Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 6 bulan dan 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Kejang demam dibagi atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam kompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang dalam 24 jam. Pada kejang demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali dalam 24 jam.1,2
Klasifikasi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Belum jelas, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor keturunan/genetik. Berikut gejala Kejang demam.  Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:
1.      Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure),
dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:
·         Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
·         Kejang umum tonik dan atau klonik
·         Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam
·         Terjadi pada usia 6 bulan-4 tahun
·         Umunya berhenti sendiri dan pasien segera sadar
·         Kejang timbul pada 16 jam pertama setelah timbulnya demam
·         Tidak ada kelainan neurologi sebelum & setelah kejang
·         Frekuensi kejang kurang dari 4x dalam 1 tahun
·         Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tak menunjukkan adanya kelainan

2.      Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut:
·         Kejang lama, > 15 menit
·         Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
·         Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam1,2,7
2.3.2 Diagnosis Banding
 Meningitis Bakterialis
Definisi
Meningitis Bakterialis adalah peradangan pada meningen (selaput otak) yang disebabkan oleh bakteri.Meningitis paling sering menyerang anak-anak usia 1 bulan- 2 tahun. Lebih jarang terjadi pada dewasa, kecuali mereka yang memiliki faktor resiko khusus. Wabah meningitis meningokokus bisa terjadi dalam suatu lingkungan, misalnya perkemahan militer, asrama mahasiswa atau sekumpulan orang yang berhubungan dekat.



Etiologi
Bakteri yang menjadi penyebab dari lebih 80% kasus meningitis adalah Neisseria meningitides, Hemophilus influenza, Streptococcus pneumoniae. Ketiga jenis bakteri tersebut, dalam keadaan normal terdapat di lingkungan sekitar dan bahkan bisa hidup di dalam hidung dan sistem pernafasan manusia tanpa menyebabkan keluhan.Kadang ketiga organisme tersebut menginfeksi otak tanpa alasan tertentu.
Pada kasus lainnya, infeksi terjadi setelah suatu cedera kepala atau akibat kelainan sistem kekebalan.Resiko terjadinya meningitis bakterialis meningkat pada penyalahguna alcohol, telah menjalani splenektomi (pengangkatan limpa), penderita infeksi telinga dan hidung menahun, pneumonia pneumokokus atau penyakit sel sabit. Bakteri lainnya yang juga bisa menyebabkan meningitis adalah Escherichia coli (dalam keadaan normal ditemukan di dalam usus dan tinja) dan Klebsiella. Infeksi karena bakteri ini biasanya terjadi setelah suatu cedera kepala, pembedahan otak atau medula spinalis, infeksi darah atau infeksi yang didapat di rumah sakit; infeksi ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan. Penderita gagal ginjal atau pemakai kortikosteroid jangka panjang memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderit meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria.
Gejala Klinis
Demam, sakit kepala, kaku kuduk, sakit tenggorokan dan muntah (yang seringkali terjadi setelah kelainan sistem pernafasan), merupakan gejala awal yang utama dari meningitis. Kaku kuduk bukan hanya terasa sakit, tetapi penderita tidak dapat atau merasakan nyeri ketika dagunya ditekuk/disentuhkan ke dadanya.Penderita dewasa menjadi sangat sakit dalam waktu 24 jam, sedangkan anak-anak lebih cepat. Anak yang lebh tua dan dewasa dapat menjadi mudah tersinggung, linglung dan sangat mengantuk. Bisa berkembang menjadi stupro, koma dan akhirnya meninggal.
Infeksi menyebabkan pembengkakan jaringan otak dan menghalangi aliran darah, sehingga timbul gejala-gejala stroke (termasuk kelumpuhan). Beberapa penderita mengalami kejang. Sindroma Waterhouse-Friderichsen merupakan infeksi oleh Neisseria meningitidis yang berkembang dengan cepat, dengan gejala berupa diare hebat, muntah, kejang, perdarahan internal, tekanan darah rendah, syok, yang seringkali berakhir dengan kematian. Pada anak- anak yang berusia sampai 2 tahun, meningitis biasanya menyebabkan demam, gangguan makan, muntah, rewel, kejang dan menangis dengan nada tinggi (high pitch cry). Kulit diatas ubun-ubun menjadi tegang dan ubun-ubun bisa menonjol. Aliran cairan di sekeliling otak bisa mengalami penyumbatan, menyebabkan pelebaran tengkorak (keadaan yang disebut hidrosefalus). Bayi yang berusia dibawah 1 tahun tidak mengalami kaku kuduk.
Ø  Ensefalitis
Definisi
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. Patogenesis Ensefalitis Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara: Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf. Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat. Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.
Etiologi
Penyebab terbanyak adalah virus seperti Herpes simplex dan Arbo virus sedangkan yang Jarang biasanya Entero virus, Mumps, Adeno virus. Ensefalitis supuratif akut :
Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokokokus, E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum. Ensefalitis virus: Virus yang menimbulkan adalah virus RNA (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes Zoster,varisela,Herpes simpleks,variola.


Gejala Klinis
Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy , kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen. Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan, pendengaran ,bicara dan kejang.
Ø  Abses Otak
Definisi
Abses otak adalah penumpukan nanah di otak. Biasanya tumpukan nanah ini mempunyai selubung yang disebut kapsel. Tumpukan bisa tunggal atau terletak beberapa tempat di otak. Abses otak timbul karena ada infeksi pada otak. Infeksi ini bisa berasal dari bagian tubuh lain, menyebar lewat jaringan secara langsung atau melalui pembuluh darah. Infeksi juga dapat timbul karena ada benturan hebat pada kepala, misalnya pada kecelakaan lalu lintas.
Etiologi
Bakteri yang paling sering menyebabkan abses otak adalah dari golongan streptococci, kebanyakan bakteri ini tidak membutuhkan oksigen dalam hidupnya (anaerobik). Bakteri streptococci ini seringkali berkombinasi dengan bakteri anaerobik lainnya, seperti bacteroides, propionibacterium, dan proteus. Beberapa jenis bakteri lainnya pun mempunyai potensi untuk menimbulkan abses otak. Jamur juga dapat menjadi penyebab abses otak. Beberapa jenis jamur yang berperan terhadap pernanahan ini antara lain candida, mucor, dan aspergillus.
Gejala Klinis
Gejala klinis abses otak antara lain nyeri kepala, demam, muntah atau kesadaran menurun. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kaku kuduk, kejang, kelumpuhan sebelah badan, serta tanda-tanda peningkatan tekanan dalam kepala. Kadang kala ditemukan infeksi pada bagian tubuh lain, misalnya pada telinga tengah, tulang mastoid, sinus, paru-paru, atau jantung, yang dicurigai sebagai sumber pernanahan.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan sel darah putih dan peningkatan laju endap darah (LED). Cairan otak yang diambil lewat ruas tulang belakang bagian pinggang (Pungsi Lumbal) memperlihatkan tekanan yang tinggi, jumlah protein yang lebih dari normal, tetapi kadar klorida dan glukosa masih dalam batas normal. Pada pemeriksaan scan kepala, tampak bayangan dengan kepadatan rendah, terutama di pusat bayangan, dan terlihat cincin yang menggambarkan kapsel abses.7

2.4 Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2 – 4 % dari populasi anak 6 bulan sampai 5 tahun. 80 % adalah kejang demam sederhana sedangkan 20 % kasus adalah kejang demam kompleks. 8 % berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ). 16 % berulang dalam waktu 24 jam. Kejang pertama terbanyak di antara 17 – 23 bulan. Anak laki – laki lebih sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam kedua 50 %, dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan menurun menjadi 30 %. Setelah kejang demam pertama, 2 – 4 % anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan populasi umum.
Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan-5 tahun. Paling sering pada usia 17-23 bulan. Sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum umur 5-6 bulan atau setelah 5-8 tahun. Biasanya setelah usia 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi. Kejang demam diturunkan secara dominant autosomal sederhana. Faktor prenatal dan perinatal berperan dalam kejang demam. Sebanyak 80 % kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana,dan 20 % nya kejang demam kompleks. Sekitar 8% berlangsung lama (> 15 menit), 16 % berulang dalam waktu 24 jam.4,7

 2.5 Etiologi
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih. Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
Faktor lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam adalah :
·         Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
·         Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
·         Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
·         Gabungan dari faktor-faktor diatas.
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).
1)      Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik-iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventricular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith-Lemli-Opitz.
2)      Ekstra cranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.
3)      Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5.2,4,7


2.6 Patofisiologi

http://sikkahoder.blogspot.com/2012/04/mengganti-tulisan-komentar.html
GAMBAR PERJALANAN PENYAKIT KEJANG DEMAM
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel neuron dapat dilalui oleh ion K, ion Na, dan elektrolit seperti Cl. Konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.

  Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Perbedaan potensial membran sel neuron disebabkan oleh :
1.      Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2.      Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi, aliran listrik dari sekitarnya.
3.      Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 derajat celcius akan menyebabkan metabolisme basal meningkat 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatkan kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permebealitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapatkan serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelaian anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.7

2.7  Manifestasi klinik
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak member reaksi apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara (Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30 menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung lebih dari 30 menit.
Gejalanya berupa:
·         Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-tiba)
·         Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
·         Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik)
·         Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit)
·         Lidah atau pipinya tergigit
·         Gigi atau rahangnya terkatup rapat
·         Inkontinensia (mengompol)
·         Gangguan pernafasan
·         Apneu (henti nafas)
·         Kulitnya kebiruan
Setelah mengalami kejang, biasanya:
·         akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih
·         terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
·         mengantuk
·         linglung (sementara dan sifatnya ringan)

2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Medikamentosa
Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
·      Mengatasi kejang secepat mungkin
·      Pengobatan penunjang
·      Memberikan pengobatan rumat
·      Mencari dan mengobati penyebab
·      Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panas
·      Pengobatan akut

A. Mengatasi kejang secepat mungkin
Sebagai orang tua jika mengetahui seorang kejang demam, tindakan yang perlu kita lakukan secepat mungkin adalah semua pakaian yang ketat dibuka. Kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin. Dan bisa juga diberikan sesuatu benda yang bisa digigit seperti kain, sendok balut kain yang berguna mencegah tergigitnya lidah atau tertutupnya jalan nafas. Bila suhu penderita meninggi, dapat dilakukan kompres dengan es/alkohol atau dapat juga diberi obat penurun panas/antipiretik.
B. Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang dapat dilakukan di rumah, tanda vital seperti suhu, tekanan darah, pernafasan dan denyut jantung diawasi secara ketat. Bila suhu penderita tinggi dilakukan dengan kompres es atau alkohol. Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara per rectal, disamping cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif telah dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10 kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/KgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit dengan dosis yang sama. Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti deksametason diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
C. Pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan cara mengirim penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam sederhana diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak yang bila menderita demam lagi. Antikonvulsan yang diberikan ialah fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari yang mempunyai efek samping paling sedikit dibandingkan dengan obat antikonvulsan lainnya.
Obat yang kini ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal maupun oral pada waktu anak mulai terasa panas.
Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.
2. Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.
Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:
a. Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.
b. Sodium valproat / asam valproat
Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pancreatitis.
c. Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.
D. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut.
Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya meningitis.
Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan faal hati.
E. Mencegah Terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panas
Dalam hal ini tindakan yang perlu ialah mencari penyebab kejang demam tersebut. Misalnya pemberian antibiotik yang sesuai untuk infeksi. Untuk mencegah agar kejang tidak berulang kembali dapat menimbulkan panas pada anak sebaiknya diberi antikonvulsan atau menjaga anak agar tidak sampai kelelahan, karena hal tersebut dapat terjadi aspirasi ludah atau lendir dari mulut.
Kambuhnya kejang demam perlu dicegah karena serangan kejang merupakan pengalaman yang menakutkan dan mencemaskan bagi keluarga. Bila kejang berlangsung lama dapat mengakibatkan kerusakan otak yang menetap (cacat).
Ada 3 upaya yang dapat dilakukan :
1.   Profilaksis intermitten
2.   Profilaksis terus menerus dengan obat antikonvulsan tiap hari
3.   Mengatasi segera jika terjadi serangan kejang
F. Pengobatan Akut
Dalam pengobatan akut ada 4 prinsip, yaitu :
1.   Segera menghilangkan kejang
2.   Turunkan panas
3.   Pengobatan terhadap panas
4.   Suportif
Diazepam diberikan dalam dosis 0,2-0,5 mg/kgBB secara IV perlahan-lahan selama 5 menit. Bersamaan dengan mengatasi kejang dilakukan:
1.   Bebaskan jalan nafas, pakaian penderita dilonggarkan kalau perlu dilepaskan.
2.   Orang tua sebaiknya jangan panik dan tetap mengawasi anaknya, terutama gerakan-gerakan yang terjadi saat anak mengalami kejang untuk membantu dokter menegakkan diagnosis. Ukur suhu tubuh, catat lama kejang.
3.   Jika tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut dan/atau hidung. Walaupun ada risiko lidah tergigit, jangan masukkan apapun ke dalam mulut.
4.   Anak yang mengalami kejang memiliki kekuatan yang melebihi kekuatan saat anak itu normal, jadi jangan menahan atau menggendong anak selama kejang berlangsung.
5.   Berikan obat pereda demam , contohnya parasetamol (10mg/kgBB/kali diberikan 4x sehari) atau ibuprofen (5mg/kgBB/kali diberikan 3x sehari). Jangan memberikan aspirin (asam asetil salisilat) untuk demam pada anak-anak karena beresiko terjadinya sindroma reye.
6.   Berikan obat anti kejang (diazepam) bila ada. Obat anti kejang supositoria dimasukan melalui anus. Dosis : 0,5 – 0,75mg/kgBB atau 5mg untuk anak dengan berat badan <10kg atau 10mg untuk >10kg, atau bisa juga diberikan berdasarkan usia (5mg untuk usia < 3 tahun, 7,5mg untuk > 3 tahun). Bila masih kejang juga, maka dapat diberikan satu kali lagi diazepam dengan dosis yang sama (5mg) sebelum dibawa ke rumah sakit. Jangan memberi obat anti kejang jika kejang telah berhenti.
7.   Segera bawa ke rumah sakit, bila kejang telah berlangsung lebih dari 10 menit atau setelah 2x pemberian diazepam kejang masih belum berhenti. 2,3,4

http://sikkahoder.blogspot.com/2012/04/faktor-penyebab-dan-perjalanan-penyakit.html
BAGAN CARA PENGOBATAN KEJANG DEMAM

2.8.1 Nonedikamentosa
Edukasi pada orang tua
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara diantaranya:
·         Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
·         Memberitahukan cara penanganan kejang
·         Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
·         Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.7
2.9 Komplikasi
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yg amat sangat pada para orangtua, sebagian besar kejang demam tidak mempengaruhi kesehatan jangka panjang. Kejang demam simple tidak mengakibatkan kerusakan otak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar, ataupun apilepsi.
Epilepsi pada anak diartikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam. Kecil kemungkinan epilepsy timbul setelah kejang demam.  Sekitar 2 – 4 % anak kejang demam dapat menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri. Kejang pertama kadang dialami oleh anak dengan epilepsi pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu, antara 95 - 98% anak yg mengalami kejang demam simple tidak menimbulkan epilepsy.
Komplikasi yg paling umum dari kejang demam, adalah adanya kejang demam berulang. Sekitar 33% anak akan mengalami kejang berulang jika mereka demam kembali. Resiko terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika:
·         pada kejang yang pertama, anak anda hanya mengalami demam yg tidak terlalu tinggi.
·         jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yg sempit.
·         Ada faktor turunan dari ayah-ibunya.

Namun begitu, factor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar kemungkinan mengalami kejang berulang.2,7

2.9 Prognosis
Umumnya baik. Tapi apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi: Kejang demam berulang, epilepsi, kelainan motorik, gangguan mental dan belajar.



BAB III
Penutup

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 38 derajat celcius) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Infeksi virus saluran pernafasan atas, roseola dan otitis media akut adalah penyebab kejang demam yang paling sering.
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu di kerjakan yaitu: memberantas kejang secepat mungkin, Pengobatan penunjang, Memberikan pengobatan rumat, Mencari dan mengobati penyebab.
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25%-50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.



DAFTAR PUSTAKA
1.   Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta: Penerbit buku kedokteran  EGC.
2.   Hassan Ruspeno, et all. Kejang Demam. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid II. Ed.11. 2007. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3.   Sukandar.E.Y.(et all).2009. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI Penerbitan.
4.   Frank J. Domino, MD. The 5-Minute Cinical Consult. Philadelphia: Department of Family Medicine and Community Health; 2008.
5.   Abdul Latief, et all. Pemeriksaan Neurologis. Diagnosis Fisis pada Anak. Ed.2. 2009. Jakarta: CV Sagung Seto
6.   Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2007.
7.   Faizi M. kejang demam. www.pediatrik.com. 2009. diakses tanggal 24 Januari 2011.