proses Penglihatan dan video proses penglihatan

                     VIDEO MATA DAN PENJELASAN PROSES MELIHAT

                                            VIDEO ANIMASI PROSES MELIHAT 1

                


                                              VIDEO ANIMASI PROSES MELIHAT 2

                   

PROSES MELIHAT PADA MANUSIA


Proses penglihatan diawali dari cahaya yang masuk kemudian melewati media refraksi (kornea, humor aqueus, lensa mata, dan badan kaca) menuju ke retina tepatnya pada makula lutea, selanjutnya melalui jalur visual ke otak dan terjadilah proses melihat.


 Untuk lebih jelasnya dapat saya paparkan di bawah ini :
  • Cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-paket individual energi yang disebut foton dan berjalan menurut cara gelombang. Fotoreseptor dimata hanya peka terhadap panjang gelombang antara 400 dan 700 nm.
  • Proses melihat diawali ketika cahaya masuk ke mata maka rangsang tersebut akan sampai  pada kornea
    •  kornea merupakan kelanjutan bagian depan dari sclera. peralihan antara sclera dan kornea di sebut limbus. 
    • kornea bagian sentral berbentuk serif , sedangkan bagian tepi agak mendatar sehingga dapat menghilangkan abrasi serif
    • untuk dapat melihat dengan jelas kornea harus transparan ( tidak ada pembuluh darah, maupun hal hal yang merusak lima lapisan dari kornea).
      • Jika kornea endema karena suatu sebab maka kornea juga bertindak sebagai suatu prisma yang dapat menguraikan cahaya sehingga penderita akan melihat halo
      • Jika kornea mengalami sikatrik atau perlukaan , maka sinar yang masuk ke kornea akan akan mengalami masalah untuk di teruskan ke lensa, akibatnya akan terjadi penurunan tajam penglihatan.
      • Faktor yang menyebabkan kornea menjadi bening adalah :
        • Letak epitel kornea yang sangat teratur
        • Letak serabut kolagen yang teratur dan padat
        • kadar air konstan
        • tidak ada pembuluh darah, Walaupun avaskular  kornea mendapatan makanan dari air mata (terutama untuk penyediaan oksigen), humor aqueus, dan dari pembuluh darah yang ada di limbus secara di fusi. sifat avaskular kornea ini penting, terutama untuk transplantasi kornea, sebab jika terdapat pembuluh darah (neovaskular) maka akan terjadi reaksi penolakan graft pada saat transplantasi kornea.
  • Setelah sinar dari kornea maka sinar tersebut akan di teruskan ke media refraksi yang lain yaitu humor aqueus.
    • pada keadaan normal humor aqueus haruslah bening, agar sinar dapat di teruskan.  Humor aqueus di hasilkan oleh badan siliar, yang berfungsi untuk memberi nutrisi pada kornea dan lensa.
    • Humor aqueus terdapat pada Camera okuli anterior dan camera okuli posterior
      • COA di batasi oleh kornea, permukaan depan iris dan kapsul lensa
      • COP terletak di belakang COA, di batasi oleh permukaan belakang iris, korpus siliaris, lensa dan badan kaca.
    • Humor aqueus sangat menentukan tekanan bola mata (normal tekanan bola mata 10-22mmHg ), jika ada peningkatan tekanan bola mata maka dapat menyebabkan glukoma.
    • Setelah sinar dari kornea melewati humor aqueus yang ada pada COA, selanjutnya melalui pengaturan cahaya oleh iris dan pupil, sinar tersebut akan melewati COP menuju ke lensa kristalina mata.
      • Iris mempunyai banyak pembuluh darah dan mengandung pigmen warna yang menyebabkan adanya perbedaan warna pada mata.
      • Fungsi iris untuk menyerap cahaya yang masuk ke mata yang berada di luar pupil. Iris memiliki celah ditengahnya yaitu pupil,sebuah cakram yang dapat bergerak berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina serta mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke mata
      • Secara normal tepi pupil bersentuhan dengan lensa, tetapi tidak melekat pada lensa, Pupil membuka dan menutup secara otomatis bergantung pada cahaya yang masuk, hal ini di karenakan ada 2 otot yang mengatur besarnya pupil yaitu 
        • Muskulus dilatator pupil yang melebarkan pupil,jika cahaya gelap 
        • Musculus sfingter yang mengecilkan pupil, Jika cahaya terang 
      • Apabila pupil melebar, maka akan meningkatkan abrasi kromatis dan abrasi serif, sebaliknya apabila pupil mengecil akan meningkatkan difraksi cahaya di tepi pupil sehingga menurunkan kualitas bayangan tetapi meningkatkan kedalaman fokus.
    • Setelah pengaturan cahaya yang masuk ke mata oleh peran dari iris dan pupil, maka sinar tersebut akan menuju ke lensa kristalina melalui COP.
      • Lensa merupakan salah satu media refraksi, sehingga harus jernih agar sinar dapat di teruskan sampai pada retina.
      • Lensa di gantungkan pada badan siliar oleh ligamentum suspensorium lentis (zonula Zinii)
      • Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. 
      • Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis hal ini karena muskulus ciliaris berelaksasi dan pupil akan menarik lensa agar cahaya jatuh tepat pada retina. 
      • Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal, ini terjadi karena otot siliaris berkontraksi.
    • Setelah pengaturan fokus sinar oleh lensa, selanjutnya sinar tersebut akan di salurkan ke retina tepatnya pada bintik kuning (makula lutea) melalui vitreus.
      • Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya.
      • Retina mendapatkan makanan dari koroid, Koroid sendiri terletak antara retina dan sclera yang terdiri atas anyaman pembuluh darah. selain berfungsi memberi makan retina, kornea sendiri berfungsi untuk mendinginkan kornea, proses ini penting karena retina selalu terkena cahaya dan mempunyai metabolisme yang besar sehingga ada efek panas.
      • Pada retina terdapat daerah yang penting untuk diskriminasi visual yang di sebut makula lutea (bintik kuning) atau di sebut juga fovea, ini terletak 3,5mm temporal dari papil nervus II.
      • Pada retina terdapat 2 macam sel reseptor yaitu sel-sel konus (sel kerucut) dan sel basilus (sel batang)
        • sel konus terutama pada fovea yang penting untuk menerima rangsangan cahaya kuat dan rangsangan warna.
          • Ada 3 macam konus yang mengatur rangsangan cahaya yaitu konus merah, konus hijau dan konus biru yang masing- masing di lengkapi oleh reseptor (rodopsin)
            • Rodopsin merupakan protein majemuk gabungan antara retinen yaitu vitamin A dan opsin yaitu suatu protein.
          • Dari kombinasi kerja ketiga macam reseptor itu, kita dapat menerima berbagai persepsi warna.
        • Sel bacilus tersebar pada retina terutama di luar makula, sel- sel ini bekerja untuk menerima rangsangan cahaya yang rendah intensitasnya.
      • Retina di bagi menjadi retina sentral dan retina perifer
        • Retina sentral atau makula penting untuk penglihatan sentral berupa penglihatan detail terdiri dari bentuk, melihat warna, daya pisah dan jarak serta tekstur.
        • Retina perifer yaitu retina di luar makula, ini hanua untuk mendeteksi bahwa di median penglihatan perifer ada sesuatu.

    gambar penampang mata

      • Setelah cahaya sampai pada Retina, selanjutnya cahaya akan diteruskan ke lintasan visual. Lintasan visual merupakan lintasan yang di lalui impuls, sejak dari terbentuknya bayangan di retina sampai kesadaran mengenai adanya obyek yang di lihat.
        • lintasan Visual meliputi :
          • Retina
          • Nervus optikus
          • chiasma Opticus
          • Tractus opticus
          • Korpus genikulatumlateral
          • radiotia optica
          • Korteks visual
          • Tingkat kesadaran melihat
        • Proses yang terjadi pada jaras Visual ini sampai timbul kesadaran akan adanya cahaya, dapat saya jelaskan dengan singkat, sebagai berikut :
          • Cahaya dari sel sel ganglion retina akan diteruskan ke papil nervus opticus (N2), selanjutnya melalui nervus opticus, impuls cahaya tersebut akan di teruskan ke chiasma opticus,  dari chiasma opticus selanjutnya di teruskan ke tractus opticus, dari tractus optikus impuls cahaya akan di bawa ke korpus genikulatum lateral, selanjutnya akan menuju ke radiata optica dan terakhir impuls cahaya tersebut akan di sampaikan ke lobus oksipital pada otak tepatnya pada area fisura calcarina yang oleh brodman di beri nama area brodman 17 yang berfungsi sebagai area visual primer.
        • Jika terdapat ganguan pada jaras visual ini, maka akan menyebabkan keluhan pada penderita berupa kebutaan mendadak, jadi jika ada penyakit yang di sebabkan oleh masalah sepanjang jalur visual ini atau ada tumor yang menekan pada lobus oksipital otak maka akan timbul kebutaan mendadak, misalnya pada penyakit stroke pada daerah oksipital atau neuritis iskemik anterior dan lainnya.

                 DEMIKIAN POSTING SAYA KALI INI, INI MERUPAKAN KELANJUTAN DARI POSTING SAYA YANG SEBELUMNYA YANG DAPAT 
                                                      DI BACA PADA ISI BLOG SAYA SEBELUMNYA, DAPAT DI CARI PADA DAFTAR ISI BLOG


                                                   DAFTAR PUSTAKA : Diambil dari bahan kuliah fakultas kedokteran

      video animasi anatomi dan fisiologi mata

      VIDEO ANIMASI MATA DAN PENJELASAN ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA



                                                     VIDEO 1 animasi anatomi fisiologi mata

                                   


                                              VIDEO KE 2 Animasi anatomi dan Fisiologi mata



      Susunan bolamata, terdiri dari :


      • Dinding bolamata, yang tersusun atas :
        • Tunika fibrosa yang terdiri dari kornea dan sklera
        • Tunika vaskulosa atau uvea yang terdiri dari iris, badan siliar dan koroid
        • Tunika Nervosa yang terdiri dari retina dan epitel pigmen
      • Ruangan- ruangan mata, yaitu :
        • Camera Okuli Anterior
        • Camera Okuli Posterior
        • Ruang badan kaca (paling luas)
      • Isi bola mata
        • Humor aqueus yang terdapat di dalam camera okuli anterior dan camera okuli posterior
        • Viterus yang menempati ruang badan kaca
        • Lensa kristalina yang terletak diantara ketiga ruangan diatas.
      Alat tambahan Bola mata, terdiri atas :

      • Palbera
      • Kelenjar air mata dan salurannya
      • otot-otot ekstra ocular.
      gambar anatomi mata



        UNTUK LEBIH JELAS MENGENAI ANATOMI DAN HISTOLOGI MATA ANDA DAPAT MEMBACA PADA POSTING SAYA SEBELUMNYA.....
                                                                                               DI SINI


        Video proses persalinan dan penjelasan tahap persalinan


        VIDEO PROSES PERSALINAN DAN PENJELASAN TAHAP- TAHAP PERSALINAN

                               



        Proses persalinan terbagi ke dalam  empat tahap, yaitu :
        • kala I :  Tahap Pembukaan
          • Dimulai sejak awal kontraksi dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup sehingga menyebabkan penipisan dan pembukaan Cerviks.
          • Cerviks terbuka sampai kurang lebih 10 cm, sehingga kepala anak bisa lewat
        • Kala II : Tahap Pengeluaran Bayi
          • kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (+10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
        • Kala III : Tahap Pengeluaran Plasenta ( Kala Uri)
          • Segera setelah kelahiran bayi dan berakhir dengan kelahiran plasenta dan selaput ketuban.
        • Kala IV : Tahap Pengawasan
          • Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
          • Pasien masih di kamar bersalin, yaitu 1 jam setelah plasenta lahir, ini untuk pengawasan, sebab biasanya pendarahan post partum itu terjadi 1 jam setelah persalinan, jadi sebaiknya 2 jam setelah post partum pasien masih di awasi.
        VIDEO PERSALINAN


        UNTUK PENJELASAN MENGENAI TAHAP PERSALINAN AKAN SAYA BAHAS PADA POSTING SAYA YANG LAIN

        Perubahan Tubuh Wanita yang hamil dan hal yang harus di perhatikan

                     MENGENAL BERBAGAI BENTUK PERUBAHAN  FISIK TUBUH  DAN HAL 
                              YANG HARUS DI PERHATIKAN PADA WANITA  HAMIL


        Kehamilan (graviditas) adalah keadaan yang di mulai dengan pembuahan (konsepsi) sampai pada persalinan, sedangkan  Persalinan itu sendiri adalah proses pengeluaran bayi dari badan ibu.
        biasanya setelah masa persalinan, seorang ibu akan mengalami masa nifas. Yang di maksud masa nifas atau puerperium adalah masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil, masa Nifas ini lamanya kira- kira 6 minggu.

        PERUBAHAN TUBUH PADA WANITA HAMIL
        Selama hamil, biasanya tubuh seorang wanita hamil akan mengalami banyak perubahan. Perubahan ini terjadi sejak fertilisasi atau pembuahan dan berlangsung selam masa kehamilan. Semua perubahan ini akan kembali seperti sebelum hamil setelah melahirkan dan menyusui.

        Peubahan pada Uterus
        • Normal
          • Uterus adalah termasuk organ genitalia interna pada wanita yang merupakan suatu bangunan yang sebagian besar terdiri dari jaringan otot (endometrium, myometrium dan perimetrium), terletak di median rongga pelvis. 
          • Pada usia reproduksi ukuran uterus normal adalah 7,5x5x2,5 cm. 
          • Rongga uterus di sebut cavum uteri yang berhubungan dengan vagina melalui canalis cervikalis uteri. 
          • Canalis cervikalis berada di dalam cervic uteri, ujung atas dan bawahnya di sebut orificium uteri internum dan eksternum.
          • Posisi uterus bervariasi, kedudukannya terhadap vagina dapat berupa anteversio, retro versio, dextropositio, atau sinistro posio.
          • Kedudukan corpus uteri terhadap cervic uteri dapat berupa ante, retro dan latero fleksio. Posisi uterus yang terbanyak terdapat di Indonesia adalah retrofleksio yang sudutnya bisa 45-90'derajat, Keadaan uterus yang ekstrem di sebut hyperretrofleksio.
          • Sebelum hamil uterus beratnya 70 gram dan rongganya tidak lebih dari 10 cm.
          • Perubahan uterus Pada masa kehamilan.
          • gambar pembesaran uterus
            • Selama hamil, dinding uterus menjadi lebih tipis, dan rongganya membesar hingga bisa terisi oleh janin plasenta dan cairan amnion. Pada akhir kehamilan, Volume rongga uterus kurang lebih 5 L kadang sampai 20L
            • Berat uterus menjadi bertambah dari 30 gr menjadi 1100 gr
            • Terjadi pembesaran uterus, ini terjadi karena hipertophi dan hyperplasia
              • Pembesaran uterus mula- mula aktif selanjutnya dinding uterus menebal karena pengaruh ekstrogen (terjadi juga pada kehamilan ektopic)
              • Pada bulan ke 4 dan seterusnya terjadi pembesaran pasif, yang terjadi karena pertumbuhan embrio yang lebih cepat dari uterus, sehingga cavum uterus tumbuh.
              • Isthmus uteri menjadi segmen bawah uterus
              • Ukuran, bentuk dan posisi uterus
                • Mula- mula berbentuk buah pear, lalu menjadi bulat dan akhirnya berbentuk ovoid.
                • Mulai kehamilan 12 minggu, uterus keluar dari pelvis, menempel pada dinding perut, mendesak intestinum kedepan dan keatas dan mencapai hati.
            gambar perubahan uterus selama kehamilan
              • Contractility
                • Sejak trisemester 1 uterus berkontraksi secara ireguler, biasanya tidak nyeri (braxton hicks). Pada akhir kehamilan, kontraksi menjadi makin sering, kadang- kadang terasa nyeri (His palsu)
            • Perubahan pada Cervic
              • Sejak satu bulan setelah konsepsi, Cerviks menjadi lunak dan cyanosis, penyebabnya adalah penambahan vaskularisasi dan endema seluruh cervic serta hipertrofi kelenjar cervic.
              • Selama kehamilan, mulut rahim (cervix) ditutup dengan ketat untuk membantu mempertahankan bayi didalam kandungan. Sewaktu kelahiran bayi, mulut rahim (cervix) membuka lebar untuk mengizinkan bayi melewati vagina.
              • Perubahan pada Ovarium
                • Ovarium adalah tempat produksi sel telur (ovum) Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristiraha
                • Ukuran ovarium bervariasi, pada umumnya berukuran 3,2x2,5x1cm
                • ovulasi tidak terjadi selama kehamilan.
                • Corpus luteum gravidatum sampai bulan ke 4.
              • Perubahan pada Vagina
                • Vagina merupakan suatu saluran yang di kelilingi jaringan otot yang kuat, didalam lumen vagina terdapat lipatan mukosa yang di sebut Columna rugarum atau rugee vaginalis.
                • Tidak jauh dari introitus vaginae terdapat selaput melintang terhadap vagina dengan lubang kecil di tengahnya disebut hyemen.
                • Sumbu vagina sejajar dengan pintu keluar rongga panggul, yang pada wanita berbaring membentuk sudut 30-40 derajat, terhadap bidang horizontal. Sudut ini penting pada pemeriksaan Ginekologi.
                • Pada kehamilan :
                  • Selama kehamilan terjadi penambahan vaskularisasi dan hiperemia pada kulit dan otot di perineum vulva.
                  • Penebalan vaskularisasi menyebabkan vagina berwarna violet (chadwik sign)
                  • Mukosa vagina menebal, terjadi pelonggaran jaringan ikat dan hipertrofi otot polos
              • Perubahan pada Kulit

              gambar linea nigra

                • Akan nampak striae gravidarum yaitu garis kemerahan, sedikit depresed, biasanya timbul pada akhir kehamilan di perut dan kadang- kadang pada paha dan payudara. Pada Multipara (wanita yang pernah melahirkan) warna striae menjadi keperakan.
                • Linea alba menjadi linea nigra
                • Cloasma (melasma) gravidarum kadang akan tampak yaitu bercak kecollatan pada mulaka dan leher.
              • Perubahan pada Payudara
                • Pada permulaan kehamilan payudara akan menjadi sensitif dan nyeri
                • Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, dan kolostrum.
                • Setelah bulan kedua, mamae membesar dan terlihat vena bawah kulit
                • Pada payudara akan keluar colostrum
                • Areola melebar dan berwarna lebih gelap, terdapat tonjolan kecil menyebar (Montgomery's tubercle)
              • Perubahan Metabolisme
                • Semua fungsi metabolik yang meningkat selama kehamilan untuk menyediakan kebutuhan janin, plasenta dan rahim serta untuk meningkatkan laju metabolisme basal.
                • konsumsi oksigen akan meningkat menjadi 20%
                • Anterior pituary secretes more TSH
                • Kelenjar thyroid akan mengalami hipertophy, ini  teraba pada 70% pasien
                • The enlarge gland extract inorganic iodine and produce more protein bound iode
              tabel gambar metabolisme yang terjadi pada kehamilan
              • Perubahan metabolisme air
              • gambar pitting endema
                • Pada kehamilan, retensi cairan akan meningkat
                • Pada akhir kehamilan, kandungan air pada janin placenta dan cairan amnion berjumlah 3,5 Liter, 3 liter terdapat pada penambahan volume darah, uterus yang membesar dan mamae.
                • Pada kebanyakan wanita hamil terjadi piting endema (Jika menekan menyebabkan lekukan yang bertahan untuk beberapa waktu setelah pelepasan tekanan, edema disebut sebagai pitting edema.)

              • Perubahan metabolisme karbohidrat
                • Selama kehamilan terjadi perubahan metabolisme karbohidrat secara nyata. 
                • Terdapat kebutuhan glukosa oleh fetus untuk dengan mudah diubah menjadi sumber energi. Pada saat yang sama juga terdapat kebutuhan untuk cadangan energi pada masa laktasi dan pertumbuhan kehamilan atau kebutuhan energi lain dalam bentuk cadangan lemak. Komponen utama diet adalah karbohidrat dan harus diubah dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan yang sudah disebutkan diatas
                • Perubahan yang jelas terlihat adalah pada gula darah. Ini dapat dilihat dengan memberikan beban glukosa pada pemeriksaan OGTT – oral glucosa tolerance test. Dapat dilihat, bahwa terjadi adanya kadar gula yang tinggi pasca pembebanan sehingga memungkinkan terjadinya transfer melalui plasenta.
                • Peristiwa kehamilan dikatakan sebagai DIABETOGENIK dan ini berkaitan dengan menurunnya sensitivitas jaringan terhadap insulin. Sensitivitas terhadap insulin berkurang sebanyak 80%. Hal ini disebabkan oleh adanya antagonis spesifik terhadap insulin yang terbentuk selama kehamilan. 
              gambar perubahan metabolisme karbohidrat selama kehamilan
                • Efek puasa pada kehamilan sangat nyata dan bahkan pada malam hari, puasa selama 12 jam akan dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan meningkatkan produksi beta hidroksi butirik acid dan asetoastic acid dan ketone 
                • Kadar glukosa janin rendah dan transportasi melalui plasenta terjadi dengan mekanisme mediasi sehingga transportasi aktif glukosa lebih besar dibandingkan dengan proses difusi sederhana. 
                • Kadar glukosa dalam sirkulasi renal yang tinggi akan dapat meningkatkan filtrasi glomerulus sehingga menyebabkan glikosuria dan ini tidak jarang terlihat pada masa kehamilan
              • Perubahan Metabolisme Protein
                • Selama kehamilan, yang terjadi adalah keseimbangan nitrogen positif yang mencapai puncaknya pada minggu ke 28 pada akhir kehamilan, Sekitar 500 g protein akan tertahan sampai akhir kehamilan. Setengah dari jumlah tersebut digunakan oleh ibu dan setengahnya lagi oleh anak, walaupun mekanisme yang terjadi belum dipahami dengan baik.

              gambar proses kebutuhan protein pada kehamilan
              • Perubahan Metabolisme Lemak
                • Pada kehamilan, kadar lipid, lipoprotein dan apoprotein akan meningkat di plasma.
                • Pada minggu ke 30, terdapat penyimpanan sebesar 4 kg. Sebagian besar diantaranya tersimpan di cadangan lemak di perut, punggung dan paha. Cadangan lemak juga berada di payudara dalam jumlah yang sedang ( Terjadi penimbunan lemak pada pertengahan kehamilan)
                • Pada akhir kehamilan, cadangan lemak berkurang karena kebutuhan dari janin.

              Gambar perubahan metabolisme lemak pada kehamilan
              • Perubahan pada Sistem Cardiovaskuler
                • Selama kehamilan dan puerperium jantung dan dan sirkulasi mengalami adaptasi fisiologi. Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama adalah perubahan HEMODINAMIK calon ibu, meliputi :
                  • jantung bekerja lebih keras dan berdenyut lebih cepat untuk meningkatkan volume darah dalam tubuh, hal ini terjadi agar bayi diberi makan. 
                  • anemia relatif, ini terjadi karena hemodolusi
                  • Tekanan darah meningkat memperbesar rahim dan pembuluh darah, dan dapat menyebabkan pembengkakan dan pingsan
                  • curah jantung bertambah 30-50%, sejak kehamilan minggu ke 5 sebagai akibat dari penurunan retensi vaskular sistemik dan peningkatan denyut jantung.
                  • volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
                  • volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir kehamilan.
                • Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat reaksi antigen-antibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan. Infeksi dicurigai bila leukosit melebihi 15.000/mm3. 
                • Trombosit meningkat sampai 300.000-600.000/mm3, tromboplastin penting untuk hemostasis yang baik pada kehamilan dan persalinan. 
                • Fibrinogen juga meningkat 350-750 mg/dl (normal 250-350 mg/dl). 
                • Laju endap darah meningkat. 
                • Protein total meningkat, namun rasio albumin-globulin menurun karena terjadi penurunan albumin alfa-1, alfa-2 dan beta diikuti peningkatan globulin alfa-1, alfa-2 dan beta. 
                • Faktor-faktor pembekuan darah meningkat.
              • Perubahan pada tractus Respiratory
                • Selama kehamilan Diafragma naik sampai 4 cm, lingkaran thorak akan meningkat 6 cm, namun tidak cukup untuk mengurangi residual volume udara dalam paru akibat naiknya diafragma menyebabkan napas cepat dan dangkal (20-24x/menit). Inilah yang menyebabkan wanita hamil merasa napasnya sesak.
              • Perubahan pada Tracktus uranius
                • Pada ginjal ukurannya akan membesar, GFR dan renal plasma flow akan meningkat juga, kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
                • Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun akibat pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering (poliuria)
                • Terjadi dilatasi pelvis, calix dan ureter.
              • Perubahan pada Gastrointestinal
                • Pada akhir kehamilan gaster dan intestinum terdesak oleh uterus yang membesar, akibatnya pemeriksaan fisik pada beberapa penyakit mengalami perubahan.
                • Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi (susah BAB), lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga terjadi peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).
                • Hemoroid sering di temukan
              • Peningkatan Berat Badan 
                • `Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi konsepsi dan volume berbagai organ / cairan intrauterin.
                • Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg, penambahan volume sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg, penumpukan cairan interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0-1.5 kg

              Hal-hal Yang Penting Diperhatikan Dalam Kehamilan

              • Berat badan dan tinggi badan ibu
                • Pada pemeriksaan kehamilan pertama perhatikan apakah berat badan ibu sesuai dengan tinggi badan ibu dan usia kehamilan. Bila berat badan ibu kurang atau lebih cari dan atasi penyebabnya. Pada pemeriksaan selanjutnya perhatikan peningkatan berat badan ibu. Penambahan berat badan ibu hamil 0,5 kg perminggu atau 9 kg – 11 kg selama kehamilan. Bila ibu memiliki tinggi badan kurang dari 140 cm, curigai adanya disproporsi sefalopelvik.
              • Tekanan darah
                • Apabila kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 30 mmHg atau mencapai  lebih dari 140 mmHg atau kenaikan tekanan darah diastolik lebih dari 15 mmHg atau mencapai  lebih dari  90 mmHg, curigai adanya preeklamsia, eklamsia atau hipertensi dalam kehamilan.
              • Tinggi fundus uteri
                • Tinggi fundus uteri meningkat sesuai usia kehamilan. Peningkatan tinggi fundus uteri terutama pada trimester ketiga kehamilan.
              • Bunyi jantung janin (BJJ)
                • Dalam keadaan yang normal frekuensi BJJ berkisar antara 120-160 x/menit. Berdasarkan partograf WHO, denyut kurang dari 120 detik/menit (bradicardi) atau lebih dari 160 detik/menit (takicardi) saatibu sedang tidak HIS menunjukkan gawat janin. 
                • Bila tidak ditemukan BJJ pada daerah punggung janin, curigai adanya kematian janin (IUFD), mola hidatidosa, atau pertumbuhan janin terhambat. Ditemukannya dua bunyi jantung ditempat yang berbeda dengan perbedaan frekuensi paling sedikit 10 detak/menit merupakan diagnosis pasti kehamilan ganda (gamelli).
              • Odema
                • Odema tungkai bawah pada trimester terakhir dapat merupakan hal yang fisiologis. Namun bila disertai odema ditubuh bagian atas seperti muka dan lengan, terutama bila diikuti peningkatan tekanan darah, curigai adanya preeklamsia.
              • Besar dan letak janin
                • Ukuran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih kecil) dapat disebabkan oleh terhambatnya pertumbuhan janin atau kematian janin intra uterine. Sedangkan bila lebih besar curigai adanya makrosomia, kehamilan mola, atau gamelli. Setelah kehamilan 34 minggu, letak janin yang normal adalah memanjang dengan letak kepala di bawah. Kelainan yang dapat terjadi adalah letak lintang, letak oblia atau letak sungsang (presentasi bokong).
              • Perdarahan
                • Perdarahan pada trimester pertama dapat merupakan hal yang fisiologis yaitu tanda hartman, perdarahan pervaginam akibat nidasi blastosis ke endometrium yang menyebabkan perlukaan. Perdarahan berlangsung sebentar, sedikit dan tidak membahayakan kehamilan. Perdarah TM1 dapat merupakan hal patologis yaitu abortus, kehamilan ektropik, atau mola hidatidosa. Setelah kehamilan 22 minggu, perdarahan yang terjadi disebut perdarah antepartum, banyak disebabkan plasenta previa dan solusio placenta.

                                               SUMBER : Bahan Kuliah Fakultas Kedokteran.

              pengertian dan kalsifikasinya malnutrisi atau Kurang energi protein


              GIZI BURUK

              Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah yang mencakup keadaan gizi kurang maupun gizi lebih. Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kekurangan energi atau protein dan dilapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang menderita defisiensi murni ataupun defisiensi protein murni. Anak dengan defisiensi protein biasanya disertai pula dengan defisiensi energi atau nutrient lainnya. Karena itu istilah yang lazim dipakai adalah malnutrisi energi protein (MEP) atau kekurangan energi protein (KKP).

              MEP dapat diklasifikasikan menjadi MEP ringan dan MEP berat. MEP berat dibagi lagi menjadi marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwasiorkor. Kasus-kasus kwashiorkor tidak terlepas dari adanya faktor kekurangan energi dan pada kasus-kasus marasmus terdapat adanya kekurangan protein. 
              System Welcome Trust Working Party membedakan berat badan dan oedema sebagai berikut:
              • Kwashiorkor
                • BB lebih dari 60% dari BB baku disertai oedema
              • Marasmus-Kwashiorkor
                • BB kurang dari 60% dari BB baku disertai oedema
              • Marasmus
                • BB kurang dari 60% dari BB baku tanpa disertai oedema
              Undernutrition dipakai untuk keadaan defisiensi berbagai nutrisi yang lebih khusus ditujukan kepada defisiensi energi yang sifatnya ringan. Underweight hanya dipakai untuk keadaan dengan berat badan yang lebih rendah dari berat badan baku



              Malnutrisi Energi Protein (MEP, gizi buruk)
              Defisiensi nutrisi tunggal adalah sebuah contoh dari undernutrisi atau malnutrisi. Biasanya, ini merupakan defisiensi beberapa nutrisi. MEP, contohnya, dimanifestasikan sebagai intake diet protein dan energi yang tidak adekuat, baik karena intake diet dari dua nutrisi yang lebih sedikit dibutuhkan pada pertumbuhan normal atau karena kebutuhan pertumbuhan lebih besar daripada yang disuply oleh apa yang dibutuhkan adekuat untuk pertumbuhan. Bagaimanapun, PEM hampir selalu bersamaan dengan defisiensi nutrisi yang lain.


              Gambaran klinis MEP sangat bervariasi dalam derajat beratnya dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita serta gambaran klinis lain yang menyertai akibat defisiensi vitamin dan mineral. MEP berat sering disertai dengan hambatan pertumbuhan.

              MEP ringan/ sedang 

              Istilah lain adalah gizi kurang atau undernutrition. Keadaan ini seringkali pada masa menyusui berkisar umur 9 bulan dan 2 tahun. Gambaran yang mencolok adalah adanya gagal tumbuh, seringkali terkena infeksi, adanya anemia, berkurangnya aktivitas jasmani, serta hambatan perkembangan mental dan psikomotor sedangkan perubahan rambut dan kulit jarang ditemukan.
              • Gagal tumbuh
                • Ditandai oleh adanya hal berikut:
                  • Perlambatan atau terhentinya pertumbuhan linier
                  • Perlambatan/terhentinya kenaikan berat badan bahkan terhenti
                  • Berkurangnya ukuran LLA
                  • Pematangan/ usia tulang terhambat
                  • Rasio berat badan terhadap tinggi badan berkurang atau normal
                  • Tebal lipatan kulit berkurang atau normal
                • Pola gagal tumbuh dapat bervariasi tergantung dan bagaimana terjadinya kekurangan masukan makanan. 
                • Pada kekurangan masukan makanan yang akut, seperti pada gastroenteritis dan campak, maka berat badan menurun banyak sekali sedangkan tinggi badan tidak, sehingga rasio berat badan terhadap tinggi badan menjadi berkurang. 
                • Pada keadaan masukan makanan kurang dan berlangsung dalam waktu lama, baik kenaikan berat badan maupun tinggi badan keduanya berkurang sehingga rasio berat badan terhadap tinggi badan tetap normal atau tidak berubah.
              • Infeksi
                • Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadinya infeksi, khususnya gastroenteritis, campak dan pneumonia. Penyebab lain seringnya terjadi dan rentannya terhadap infeksi pada anak dengan gizi kurang adalah karena berkurangnya cadangan metabolisme.
              • Anemia
                • Jenis makanan yang mengakibatkan kurang gizi umumnya kurang mengandung besi, asam folat dan berbagai vitamin, sehingga pada kebanyakan anak dengan gizi kurang disertai oleh adanya anemia ringan sampai sedang. Gambaran sumsum tulang menunjukkan adanya hipoplasia dan pada kebanyakan kasus juga gambaran defisiensi dan anemia megaloblastik
              • Aktivitas Jasmani
                • Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus MEP. Anak tampak lesu dan tidak bergairah dan pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.
              • Keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor
                • Keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor merupakan karakteristik MEP. Kemampuan bicara dan berjalan umumnya lebih lambat dari anak normal. Kelainan ini umumnya segera pulih pada terapi nutrisi yang sdekuat
              • Perubahan warna kulit dan rambut
                • Umumnya terjadi pada kasus yang berat. Kadang terdapat rambat yang kasar, disamping ukuran antropometri yang berkurang di beberapa daerah berkembang.

              DEMIKIAN DULU POSTING SAYA KALI INI, UNTUK KELANJUTANNYA SAYA AKAN MEMBAHAS MENGENAI MARASMUS, MARASMUS- KWASIKOR,  KWASIKOR.............................................. DISINI

              video komplikasi diabetes melitus

              VIDEO MEDIS KOMPIKASI DIABETES MELITUS DAN PEMBAHASAN SINGKAT.





              Komplikasi diabetes dapat di bedakan atas 2 macam, yaitu ;

              • komplikasi metabolik akut
                • keto asidosis diabetik
                • koma hiperosmolar hiperglikemik non ketotik
              • komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang
                • makroangiopati
                  • ulkus diabetikum
                  • penyakit jantung
                  • stoke
                • mikroangiopati
                  • retinopati diabetik
                  • nefropaty diabetik
                  • neuropaty diabetik

              SEMUA KOMPLIKASI DIATAS AKAN SAYA JELASKAN SATU PERSATU PADA POSTING SAYA YANG AKAN DATANG

              video diabetes dan cara diagnosis diabetes melitus

              VIDEO ANIMASI DIABETES DAN PENJELASAN SINGKAT CARA DIAGNOSA 
                                                      DIABATES MELITUS

              Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.




              DIAGNOSIS
              Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah.
              Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai.
              Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya (yang melakukan program
              pemantauan kendali mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah ututh (whole blood), vena ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO.
              Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler.


              Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring.
              Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjutkan gejala/ tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. Serangkaian uji diagnostik akan dilakukan kemudian pada mereka
              yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk memastikan diagnosis defenitif.


              Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko DM sebagai berikut

              • Usia lebih dari 45 tahun
              • Berat badan lebih : 
                • BBR lebih dari 110% BB idaman atau IMT lebih dari  23kg/m2
              • Hipertensi dimana tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
              • Riwayat DM dalam garis keturunan
              • Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi lebih dari 4000 gram
              • Kolesterol HDL kurang  35 mg/dl dan atau trigliseridalebih dari 250 mg/dl.
              Catatan;
              Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun; sedangkan bagi mereka yang berusia lebih dari 45 tahun tanpa faktor risiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.


              Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT), sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan GDPT merupakan tahapan sementara menuju DM. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes tolerasi glukosa oral (TTGO) standar.



              Langkah-langkah Untuk Menegakkan Diagnosis Diabetes Melitus dan Gangguan Toleransi Glukosa.
              Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa

              • poliuria (meningkatnya pengeluaran urin 
              • polidipsia ( timbulnya rasa haus yang berlebih) 
              • polifagia ( rasa lapar yang berlebih) dan 
              • penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. 

              Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita.


              • Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM.
              • Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah puasa lebih dari 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl pada hari yang lain atau dari hasil test tolerasi glukosa oral (TTGO) di dapatkan glukosa pasca pembebanan lebih dari atau sama dengan 200mg/dl


              Gambar Langkah-langkah diagnostik DM dan toleransi glukosa terganggu





              video animasi penatalksanaan obstruksi saluran pernapasan

              VIDEO OBSTRUKSI SALURAN PERNAPSAN



              PENDAHULUAN 
              • Sumbatan jalan nafas merupakan salah satu penyebab kematian utama yang kemungkinan masih dapat diatasi. Penolong harus dapat mengenal tanda-tanda dan gejala-gejala sumbatan jalan nafas dan menanganinya dengan cepat walaupun tanpa menggunakan alat yang canggih. 
              • Sumbatan jalan nafas dapat dijumpai baik didalam rumah sakit maupun diluar rumah sakit. Di luar rumah sakit misalnya penderita tersedak makanan padat sehingga tersumbat jalan nafasnya, sedangkan di dalam rumah sakit misalnya penderita tidak puasa sewaktu akan dilaksanakan pembedahan sehingga dapat terjadi aspirasi yang dapat menyumbat jalan nafasnya. 
              SEBAB-SEBAB SUMBATAN JALAN NAFAS
              • Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita jumpai adalah dasar lidah, palatum mole, darah atau benda asing yang lain. 
              • Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi. 
              • Benda asing, seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. 
              • Penderita yang mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan nafas atas pada penderita stupor atau koma yang dangkal. 
              • Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi pada jalan nafas bagian bawah, dan ini terjadi sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau benda asing kedalam paru. 

              MACAM SUMBATAN JALAN NAFAS 
              • Obstruksi jalan napas merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation. Lagi pula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak airway yang paten. Obstruksi jalan napas dapat total dan parsial.
              • Obstruksi total 
                • Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih sadar atau dalam keadaan tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink. Bila obstruksi total timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial yang kemudian menjadi total.
              • Obstruks parsial 
                • Obstruksi parsial dapat disebabkan berbagai hal. Biasanya penderita masih dapat bernapas sehingga timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya. Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung, dsb) : timbul suara ”gurgling” suara bernapas bercampur suara cairan. Dalam keadaan ini harus dilakukan penghisapan (suksion) Lidah yang jatuh ke belakang : keadaan ini dapat karena keadaan tidak sadar (koma) atau patah tulang rahang bilateral. Timbul suara mengorok (snoring) yang harus diatasi dengan perbaikan airway manual atau dengan alat. Penyempitan di laring atau trakhea : dapat disebabkan edema karena berbagai hal (luka bakar, radang, dll) ataupun desakan neoplasma. Timbul suara ”crowing” atau stridor respiratoir. Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan perbaikan airway distal dari sumbatan misalnya dengan trakheostomi. 
              • Sumbatan jalan nafas total bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 sampai 10 menit dapat mengakibatkan asfiksi (kombinasi antara hipoksemia dan hiperkarbi), henti nafas dan henti jantung. Sumbatan partial harus pula dikoreksi karena dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab otak, sembab paru, kepayahan, henti nafas dan henti jantung sekunder. 

              CARA MENGENAL SUMBATAN JALAN NAFAS 
              • Pada sumbatan jalan nafas total tidak terdengar suara nafas atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut. Terdapat pula tanda tambahan yaitu adanya retraksi pada daerah supraklavikula dan sela iga bila penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tidak mengembang pada waktu inspirasi. Pada sumbatan jalan nafas total bila dilakukan inflasi paru biasanya mengalami kesulitan walaupun dengan tehnik yang benar. 
              • Pada sumbatan jalan nafas partial terdengar aliran udara yang berisik dan kadang-kadang disertai retraksi. Bunyi lengking menandakan adanya laringospasme; dan bunyi seperti orang kumur menandakan adanya sumbatan oleh benda asing. 

              PENANGANAN JALAN NAFAS DARURAT 
              • Penanganan jalan nafas terutama ditujukan pada penderita tidak sadar, yang memerlukan tindakan cepat sampai sumbatan teratasi. Sambil meminta pertolongan orang lain dengan cara berteriak kita harus tetap disamping penderita. 
              • Pertama-tama yang kita lakukan pada penderita tidak sadar dan mengalami sumbatan jalan nafas adalan ekstensi kepala karena gerakan ini akan meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari dinding belakang farings. 
              • Disamping ekstensi kepala kadang-kadang masih diperlukan pendorongan mandibula ke depan untuk membuka mulut karena kemungkinan adanya sumbatan pada hidung. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan mulut disebut gerak jalan nafas tripel (Safar). Orang yang tidak sadar rongga hidung dapat tersumbat selama ekspirasi, karena palatum mole bertindak sebagai katup. 
              • Ekstensi kepala 
                • Pada penderita sadar, sebaiknya penderita ditelentangkan dan muka menghadap keatas, kemudian kepala di ekstensikan dengan cara leher diangkat keatas. Hati-hati pada penderita dengan kecelakaan karena kemungkinan adanya patah tulang leher, sehingga mengangkat leher sering tidak dilakukan. 
                • Teknik ekstensi kepala ialah tangan penolong mengangkat leher korban dan tangan yang lain diletakkan pada dahinya. Teknik ini menyebabkan mulut sedikit terbuka. Jika mulutnya tertutup atau dagunya terjatuh, maka dagu harus di topang, dengan cara memindahkan tangan yang dibawah leher untuk menopang dagu ke depan, sambil membuka mulutnya sedikit, tanpa menekan bagian leher di bawah dagu karena dapat menyebabkan sumbatan. 
                • Kalau penderita mempunyai gigi palsu yang terpasang baik, jangan dilepas, karena gigi palsu dapat mempertahankan bentuk mulut, sehingga memudahkan ventilasi buatan. 
                • Jika dengan cara mengangkat leher keatas dan menekan dahi masih saja jalan nafas tidak lancar maka segera mendorong mandibula ke depan dan membuka mulut. Penderita yang tidak sadar sebaiknya diletakkan horizontal dan dagu didorong kedepan atau leher diganjal dengan apa saja ( kalau ada semacam guling kecil ) sehingga jalan nafas tetap lancar. Hati-hati pada penderita trauma, kepala-leher-dada harus dipertahankan dalam posisi garis lurus, karena ditakutkan menambah cedera pada tulang belakang, bila tidak pada posisi tersebut. 
                • Pada penderita tidak sadar dan masih bisa bernafas spontan di letakkan pada posisi sisi mantap. Posisi sisi mantap lebih sering diterapkan pada musibah masal, karena selain menghemat jumlah tenaga penolong juga memudahkan pengeluaran benda asing cair dari mulut penderita.
              • Cara melakukan posisi mantap 
                • Fleksikan tungkai yang terdekat pada penolong. 
                • Letakkan tangan yang terdekat dengan penolong dibawah pantat penderita. 
                • Secara lembut gulirkan penderita ke arah penolong. 
                • Ekstensikan kepala penderita. Letakkan tangan penderita yang sebelah atas dibawah pipi sebelah bawah untuk mempertahankan ekstensi kepala dan mencegah penderita bergulir ke depan. Lengan sebelah bawah yang berada di punggung penderita mencegah penderita bergulir kebelakang.

                GERAK JALAN NAFAS TRIPEL 
                • Gerak jalan nafas tripel merupakan kombinasi antara ekstensi kepala, pembukaan mulut, dan pendorongan mandibula kedepan. 
                • A. Penolong pada verteks penderita, untuk penderita yang masih bernafas spontan. 
                • B. Penolong pada sisi penderita bila penderita tidak bernafas dan penolong siap untuk melakukan pernafasan bantu. 
                • C. Gerak jalan nafas tripel yang dimodifikasi dengan mengangkat mandibula dengan ibu jari ( hanya untuk pasien lemas ) 

                PEMBERSIHAN JALAN NAFAS MANUAL
                • Bila dicurigai ada benda asing di jalan nafas atas, maka mulut harus dibuka dengan paksa dan mengeluarkan benda asing tersebut. 
                • Ada 3 cara untuk membuka mulut dengan paksa : 
                  • A. Gerak jari menyilang, untuk mandibula yang agak lemas. 
                  • B. Gerak jari di belakang gigi geligi, untuk mandibula yang kaku. 
                  • C. Gerak angkat mandibula lidah, untuk mandibula yang sangat lemas. 
                • A. Gerak jari menyilang. 
                  • Penolong pada verteks atau samping kepala penderita. Jari telunjuk penolong di masukkan kedalam sudut mulut penderita dan tekan kan jari tersebut pada gigi geligi atasnya, kemudian tekanlah gigi geligi bawah dengan ibu jari yang menyilang jari telunjuk tadi sehingga mulut secara paksa membuka. 
                • B. Gerak jari di belakang gigi geligi. 
                  • Masukkan satu jari telunjuk di antara pipi dan gigi geligi penderita dan ganjalkan ujung jari telunjuk tadi di belakang molar terakhir. 
                • C. Gerak angkat mandibula lidah. 
                  • Ibu jari penolong di masukkan ke dalam mulut dan farings penderita dan dengan ujung ibu jari penolong dasar lidah diangkat. Jari jari yang lain memegang mandibula tadi pada dagu dan mengangkatnya k edepan. 
                • Gerakan - gerakan A, B dan C tadi selain untuk membuka mulut secara paksa juga digunakan menghisap benda asing, memasukkan alat jalan nafas dan laringoskop. 

                MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS.
                • Bila ada sumbatan jalan napas, sudah jelas bahwa sumbatan tersebut harus diatasi. Walaupun demikian dalam keadaan tertentu misalnya penderita dengan koma, tetap dilakukan pemasangan alat jalan napas, karena sumbatan dalam keadaan ini adalah mengancam (impending). Membersihkan jalan nafas ada dua cara  yaitu dengan cara manual dan dengan penghisapan 
                • Secara manual 
                  • Pada orang sadar biasanya jalan napas sudah terjaga oleh penderita sendiri, walaupun mungkin terganggu karena sebab lain seperti sumbatan karena neoplasma dll. 
                  • Bila penderita tidak sadar maka lidah dapat dihindarkan jatuh ke belakang dengan memakai: 
                  • Head tilt and chin lift maneuver 
                    • Prosedur ini tidak boleh dipakai bila ada kemungkinan patah tulang servikal. Tangan kanan diletakkan pada dahi penderita, sedangkan tangan kiri pada ujung dagu mengait dagu dan menarik mandibula ke depan. Mulut tidak boleh terkatup. Bila perlu ujung dagu dijepit dan ditarik ke depan. Jangan meletakkan ibu jari dalam mulut penderita bila tidak ingin terluka. 
                  • Jaw thrust 
                    • Petugas di belakang kepala penderita dan dengan kedua tangan di belakang sudut rahang bawah mendorong rahang bawah ke anterior. 
                • Penghisapan benda asing dari jalan nafas ada dua cara : 
                  • Penghisapan benda asing dari daerah farings, hendaknya menggunakan penghisapan dengan tekanan negatif yang besar. 
                  • Penghisapan benda asing dari daerah trakeobronkus, hendaknya menggunakan penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat mengalami asfiksi. 
                • Alat yang dipakai Suksion dapat dilakukan dengan kateter suksion (kateter lunak, soft/flexible tipped) atau alat suksion khusus seperti yang dipakai di kamar operasi (rigid tip, tonsil tip atau Yankauer tip). 
                  • Untuk cairan (darah, sekret, dll) dapat dipakai soft tip, tetapi untuk materi yang kental (sisa makanan, dll) sebaiknya memakai tipe yang rigid. 
                  • Soft tip kateter dapat dipakai untuk melakukan suksion daerah hidung atau nasofaring serta dapat dimasukkan melalui tube endo tracheal (ETT). 
                  • Rigid tip dapat menyebabkan timbulnya refleks muntah bila tersinggung dinding faring. atau bahkan dapat menimbulkan perdarahan. Walaupun demikian rigid tip lebih disukai karena manipulasi alat lebih mudah dan suksion lebih efisien.
                • Untuk penghisapan didaerah trakeobronkus dan nasofaring sebaiknya menggunakan kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly mulai dari ujung kateter sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung tersebut memungkinkan kate- ter dapat dimasukkan kedalam salah satu bronkus utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan kekanan. Diameter kateter seharusnya kurang dari setengah diameter pipa trakea.

                JALAN NAFAS SEMENTARA 
                • Jalan napas sementara Dengan alat dimasukkan lewat hidung (nasopharingeal airway) atau lewat mulut (oropharingeal airway). 
                • Oro pharingeal airway 
                  • Alat ini lebih populer sebagai ”guedel” walaupun ada tipe yang lain seperti misalnya tipe mayo atau williams. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa oropharingeal airway tidak boleh dipasang pada penderita sadar atau pada penderita setengah sadar yang berusaha menolak alat ini. 
                  • Pemaksaan pemasangan alat ini akan menimbulkan ”gag refleks” atau muntah yang mungkin menyebabkan aspirasi. Ukuran panjang oropharingeal airway dihitung dari sudut mulut ke angulus mandibulae (sudut rahang bawah). 
                  • Pemasangan alat ini bisa dengan 2 cara : yang pertama, mulut dibuka lalu dimasukkan terbalik dan bila sudah mencapai palatum mole lalu dilakukan rotasi. Yang kedua, mulut dibuka dengan tongue spatel lalu dengan hati-hati dimasukkan ke belakang. Pada anak kecil sebaiknya memakai cara kedua karena proses rotasi mungkin menyebabkan patahnya gigi atau kerusakan farings. 
                • Naso pharingeal airway 
                  • Alat ini tidak boleh dipsang bila ada kemungkinan fraktur basis kranii anterior (keluar darah dari hidung atau mulut dan ada brill hematom), karena mungkin alat ini bisa masuk ke otak. Pada keadaan ini pemasangan hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memakai mandrin atau stylet. Panjang tube dapat dihitung dari pangkal cuping hidung sampai cuping telinga. 
                  • Cara pemasangan : dengan selalu mengusahakan masuk melalui lubang hidung sebelah kanan walaupun yang kiri juga diperbolehkan, tube diberi pelumas terlebih dahulu lalu dimasukkan perlahan ke belakang, bila ada hambatan langsung ditarik keluar dan dicoba di sebelahnya. Tube akan terlalu panjang bila setelah pemasangan tidak ada hembusan udara melalui lumen dari tube berarti masuk ke dalam esophagus.

                KRIKOTIROTOMI
                • Cara ini untuk nafas spontan baik dengan udara ataupun dengan oksigen, untuk ventilasi buatan dan penghisapan. Tindakan ini memerlukan kanula terbesar yang tersedia dan tidak menyebabkan cedera larings.
                • Pada orang dewasa diameter luar sebesar 6 mm, dan pada anak besar sebesar 3 mm. Pada anak kecil dan bayi, gunakanlah jarum no. 12 G.
                • Teknik krikotomi 
                  • Letakkan penderita terlentang dengan kepala ekstensi. Pegang larings dengan ibu jari dan jari tengah serta tentukan membrana krikoid dengan jari telunjuk. Buat sayatan kulit horizontal yang cukup. Lakukan insisi tusuk melalui membrana krikotiroid. Dorong kanula ujung tumpul melalui membrana ke dalam lumen trakea.

                JALAN NAFAS PADA RESUSITASI
                • Sumbatan jalan nafas dapat merupakan sebab utama henti jantung dan nafas atau dapat terjadi sebagai akibat hilangnya kesadaran. Sumbatan jalan nafas total yang tidak ditangani, dalam periode yang sangat singkat (biasanya dalam 2-5 menit kecuali dalam keadaan yang tidak lazim, contohnya pada hipotermi atau intoksikasi obat sedasi atau obat opioid) menyebabkan kerusakan neurologik atau kerusakan sistemik vital lain yang dapat ireversibel atau fatal.
                PENILAIAN DASAR JALAN NAFAS PADA RESUSITASI
                • Penilaian jalan nafas didasarkan pada pemeriksaan ketidaksadaran pasien, gerakan dada dan merasakan aliran udara dari mulut dan hidung. 
                • Penilaian harus dilakukan pada posisi pasien ditemukan, khususnya jika dicurigai terdapat trauma. Pasien yang tidak bernafas harus dibaringkan pada posisi terlentang (menggunakan manual in-line stabilization kepala dan leher jika potensial terdapat cedera tulang belakang servikal). Kepala dan leher harus diposisikan pada posisi jalan nafas bebas menggunakan head and chin lift tilt (diabaikan bila potensial terdapat cedera tulang belakang servikal) dan jaw thrust. Idealnya kepala ditempatkan pada bantal kecil untuk mendapatkan posisi “sniffing the morning air position”. 
                • Penilaian harus dilengkapi dengan mencari tanda-tanda lain seperti sianosis, pucat, salivasi yang berlebihan, isi lambung atau benda asing di mulut atau faring dan bukti trauma kepala, maksilofacial, leher atau dada saat kepala dan dada telah diposisikan. 
                • Fonasi yang abnormal atau suara nafas dan wheezing atau stidor merupakan indikasi sumbatan jalan nafas. Stidor yang terjadi selama inspirasi umumnya mengindikasikan sumbatan diatas laring, wheezing yang terjadi selama ekspirasi biasanya mengindikasikan sumbatan dibawah laring.

                PEMBUKAAN JALAN NAFAS
                • Prosedur awal dan paling penting untuk resusitasi yang berhasil adalah pembukaan segera jalan nafas. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
                • Backward tilf of the head 
                  • Menengadahkan kepala pasien ke belakang maksimal, dengan menopang dagu (angkat dagu). Penekanan kebelakang dengan menempatkan satu tangan pada dahi untuk menengadahkan kepala ke belakang, dan dengan jari-jari tangan yang lain menopang dagu untuk meregangkan struktur leher anterior, dan pada saat yang sama mejaga mulut sedikit terbuka. Hindari penekanan leher di bawah dagu karena dapat menyebabkan sumbatan. Manuver ini membuka faring dan efektif pada sebagian besar kasus.
                • Metode alternatif adalah head tilt by neck lift yaitu dengan satu tangan dibawah leher dan tangan yang lain pada dahi. Pada kecurigaan trauma pada leher, kepala ditengadahkan ke belakang secukupnya saja dan ditambah dengan jaw thrust dan buka mulut bila perlu

                PENGELOLAAN SUMBATAN JALAN NAFAS ATAS OLEH BENDA ASING (TERCEKIK / CHOKING)
                PENYEBAB DAN TANDA
                • Pada orang dewasa, penyebab paling umum adalah aspirasi isi lambung atau darah yang dihubungkan dengan hilangnya reflek perlindungan laring dan tercekik oleh bagian besar makanan yang tidak dikunyah dengan sempurna. 
                • Pada anak-anak dan pasien dengan retardasi mental, sejumlah besar benda yang ditelan dapat merupakan penyebab tambahan, sebagai contoh : kacang, kelereng, tutup bolpoin, manik-manik dan seterusnya. 
                • Tercekik ditandai dengan distress respirasi, stidor, wheezing dan batuk. Pasien tidak bisa bicara atau bernafas dan terjadi sianosis seiring dengan sumbatan menjadi lebih total dan aliran udara berkurang. Pasien kehilangan kesadaran dan kematian terjadi jika sumbatan tidak dibebaskan dengan segera. Pasien mungkin menunjuk atau mencengkeram lehernya, merupakan tanda universal untuk tercekik.
                PENGELOLAAN
                • Pasien diperintahkan untuk batuk dan diamati secara seksama bila tampaknya terdapat pergerakan udara yang adekuat. Oksigen harus diberikan bila tersedia. 
                • Tindakan positif yang segera diperlukan jika tidak terdapat atau hanya terdapat sedikit pergerakan udara. Sumbatan mungkin dapat dibebaskan dengan mengatur posisi kepala dan leher, tepukan pada punggung, dorongan pada perut atau dada, pasien diposisikan pada posisi lateral atau gerakan menyapu dengan jari, atau dengan menggunakan laringoskop dengan sucton. 
                • Forsep Magill dapat digunakan untuk menghilangkan sumbatan dibawah penglihatan langsung. Sumbatan jalan nafas dapat di bypass dengan surgical airway dengan krikotiroidotomi atau needle jet ventilation bila keahlian dan peralatan yang diperlukan tersedia.
                • a. Tepukan di punggung (Back blows) 
                  • Satu seri terdiri dari lima tepukan di punggung saat ekspirasi dengan pasien berdiri, duduk atau pada posisi lateral. Lebih disukai kepala harus diposisikan dibawah dada untuk mendapat keuntungan drainase gravitasi yang paling baik. 
                  • Anak kecil harus diposisikan tengkurap dengan kepala lebih rendah pada paha atau lengan penolong, apabila tetap gagal menghilangkan sumbatan, dorongan pada perut (abdominal thrust) harus digunakan.
                • b. Dorongan pada perut / Abdominal thrusts (Heimlich manoeuvre) 
                  • Dorongan perut dapat diaplikasikan dengan pasien berdiri, duduk atau berbaring terlentang di bawah. Posisi terlentang digunakan pada pasien yang tidak sadar dan sangat gemuk atau jika penolong tidak mungkin untuk melingkari perut pasien. Dorongan perut dapat berakibat kerusakan organ dalam abdomen atau regur

                makalah low back pain akibat kerja

                LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA


                PENDAHULUAN


                1). Latar Belakang     
                Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu asuhan keperawatan dengan gejala umum yang terasa pada bagian lumbo-sacral, otot gluteal, paha dan sering kali pada ekstremitas bawah. Ketika karakteristik gejala low back pain muncul maka diperlukan pengangkatan suatu diagnosa dan bagaimana penanganannya yang tepat. Hampir dari 90 % penduduk pernah mengalami LBP dalam siklus kehidupannya.

                Low back pain dikatagorikan sebagai akut (kurang dari 12 minggu), sub akut (6-12 minggu) dan kronik (lebih dari 12 minggu). Umumnya LBP berhubungan dengan peregangan ligament dan otot yang diakibatkan dari mekanik tubuh yang salah saat mengangkat sesuatu. Faktor resiko untuk mengalami LBP adalah berat badan berlebih, memiliki postur dan memiliki kekuatan otot perut yang buruk.

                Sindroma klinis ini meskipun jarang berakibat fatal namun merupakan penyebab utama penurunan produktivitas kerja seseorang dan peningkatan biaya pengobatan. Mengingat tingginya kekerapan nyeri pinggang dan banyaknya penyakit atau kelainan yang dapat menyebabkan nyeri pinggang, diperlukan suatu pendekatan yang sistematik dalam menangani kasus nyeri pinggang. Pendekatan sistematik ini memungkinkan waktu, tenaga dan biaya pemeriksaan dapat digunakan sehemat mungkin.

                Pendekatan sistematik terhadap nyeri pinggang sebagaimana dikemukakan dibawah ini dihimpun dari berbagai sumber. Dasarnya ialah problem-oriented approach, sehingga diharapkan dapat mencakup semua atau hampir semua kasus nyeri pinggang. Semoga bermanfaat bagi kita semua.


                7 LANGKAH DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

                Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.
                Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:

                1. Tentukan Diagnosis klinisnya
                Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit dari anamnesis, pemeriksaan fisik sampai penunjang. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

                2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
                Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
                • Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis
                • Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
                • Bahan yang diproduksi
                • Materi (bahan baku) yang digunakan
                • Jumlah pajanannya
                • Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
                • Pola waktu terjadinya gejala
                • Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
                • Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya)
                3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut
                Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).

                4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
                Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

                5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
                Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.

                6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
                Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

                7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
                Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

                Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. 

                Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.



                DIAGNOSA KLINIS
                sesuai dengan tujuh langkah dalam penetapan diagnosa penyakit akibat kerja dalam kedokteran okupasi, bahwa hal pertama yang di lakukan adalah menentukan diagnosa klinis terhadap gejala-gejala pasien tersebut, maka langkah pertama yang di lakukan adalah diagnosa klinis. Diagnosa klinis dapat di tempuh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan beberapa test neurologi  dan beberapa pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi untuk penentuan diagnosa klinis sesuai dengan penyakit LBP.

                Anamnesis  (dilakukan secara  autoanamnesis pasien)
                1). Alasan kedatangan/keluhan utama
                Pada anamnesis  Pertanyaan yang umum ditanyakan yaitu adakah rasa nyeri, dimana terasa nyeri, sudah berapa lama merasakan nyeri, kuantitas nyerinya? (berat atau ringan), apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan.

                2). Riwayat perjalanan penyakit sekarang
                Pertanyaan – pertanyaan yang di tujukan ini menyangkut bagaimana terjadinya atau faktor pencetus penyakit tersebut. Riwayat kecelakaan atau trauma, Riwayat sering kesemutan, demam selain rasa nyeri juga wajib di anamnesis.

                3). Riwayat penyakit keluarga
                Riwayat penyakit keluarga juga penting untuk ditanyakan apakah terdapat kelainan-kelainan yang berhubungan dengan keluarga atau tidak. seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, asma dsb.

                Riwayat penyakit dahulu penting ditanyakan apakah pasien dulu nya pernah mengalami gejala atau kelainan yang sama karena dengan riwayat penyakit dahulu juga mungkin akan membantu kita dalam melakukan diagnosis apakah kelainan pasien sendiri berhubungan atau tidak dengan pekerjaan pasien sendiri. 

                5). Riwayat pekerjaan
                Riwayat penyakit pekerjaan penting ditanyakan agar kita sebagai dokter dapat mengethui apakah pekerjaan pasien sendiri bisa menjadi pajanan utama dalam menyebabkan rasa nyeri pada punggung pasien juga. Bisa juga tanyakan apakah pasien ada pekerjaan sampingan lainnya disamping pekerjaan utama yang dilakukan pasien sehingga hal tersebut dapat membantu kita dalam mendiagnosis penyakit pasien sendiri apakah penyakit tersebut salah satu penyakit yang ditimbulkan akibat kerja (PAK) atau tidak. 

                Pemeriksaan Fisik

                • Inspeksi :
                  • Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
                  • Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis.
                  • Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
                    •  Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
                    • Ekstensi ke belakang (back extension)  seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
                    • Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
                    • Lokasi dari HNP  biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
                    • Nyeri pinggang bawah pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak patognomonik.
                • Palpasi :
                  • Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. 
                  • Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. 
                  • Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan  pada kelainan neurologis. Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada diagnosis nyeri pinggang bawah dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. 
                  • Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3 atau terutama digunakan untuk mengetahui  lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal. Refleks tumit predominan dari S1. Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
                Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.

                • Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya.
                  • Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
                    • Berjalan dengan menggunakan tumit.
                    • Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
                    • Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
                  • Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tetapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.
                  • Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
                    • Nyeri dalam otot.
                    • Rasa gerak.
                • Test-Test
                  • Test Lassegue
                    • Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° )  didorong ke arah     muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°. Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.

                gambar Test Lassegue

                  • Test Patrick
                    • Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka.
                    • Pasien tidur terlentang dan calcaneus menyentuh patella dan tangan pemeriksa berada di SIAS dan bagian medial dari knee. Setelah itu lakukan kompresi, apabila terjadi nyeri maka ada kelainan di sakroiliaka.


                gambar Test Patrick

                  • Test Kebalikan Patrick
                    • Pasien tidur terlentang dan kaki internal rotasi. Tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari knee. Setelah itu lakukan penekanan. Apabila terjadi nyeri maka terjadi kelainan di sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaka.
                  • Pada pemeriksaan punggung bawah juga dapat dilakukan Tes Kraus Weber , Bragard sign , Sicard sign , dan Neri sign. Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki. Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.Pemeriksaan Kraus Weber jika positif berarti menunjukkan adanya kemungkinan nyeri punggung bawah (low back pain) non spesifik, sementara pada pemeriksaan tanda Bragard, Sicard, dan Neri jika didapatkan positif berarti menunjukkan bahwa diagnosis HNP (hernia nukleus pulposus) dapat dapat ditegakan.
                Pemeriksaan Penunjang
                Radiologi
                • Foto Plain
                  • X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.


                Foto X-ray posisi anteroposterior (AP )
                lumbo sakral
                 
                • Myelografi
                  • Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.


                gambar Myelografi
                • Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )
                  • CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.
                  • MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.



                gambar CT_san dan MRI lumbo sakral
                • Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )
                  • EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.
                  • EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :
                    • Adanya kerusakan pada saraf
                    • Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )
                    • Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )
                    • Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
                    • Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf
                  • Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.
                DIAGNOSIS KERJA
                low back pain
                Sesuai dengan tujuh tahap okupasi yang telah di jelaskan diatas, bahwa syarat diagnosa okupasi  yang pertama adalah penentuan diagnosa klinis. Penentuan diagnosa klinis dapat di tempuh dengan berbagai cara seperti yang telah di jelaskan di atas dari anamnesis sampai pada pemeriksaan penunjang.  Atas dasar keluhan nyeri pada pinggang bagian belakang (setinggi lumbal), menjalar, dan tidak terus-menerus. Keluhan hilang dengan istirahat. Dan jika pada pemeriksaan klinis dan anamnesis di dapat nyeri di pinggang bawah, maka kita dapat mendiagnosa sebagai gejala Low Back Pain. Kondisi ini didukung oleh pekerjaan pasien dahulu yang sering terpapar faktor ergonomis (beban berlebih pada weight bearing joint/lumbal, dan muscle strain). 

                DEMIKIAN DAHULU POSTING SAYA KALI INI, UNTUK KELANJUTANYA AKAN SAYA PAPARKAN KELANJUTAN MAKALAH INI.. .....................             DI SINI