video penyakit skoliosis

video penyakit skoliosis


Apa itu skoliosis?
  • Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang), biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”
  • Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana, Penyakit ini juga sulit untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa, namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan stuktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya, sehingga wujudnya merupakan bengkok benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang
  • Ketika seseorang dengan tulang belakang normal dilihat dari depan atau belakang, tulang belakang tampak lurus, tapi pada orang dengan scoliosis jika dilihat dari depan atau belakang, maka tulang belakangnya tampak melengkung. Beberapa pakar menyebutkan bahwa lengkungan kesamping yang kurang dari 11 derajat masih dianggap normal.

UNTUK LEBIH LENGKAP TENTANG SKOLIOSIS DAPAT DI BACA DENGAN LENGKAP DI SINI, UNTUK POSTING INI AKAN DI BAHAS TENTANG SKRINING SKOLIOSIS

Skrining Skoliosis
  • Skrining Skoliosis Program skrining skoliosis pada siswa yang memasuki usia remaja masih banyak diperdebatkan. Suatu penelitian epidemiologi dari sejumlah anak yang menderita skoliosis mendapat pengobatan, sementara sebagian lagi tidak perlu tindakan pengobatan. Pada tahun 1993, suatu Satuan Tugas (Satgas) Pelayanan Preventif Amerika Serikat (U.S. Preventive Services Task Force=USPSTF) menyimpulkan kurangnya bukti keuntungan dari skrining rutin skoliosis remaja dengan tanpa keluhan’. Ada tiga pertimbangan satgas ini:
    • Satgas (USPSTF) tidak menemukan bukti manfaat kesehatan dari arti skrining ini. Dengan ditemukannya penderita secara dini belum tentu penderita akan lebih sehat nantinya. 
    • Satgas (USPSTF) membuktikan adanya manfaat tindakan medis pada sebagian kecil penderita. 
    • Satgas (USPSTF) membuktikan adanya kecenderungan menakut-nakuti penderita dan memaksa dilakukan pemasangan penopang (brace) dan anjuran operasi. 
  • Sebagaimana layaknya badan-badan di Amerika Serikat, setiap tindakan harus dipertimbangkan untung ruginya, baik penggunaan obat, makanan dan termasuk skrining. Pada kenyataan, sebagaimana dijelaskan tentang skoliosis, setiap penderita skoliosis idiopatik di usia remaja (Adolescent Idiophatic Scoliosis =AIS) tidak pernah mengeluh sakit. Keluhan yang dialami hanyalah berupa kelainan postur tubuh, yang mengakibatkan penderita terutama wanita jadi kurang percaya diri. Mereka tidak berani memakai pakaian yang ketat sebagaimana layaknya remaja. Enggan mengikuti senam, terutama berenang. Keuntungan skrining scoliosis ini hanya berupa tambahnya pengetahuan masyarakat dan kepedulian serta kewaspadaan terhadap apa yang dikenal sebagai skoliosis.  
  • Asosiasi Ortopedi Amerika Serikat (AAOS, American Academy of Orthopedic Surgeons and American Assosiation of Orthopedic Surgeons) dan Perkumpulan Penelitian Skoliosis Dunia (SRS, Scoliosis Research Society) tetap dengan gigih menyokong skrining skoliosis terhadap anak sekolah. Suatu penyataan bersama: ‘School Screening Programs for the Early Detection of Scoliosis’ yaitu ‘Deteksi Dini Skoliosis pada Program Skrining di Sekolah’. Usia optimal untuk skrining tidak ditetapkan, namun sebaiknya pada wanita berkisar 10-12 tahun dan laki-laki berkisar 13-14 tahun.
  • Metode pemeriksaan yang akan dilakukan pada skrining skoliosis juga diperdebatkan. Yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan membungkuk ke depan (Adam forward-bending test). Efektivitas cara ini juga masih dipertanyakan. Pada pemeriksaan ini, yang diperiksa membungkuk dengan lutut rapat dan lurus, lengan lurus ke lantai dan tergantung, punggung sejajar dengan lantai. Pemeriksa di berada di belakang dan melihat apakah punggung dan pinggang simetris atau tidak pada aksis tulang belakang. Perbedaan tinggi 8 mm pada satu sisi dianggap abnormal yang kemungkinan diakibatkan oleh skoliosis.  
  • Di Korea Selatan, skrining ini dilakukan oleh guru yang sudah dilatih untuk itu. Korea terdapat dokter ahli bedah Orthopaedi sekitar 3000 orang dan sekitar 300 diantaranya adalah ahli bedah tulang belakang (spine surgeon), skrining ini dilakukan bukan oleh seorang ahli bedah tulang belakang namun oleh guru olahraga. Pada saat siswa mengikuti olahraga, siswa memakai pakaian olah raga, terutama dengan pakaian renang, akan terlihat postur tubuh yang asimetris, berupa bahu yang lebih tinggi serta tulang belikat yang menonjol. Pada pemeriksaan ‘adam forward bending test’ dilakukan akan terlihat adanya ketidaksimetrisan tinggi rusuk. Bila ada ketidaksimetrisan punggung atau pinggang, siswa tersebut dirujuk ke ahli bedah tulang belakang, untuk memastikan, apakah siswa tersebut memerlukan intervensi pengobatan, baik fisioterapi, pemasangan ‘brace’ atau bahkan operasi.
  • How to make a gif
  • Karena umumnya anak-anak tidak mempunyai keluhan, akan timbul lengkungan kompensasi sehingga penampilan sedikit seimbang. Umumnya pada saat skrining perlu dikonfirmasi apakah ada dalam keluarga yang juga menderita skoliosis. 
  • Beberapa pakar menyarankan, pemeriksaan radiologi hanya dilakukan, bila: 
    • Ada lengkungan yang besar dan nyata pada pemeriksaan fisik. 
    • Adanya tonjolan yang asimetris pada anak yang tingkat kedewasaan tulang belum tercapai. 
    • Adanya lengkungan asimetris pada keluarga dengan riwayat skoliosis. 
    • Adanya lengkungan asimetri disertai dengan keluhan dan gejala neurologis.
      • Bila anak sudah dipastikan menderita skoliosis, mereka harus menjalani pemeriksaan rontgen untuk pengukuran derajat kelengkungan. Pemeriksaan ini terdiri dari pemeriksaan dari depan belakang (posteroanterior) dan samping. Juga pada saat mengadakan lengkungan ke samping kiri dan kanan.
      • Pada anak dengan lengkungan kurang dari 20 derajat, tidak memerlukan pengobatan. Anak diobservasi secara berkala dengan rontgen tiap 4 hingga 6 bulan. Pengulangan ini penting untuk menilai progresivitas. Bila pertambahan lambat (5-10 derajat selama 2-3 tahun), dan tidak mencapai 20 derajat, pemeriksaan berkala dilanjutkan hingga pertumbuhan tulang dianggap sudah berhenti. Dianggap setelah pertumbuhan berhenti, progresivitas lengkungan skoliosis akan melambat atau berhenti.
      • Pengukuran ini diperlukan untuk mengetahui tindakan lanjutan. Anak dengan progresivitas yang cepat (lebih dari 5 derajat dalam 4-6 bulan) atau lengkungan melewati 20 derajat, harus dievaluasi apakah perlu menggunakan penopang (brace) atau harus dilakukan operasi. Suatu pengecualian bila pada anak di bawah 12 tahun dengan lengkungan 20 derajat. Hal ini karena anak dalam pertumbuhan cepat antara usia 12 hingga 14 atau 15 tahun.
      • Sebelum dilakukan pembedahan, dilakukan pembuatan x-ray untuk menilai kekakuan atau kelenturan dari lengkungan tersebut. Hal ini dilakukan dengan membuat x-ray dengan membengkok ke kiri dan ke kanan di atas meja rontgen
      • Hal penting lainnya adalah lokasi lengkungan, apakah di punggung (thoracic regions), pinggang (lumbar regions) atau diantaranya (thoracolumbar). Juga polanya (tunggal atau ganda), serta arah ke kiri atau kanan. Lengkungan ganda lebih progresif dari yang tunggal pada daerah pinggang.

      Penatalaksanaan skoliosis
      • Pada saat ini skoliosis dapat ditangani secara baik dengan menggunakan brace (penopang), stimulasi listrik, pembedahan atau kombinasi dari ketiga metode tersebut. Pada anak yang mempunyai lengkungan progresif atau melebihi 30 derajat, memerlukan penatalaksanaan.
      • Umumnya penggunaan penopang (brace) atau operasi walaupun biasanya operasi dilakukan bila sudah melebihi 40 derajat, karena lengkungan lebih dari 40 tidak dapat diperbaiki dengan menggunakan brace (penopang). Penopang biasanya sangat bermanfaat pada lengkungan progresif antara 30-45 derajat walaupun sangat tergantung pada usia anak dan kematangan tulang. Anak yang lebih muda memerlukan penatalaksanaan dengan lengkungan kecil dibanding dengan anak yang lebih tua, karena adanya kemungkinan pertumbuhan dan pertambahan lengkungan. Sementara brace (penopang) tidak dapat mengkoreksi tulang belakang menjadi lurus, hanya dapat mencegah lengkungan bertambah jelek. 
      • Brace (penopang) yang umumnya digunakan adalah thoracolumbosacral orthosis (TLSO), yang bias dibentuk, bawah baju dan dipakai sepanjang hari (23 jam dalam sehari, dilepas hanya bila mandi. Namun ‘Charleston bending brace’ hanya dipakai waktu malam. Brace ini pada lengkungan tunggal di pinggang. Milwaukee brace, mulai dari leher hingga pinggul, sudah jarang digunakn. 
      • Angka keberhasilan penggunaan brace ini berkisar pada 50-60% pada penderita yang menggunakkan brace 1-2 tahun.
      • Anak-anak yang tidak ada respon dengan brace, yang lengkungannya lebih dari 45 derajat atau yang mempunyai keluhan termasuk kelainan fisik, nyeri dan gangguan jantung atau paru, sebaiknya langsung dioperasi. Umumnya operasi yang dilakukan adalah fusi tulang belakang dari belakang (posterior spinal fusion) dengan menggunakan ‘internal metal fixation’ hingga fusi tulang terjadi.
      • Modalitas pengobatan alternatif lain adalah untuk memperlambat progresivitas lengkungan dengan manipulasi ‘chiropractic’ atau stimulasi listrik. Stimulasi listrik yang sering dilakukan adalah Lateral Electrical Surface Stimulation (LESS). Elektroda ditempelkan ke kulit, selama 8 jam setiap malamnya sampai anak mengalami kematangan tulang. Modalitas ini sering dilakukan pada penderita skoliosis di Amerika Serikat dan Eropa. Dengan modalitas ini keberhasilannya juga berkisar 50%.
      • Latihan sangat dianjurkan untuk mencegah bertambah besarnya lengkungan. Walaupun pada penelitian kohort tidak terkontrol (uncontrolled cohort study school-based exercise program) menunjukkan lebih efektif bila dibandingkan hanya dengan brace tanpa latihan setelah satu tahun. Namun penelitian ini terhenti begitu saja tanpa ada kelanjutannya.
      • Walaupun jarang bila dibandingkan dengan skoliosis idiopatik, anak-anak dapat menderita scoliosis congenital yang sering dibarengi dengan kelainan genitalia dan saluran kemih (genitourinary), ‘congenital heart disease’, dan kelainan tulang belakang lainnya. Hanya 25% anak dengan scoliosis congenital yang tidak memerlukan pengobatan.
      • Pembedahan umumnya tidak diperlukan, kecuali terlihat adanya progresivitas. Tindakan yang dilakukan berupa pemasangan implan di tulang belakang yang melengkung baik dari depan maupun dari belakang. Metode operasi ini terus berkembang, mulai dari pemasangan Harringtong rod, Cotrel- Dubousset, Mos Miami, Formosa System dan di Indonesia dikembangkan UI-System oleh Prof. Dr. Subroto Sapardan dari RSCM. Metode UI-System dikembangkan oleh semua muridnya di Nusantara ini. Selain harganya cukup murah, implan UI-System 75% lebih murah dibanding 3 jenis implan yang pertama. 
      • Di negara negara maju, termasuk Korea Selatan, harga implan tidak menjadi masalah karena setiap jiwa sudah memiliki asuransi, namun beberapa asuransi akhir-akhir ini mengeluarkan biaya untuk operasi koreksi skoliosis dari beban yang ditanggung asuransi. Skoliosis dapat berbarengan dengan kelainan neuromuskular seperti cerebral palsy, muscular dystrophies dan spinal muscular atrophy (SMA).

      Komplikasi skoliosis 
      • Pada skoliosis berat, di mana lengkungan lebih dari 70 derajat, iga akan menekan paru-paru, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. 
      • Pada lengkungan yang lebih besar dari 100 derajat, kerusakan bukan hanya pada paru, namun juga pada jantung. Pada keadaan demikian, infeksi paru terutama radang paru akan mudah terjadi.  
      • Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan risiko kehilangan densitas tulang (osteopenia). Terutama pada wanita yang menderita skoliosis sejak remaja dan risiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringan dan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun. Keluhan yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini dibandingkan orang yang normal seusianya. Hal ini akibat proses Daerah yang menerima beban yang berlebihan (daerah cekung=concave) akan lebih cepat mengalami proses degenerasi ini.

      Daftar Pustaka

      1. Bunch WH, Patwardhan AV. Scoliosis, making clinical decision. Mosby; 1989
      2. Goldbloom, RB. Screening for idiopathic scoliosis. Available from URL: http://www.ctfphc.org/References/Ch31bib.htm
      3. Mayo Clinic Staff. Scoliosis. Available from URL: http:// www.mayoclinic.com/invoke.cfm?id=DS00194
      4. O’Malley, E. What young people and their parents need to know about scoliosis. Available from URL: www.midlandpt.com/scoliosis.htm
      5. Richardson ML. Available from URL: http://www.rad.washington.edu/ mskbook/Scoliosis.html
      6. USPSTF, Recommendation Statement. Screening for idiopathic scoliosis in adolescents. Available from URL: http://www.ahcpr.gov/clinic/3rduspstf/ scoliosis/scoliors.htm#references
      7. Vaccaro AR, Albert TJ. Spine surgery, trick of the trade. Thieme, New York; 2003
      8. Physicians’ guide to the diagnosis of scoliosis. Available from URL: Hyperlink http://medstat.med.utah.edu/scoliosis/H&P.html
      9. Scoliosis screening. Available from URL: http://www.iscoliosis.com/ symptoms-screening.html?myyahoo
      10. Scoliosis. Available from URL: http://www.keepkidshealthy.com/welcome/ conditions/scoliosis.html
      11. Screening for adolescent idiopathic scoliosis. Guide to Clinical Preventive Services, Second Edition.Musculoskeletal Disorders. Available from URL: http://cpmcnet.columbia.edu/texts/gcps/gcps0057.html
      12. Screening exam pictorial. Available from URL: http:// medstat.med.utah.edu/scoliosis/exam.html