PENYEBAB KERINGAT BERLEBIHAN DAN PENGOBATANNYA

HIPERHIDROSIS ATAU SEKRESI KERINGAT BERLEBIHAN


PENDAHULUAN
  • Hiperhidrosis atau sekresi keringat berlebihan, merupakan peningkatan sekresi kelenjar eksokrin yang masif, ini merupakan suatu kondisi medis di mana seseorang berkeringat berlebihan dan tak terduga. Orang dengan hiperhidrosis mungkin berkeringat bahkan saat suhu dingin atau ketika mereka beristirahat
  • Peningkatan sekresi atau pengeluaran kelenjar keringat ini pada sebagian orang tidak menimbulkan keluhan yang berarti, sehingga tidak memerlukan pengobatan. Pada individu tertentu dapat menimbulkan masalah sosial, mengganggu pekerjaan, misalnya pada jenis pekerjaan yang berhubungan dengan uang, kertas, alat-alat listrik dan dapat pula mempercepat kerusakan pakaian dan sepatu.
  • Hiperhidrosis dapat mengenai pria maupun wanita, pria lebih banyak menderita hiperhidrosis aksilaris, tetapi umumnya yang datang berobat adalah wanita. Dapat timbul pada masa kanak-kanak, tetapi lebih menonjol pada usia pubertas yang mungkin erat hubungannya dengan faktor emosional. Umumnya dapat mengalami remisi spontan pada usia dewasa atau pada dekade ke tiga.

ETIOLOGI ATAU PENYEBAB
  • Berkeringat membantu tubuh tetap dingin. Dalam kebanyakan kasus, itu adalah wajar. Penderita dengan hiperhidrosis tampaknya memiliki kelenjar keringat yang terlalu aktif. Berkeringat tak terkendali dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan, baik secara fisik dan emosional.
  • Ketika keringat berlebihan mempengaruhi tangan, kaki, dan ketiak, ini disebut hiperhidrosis primer atau fokus. Hiperhidrosis primer berarti memang kelenjar keringat pada daerah-daerah yang mempunyai kelenjar keringat itulah yang sangat aktif bekerja. Pada kebanyakan kasus hiperhidrosis primer, penyebabnya tidak dapat ditemukan. Tampaknya berjalan dalam keluarga atau secara genetis. Hiperhidrosis primer merupakan gangguan yang paling sering dijumpai, penyebabnya tidak diketahui.
  • Jika berkeringat terjadi sebagai akibat dari kondisi medis lain misalnya penyakit sistemik, hal itu disebut hiperhidrosis sekunder. Berkeringat mungkin seluruh tubuh, atau mungkin di satu daerah. Kondisi yang menyebabkan hiperhidrosis sekunder meliputi:
    • Acromegaly adalah gangguan hormonal yang berkembang saat kelenjar pituitary memproduksi terlalu banyak hormon pertumbuhan selama masa dewasa.
    • Kondisi kecemasan
    • Cancer
    • Sindrom karsinoid
    • Obat-obat tertentu dan penyalahgunaan zat 
    • Gangguan kontrol glukosa
    • Penyakit jantung
    • Hipertiroidisme. Hipertiroidisme adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kelebihan produksi hormon tiroid. Hipertiroidisme biasanya disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya, seperti penyakit Graves, radang tiroid, pertumbuhan jinak pada kelenjar tiroid dan berlebihan yodium. Gejala yang paling umum dari hipertiroid termasuk keringat berlebihan
    • Penyakit paru-paru
    • Menopause
    • Penyakit Parkinson
    • Pheochromocytoma. Pheochromocytoma adalah tumor yang berkembang di inti dari salah satu kelenjar adrenal. Tumor ini menyebabkan kelenjar adrenal untuk menghasilkan jumlah kelebihan hormon, yang berbahaya dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Gejala pheochromocytoma yang termasuk keringat berlebihan
    • Cedera tulang belakang
    • Stroke
    • Tuberkulosis atau infeksi lainnya

GAMBARAN KLINIS ATAU CIRI- CIRINYA

Berdasarkan gambaran kiinis, dibagi atas hiperhidrosis lokalisata dan generalisata.
  • Hiperhidrosis lokalisata
    • Kelainan ini dijumpai pada telapak tangan, telapak kaki dan daerah intertriginosa seperti aksila, inguinal dan perineal. Penyebab utama kelainan ini ialah gangguan emosional dan suhu yang panas. Bentuk lain yang jarang ialah ephidrosis, yaitu hiperhidrosis pada suatu daerah tertentu, selain telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Galdstein (1967) melaporkan sebuah kasus hiperhidrosis pada lengan bawah kanan seorang anak perempuan berusia 12 tahun, yang juga dipengaruhi oleh gangguan emosional dan suhu yang panas.
    • Hiperhidrosis gustatorik, merupakan hiperhidrosis lokalisata yang terjadi oleh karena rangsangan makanan yang pedas atau panas pada papil pengecap. Dapat menimbulkan keringat yang berlebihan pada dahi, hidung, bagian atas bibir dan leher belakang.
    • Pada pasca parotidektomi atau pasca simpatektomi dapat timbul hiperhidrosis gustatorik walaupun dengan rangsangan minimal, tetapi mekanismenya belum diketahui dengan jelas.
    • Hiperhidrosis kompensatorik dapat terjadi pada suatu daerah, setelah kelenjar keringat daerah lain mengalami inaktivasi atau anhidrosis. Pasca simpatektomi juga dapat menimbulkan hiperhidrosis kompensatorik, sedangkan pada hemiparesis dapat dijumpai hiperhidrosis pada sisi anggota badan yang lumpuh
  • Hiperhidrosis generalisata
    • Pada umumnya hiperhidrosis generalisata yaitu sebagian besar tubuh seolah-olah mengalami Hiperhidrosis disebabkan oleh penyakit sistemik seperti hipertiroid, diabetes melitus, feokhromositomā, tuberkulosis, limfoma, brusellosis dan lain-lain. Gangguan emosional seperti ketakutan atau kecemasan yang berlebihan juga dapat menimbulkan hiperhidrosis generalisata.
Hurley membagi hiperhidrosis menjadi 2 bagian yaitu tipe neural dan non neural.
  • Hiperhidrosis tipe neural dapat terjadi path :
    • Korteks serebri : berupa gangguan emosional.
    • Hipotalamus : berupa gangguan termoregulator, metabolisme, nerologik, infeksi.
    • Medulla serebri : hiperhidrosis gustatorik fisiologik.
    • Medulla spinalis : trauma, siringomielia, tabes dorsalis.
    • Refleks akson : obat-obatan (asetilkolin, nikotin), perilesi.
  • Hiperhidrosis tipe non neural dapat berupa :
    • Panas lokal.
    • Obat-obatan : kolinergik, adrenergik, penghambat asetilkolin esterase.
    • Gangguan aliran darah atau kelen jar keringat : nevus sudorifems, sindrom Maffucci, sindrom Klippel—Trenaunay, tumor glomus.

PATOFISIOLOGI ATAU PERJALANAN PENYAKIT
  • Organ-organ yang berperan dalam patofisiologi hiperhidrosis ialah kelenjar keringat dan susunan saraf otonom. Kelenjar keringat terdiri atas kelenjar ekrin yang terutama terdapat pada telapak tangan, telapak kaki dan puncak aksila, dan kelenjar apokrin yang terdapat pada aksila, perineum dan areola mammae. Sekresi kelenjar ekrin ini berjumlah banyak, berbentuk cair, tidak berbau, mengandung urea dan asam laktat. Kelenjar ini diaktivasi oleh saraf kolinergik dan dihambat oleh atropin, serta mempunyai peranan dalam termoregulasi. Sekret kelenjar apokrin biasanya kental, berbau tajam dan tidak berperanan dalam termoregulasi. Susunan saraf otonom dibagi atas bagian pusat dan perifer. Bagian pusat mencakup susunan limbik dan hipotalamus, sedangkan perifer dikenal sebagai ganglion paravertebralis. Bagian perifer ini secara fisiologik dibedakan dalam komponen simpatik dan parasimpatik berdasarkan macam zat pcnghantar impuls (neurotransmitter), yaitu asetilkolin dan norepinefrin. Semua serabut preganglionik saraf simpatis mengeluarkan norepinefrin, kecuali yang mempersarafi kelenjar keringat menghasilkan asetilkolin.
  • Peningkatan sekresi kelenjar keringat banyak dipengaruhi olch faktor emosi, panas dan rangsangan dari luar lainnya. Stimuli ini akan mcrangsang hipotalamus dan kemudian diteruskan ke perifer, mengaktivasi simpatetik dan menyebabkan kelenjar ekrin bersekresi. Banyaknya sekresi kelenjar keringat ini bervariasi pada tiap individu, dan bila sekresi ini sangat berlebihan, dapat dianggap scbagai manifestasi gangguan kescimbangan antara saraf simpatik dan parasimpatik.

PENGOBATAN

I. Topikal atau pada tempat yang banyak kelenjar keringat
  • Preparat topikal dikenal sebagai antiperspiran, dapat bcrupa soiutioglutaraldchid 10% yang dinctralkan dcngan sodium bikarbonat sampai pH 6,0 – 7,0. Dioleskan pada tclapak tangan atau kaki tiga kali scminggu sclama 2–4 minggu. Efek pengurangan sekresi akan tampak setelah 24 jam pemberian obat tersebut, hal ini sangat bergantung pada derajat hiperhidrosis dan ketebalan kulit. Keburukan penggunaan preparat ini ialah kulit menjadi berwarna coklat atau kehitaman.
  • Solutio aluminium klorida heksahidrat 20% dalam alkohol (Dry`so1B) sering digunakan pada hiperhidrosis aksilaris. Preparat ini dioleskan pada aksila yang sudah dikeringkan lebih dulu, kemudian ditutup dengan plastik oklusif.Dilakukan setiap malam menjelang tidur selama satu minggu, kemudian pada pagi harinya dicuci dengan air dan sabun.
  • Preparat lain seperti solutio asam tannat 2—5% dalam etanol atau solutio formalin 5—20% dalam air atau alkohol, mcmberikan hasil yang cukup baik.
  • Preparat antikolinergik topikal berupa solutio diphemanil metil sulfat 2—5% dalam KJ gel atau krem, dapat digunakan tetapi kurang efektif.
II. Sistemik atau obat minum
  • Preparat antikolinergik berupa atropin dan skopolamin jarang digunakan, karena memberikan efek samping yang besar sebelum dicapai dosis penghambat sekresi keringat. Efek samping dapat berupa mulut kering, gangguan akomodasi, glaukoma dan lain-lain. Sedativa dan tranquilizer seperti diazepam dapat menolong, terutama bila disebabkan oleh gangguan emosional yang akut.
III. Pembedahan
  • Eksisi lokal
    • Cara ini dilakukan pada hiperhidrosis aksilaris dengan hasil yang cukup memuaskan. Dibuat eksisi transversal berbentuk clips pada daerah yang banyak mengeluarkan keringat, dengan ukuran 4-5 cm x 1-1,5 cm, sampai mengenai jaringan subkutis, kemudian luka dijahit.
  • Simpatektomi
    • Pada hiperhidrosis palmaris dilakukan simpatektomi setinggi segmen thorakal II dan untuk aksila pada thorakal IV -V. Efek samping yang terjadi dapat berupa pneumothoraks, hematothoraks atau sindrom Homer akibat kerusakan ganglion stellatum.
    • Untuk hiperhidrosis plantaris dilakukan simpatektomi pada lumbal I-II. Cara ini sulit sehingga jarang dilakukan.
IV. lontophoresis
  • Cara ini mudah, murah dan sedikit sekali menimbulkan efek samping. Prinsip kerja iontophoresis ialah terjadinya hambatan produksi keringat akibat hiperkeratinisasi dan obstruksi pada duktus kelenjar ekrin. Tangan atau kaki yang akan diobati dicelupkan dalam bak plastik atau aluminium yang berisi air secukupnya. Bak ini dihubungkan dengan generator galvanik melalui suatu elektroda. Kemudian dialirkan arus listrik 90 volt, 12—20 mA dalam rangkaian tertutup selama 20 menit. Tangan atau kaki lainnya juga dicelupkan dalam bak kedua untuk melcngkapi aliran listrik ini. Pada akhir menit kesepuluh kutub elektroda ditukar dan pcngobatan dimulai lagi selama sepuluh menit. Pengobatan ini dilakukan 3 kali dalam seminggu selama 3 minggu.
  • Efek samping yang terjadi dapat berupa eritema atau terbentuk vesikel,kadang-kadang timbul rasa seperti tertusuk jarum. Dapat diberikan preparat antikolinergik yang dilarutkan dalam air untuk mcningkatkan efck pengurangan sekresi keringat.Respons pengobatan cara ini mencapai 80% pada telapak tangan dan 33% pada telapak kaki dalam waktu 14 hari.

PENUTUP
  • Hiperhidrosis merupakan kelainan yang banyak dijumpai dan penyebabnya masih belum jelas. Penatalaksanaan kelainan ini memerlukan penanganan dari bidang lain, misalnya neurologi, psikiatri dan penyakit dalam bila ada kelainan sistemik.
  • Pengobatan dengan cara topikal lebih baik daripada sistemik, mengingat efek samping yang ditimbulkannyā. Sedangkan terapi pembedahan hanya dianjurkan pada gangguan yang sangat berat.

KEPUSTAKAAN
  1. Coge GW, Sato K, Schachman H. Eccrine glands. In: Fitzpatrick (ed) Dermatology in General Medicine, 3rd ed. New York: McGraw—Hill Book Co, 1987 : 696—8.
  2. Hurley HJ. The eccrine sweat glands. In: Moschella S, (ed) Dermatology, 2nd ed. Philadelphia: WB Saunders Co, 1985: 1343—52.
  3. James WD, Schoemaker EB, Rodman COG. Emotional eccrine sweating. Arch Dermatol 1987; 123 : 925—9.
  4. Dobson RL Treatment of hyperhidrosis. Arch Dennatol 1987;123: 883—5.
  5. Ellis H. Axillary hyperhidrosis. Br Med J 1977; ii : 301—2.
  6. Greenhald RM, Rosengarten DS, Martin P. Role of sympathectomy for hyperhidrosis. Br Med J 1971; 332—4.
  7. Harahap M. Hyperhidrosis axillaris. In: Skin Surgery. St Louis : Warren H