Penatalaksanaan dan pencegahan bencana peredaran darah di otak (stroke)

Penanggulangan Bencana Peredaran Darah di Otak


PENDAHULUAN

Bencana peredaran darah di otak (BPDD) sering dikenal dengan kata stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur di atas 45 tahun. Di negara industri BPDD merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan.

Stroke (bahasa Inggris: stroke, cerebrovascular accident, CVA) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu

Otak merupakan organ yang membutuhkan banyak oksigen dan glukosa Zat ini diperolehnya dari darah. Di otak hampir tidak ada cadangan oksigen, sehingga jaringan otak sangat bergantung kepada keadaan aliran darah setiap saat. Beberapa detik saja aliran darah terhenti maka fungsi otak akan terganggu; bila aliran darah kesuatu daerah otak terhenti selama kira-kira 3 menit maka jaringan otak akan mati (infark).

Gangguan aliran darah di otak dapat diakibatkan oleh gangguan di pembuluh darah darah atau jantung atau gabungan ketiga faktor tersebut Adanya BPDD dapat dengan mudah diketahui, yaitu dari terjadinya defisit neurologik yang timbul secara mendadak misalnya lumpuh sebelah badan mendadak. Stroke merupakan keadaan darurat medis. Pengobatan yang tepat sangat penting. Tindakan dini dapat meminimalkan kerusakan otak dan komplikasi yang dapat terjadi.

Apa itu stroke???

Menurut WHO Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada gangguan vascular.

Dapat juga didefinisikan sebagai disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak dan timbul secara mendadak atau cepat dengan gejala-gejala dan tanda-tanda sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.

Stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian dari otak terputus atau sangat berkurang secara tiba-tiba, sehingga nutrisi dan oksigen yang dbutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik, menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf di otak sehingga menyebabkan kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, penurunan kesadaran.

Secara praktis , stroke dapat dikenal dari gejala klinisnya yang bersifat : onset mendadak, gejala berkembang cepat dan mencapai maksimal dalam waktu beberapa menit sampai jam. Setelah mencapai gejala maksimal , bila penderita tetap hidup gejala klinis dapat membaik sebagian atau seluruhnya.

Apa saja klasifikasi stroke???

Berdasarkan patologi, stroke dibedakan menjadi :
  1. Stroke perdarahan atau strok hemoragik
  2. Strok iskemik atau stroke non hemoragik
Pembedaan menjadi 2 macam stroke tersebut karena antara keduanya memang terdapat perbedaan dalam hal patologi, faktor resiko, cara pengobatan, dan prognosisnya.

 Stroke iskhemik atau non-hemorhagik

Video proses terjadinya stroke hemoragik
Kita mengenal dua jenis stroke, yaitu :
  • Stroke non-hemoragik
  • Stroke hemoragik

Stroke non-hemoragik
  • Didapatkan penurunan aliran darah sampai di bawah titik kritis, sehingga terjadi gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak. Bila hal ini lebih berat dan berlangsung lebih lama dapat terjadi infark dan kematian. Stroke non-hemoragik terjadi sebagai akibat dari obstruksi dalam pembuluh darah yang memasok darah ke otak.
  • Stroke non-hemoragik sering dikenal dengan stroke iskemik. Dalam stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri carotis interna merupakan cabang dari arteri carotis communis sedangkan arteri vertebralis merupakan cabang dari arteri subclavia.
  • Berkurangnya aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai hal : misalnya trombus, emboli yang menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol). 
  • Stroke non-hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang hemoragik. Diagnosis mudah ditegakkan, yaitu timbulnya defisit neurologik secara mendadak (misalnya hemiparesis), dan kesadaran penderita umumnya tidak menurun.
  • Klasifikasi stroke non hemoragik.
    • Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (kausal) :
      • Berdasarkan manifestasi klinik :
        • Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
          • Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
        • Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
          • Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
        • Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
          • Gejala neurologik makin lama makin berat.
        • Stroke Komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
          • Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
      • Berdasarkan penyebab:
        • Stroke Trombotik
          • Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
        • Stroke Emboli/Non Trombotik
          • Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
      • Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu
        • Sistem Karotis
          • Sistem Vertebrobasilaris
  • Pada stroke yang ringan, iskemia berlangsung singkat, defisit neurologik dapat pulih sempurna. Bila pemulihan sempurna ini terjadi dalam jangka waktu 24 jam, ia dinamakan "serangan iskemia sepintas" (transient ischemic attack atau disingkat TIA). Bila pulih sempurna terjadi setelah waktu 24 jam, disebut defisit neurologik iskemia yang reversibel (reversible ischemic neurologic deficit atau disingkat RIND). Pada iskemia yang lebih berat atau berlangsung lama, terjadi defisit neurologik yang irreversibel, yang menetap, dan merupakan cacad.
Stroke" hemoragik
  • Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak (aneurisma, mikroaneurisma, kelainan pembuluh darah kongenital) pecah atau robek. Keadaan penderita stroke hemoragik umumnya lebih parah. Kesadaran umumnya menurun. Mereka berada dalam keadaan somnolen, sopor atau koma pada fase akut.
  • Dalam stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Pendarahan dapat terjadi di seluruh bagian otak seperti caudate putamen; talamus; hipokampus; frontal, parietal, dan occipital cortex; hipotalamus; area suprakiasmatik; cerebellum; pons; dan midbrain. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik menyerang penderita hipertensi.
  • Stroke hemorragik terbagi menjadi subtipe intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorhage (SAH), cerebral venous thrombosis, dan spinal cord stroke. ICH lebih lanjut terbagi menjadi parenchymal hemorrhage, hemorrhagic infarction, dan punctate hemorrhage.

PENANGULANGAN STROKE

Perawatan umum
  • Memonitor, dan bila perlu memperbaiki fungsi pernafasan, tekanan darah dan jantung.
  • Mengusahakan keadaan metabolisme yang optimal, memperhatikan kebutuhan akan : cairan, kalori dan elektrolit.
  • Memperhatikan fungsi miksi dan defekasi.
  • Mencegah terjadinya dekubitus, pneumonia ortostatik.
Mendeteksi dan bila perlu mengobati faktor risiko :
  • Hipertensi
  • Diabetes mellitus
  • Kelainan jantung
  • Hiperlipidemia, hiperkolesterolemia
  • Obesitas
  • Berhenti merokok
Memberikan pengobatan atau tindakan khusus
  • Antiedema
  • Antiagregasi, antikoagulasi
  • Antifibrinolisis
  • Meningkatkan aliran darah dan metabolisme otak.
Tindakan bedah
  • Mengeluarkan hematoma (bila perlu)
  • Melakukan EC-IC shunt.
Melakukan rehabilitasi.
Mencegah berulangnya stroke.

  • Hipertensi
    • Sebagian terbesar penderita stroke adalah penderita hipertensi. Hipertensi adalah faktor risiko yang paling "kuat" bagi terjadinya stroke. Bila hipertensi diobati secara adekuat, maka jumlah penderita stroke dapat dikurangi. 
    • Pada fase akut kita harus hati-hati menurunkan tensi. Oleh karena keadaan iskemia, maka fungsi autoregulasi menjadi terganggu. Aliran darah di otak bergantung kepada tekanan perfusi (tekanan darah sistemik- tekanan venous). Bila tekanan diastole pada fase akut tidak melebihi 115 mm Hg tidak diberikan obat anti-hipertensi. Bila memberikan obat antihipertensi pada fase akut, harus dijaga agar turunnya tensi tidak terlalu banyak, cukup bila sudah mencapai 160/110 mm Hg. 
    • Bila fase akut sudah berlalu, maka pengobatan hipertensi adalah sebagai biasanya.
  • Obat antiedema
    • Edema di otak dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah otak, terutama "mikrosirkulasi", dan dapat pula mengakibatkan herniasi jaringan otak yang berakibat fatal.
    • Deksametason : 
      • Steroid adalah obat anti-inflamasi yang ampuh, yang juga dapat mengurangi sembab-otak, mungkin melalui pen-stabilan membran sel dan menncegah terjadinya edema intra dan ekstraselular. 
      • Deksametason merupakan steroid yang paling sering digunakan sebagai antiedema otak. Walaupun khasiatnya sudah dapat dibuktikan dalam mengobati edema otak pada keganasan (neoplasma) di otak, namun khasiatnya dalam mengobati edema oleh infark dan hemoragi di otak masih kontroversial.
      • Deksametason dapat diberikan dalam dosis permulaan 10 mg intravena atau intramuskular, kemudian diikuti oleh 5 mg tiap 6 jam sampai selama satu minggu dan kemudian dihentikan secara bertahap (tapering off).
      • Efek samping steroid cukup banyak, kita harus mempertimbangkan untung-ruginya pada tiap kasus. Bila terdapat riwayat tukak lambung sebaiknya tidak diberikan !
    • Gliserol : 
      • Larutan hiperosmolar ini dapat menarik air dari otak, dengan demikian mengurangi edema otak. Dosis yang dianjurkan per infus ialah larutan 10% diberikan sebanyak 24-30 tetes per menit, sampai jumlah 1 gram gliserol/kg berat badan/ hari; Di klinik kami, untuk orang dewasa kami berikan 1 kolf 500 ml larutan 10% gliserol sehari yang diberikan dalam waktu kira-kira 6 jam (28 tetes/menit). Gliserol dapat pula diberikan per oral, dengan dosis 1,5 gram/kg berat badan sehari, dibagi dalam 4 kali pemberian. Laporan mengenai hasil pengobatan dengan gliserol masih kontroversial.
  • Obat anti-agregasi trombosit
    • Trombosit mempunyai kemampuan untuk beragregasi dan dapat membentuk trombus atau tromboemboli. Diduga bahwa tromboemboli mempunyai peranan pada banyak kasus stroke. Untuk mencegah hal ini digunakan obat-obat anti-agregasi.
    • Telah banyak dilakukan penyelidikan mengenai khasiat obat anti-agregasi untuk mencegah berulangnya stroke pada penderita TIA (transient ischemic attack) atau stroke ringan. Banyak laporan yang mengemukakan bahwa obat anti-agregasi seperti asetosal dapat mengurangi kambuhnya stroke pada penderita stroke ringan. 
    • Obat anti-agregasi yang dapat digunakan ialah : asetosal, dipiridamol, sulfinpirazon, pentoksifilin. 
    • Obat yang paling banyak diselidiki ialah asetosal. Dosis yang digunakan bermacam-macam, ada yang melakukan penyelidikan dengan dosis 2 x 650 mg sehari, ada dengan 2 x 500 mg sehari; 500 mg sehari 10 mg/kg berat badan sehari. Bahkan ada yang melaporkan bahwa Asetosal dengan dosis rendah mempunyai manfaat, yaitu 40 mg sehari. Lamanya pengobatan berkisar antara 2 sampai 5 tahun. 
    • Obat lainnya, yaitu dipiridamol, sulfinpirazon dan pentoksifilin masih kurang banyak diselidiki. Masih ditunggu hasil penyelidikan yang lebih luas. Hasil sementara melaporkan bahwa dipiridamol dan sulfinpi razone bila diberikan tersendiri tidak mempunyai khasiat, tetapi bila diberi bersama sama asetosal ada khasiatnya.
  • Obat antifibrinolisis
    • Beberapa penyelidikan telah dilakukan guna menilai manfaat obat antifibrinolisis dalam mencegah perdarahan-ulang pada penderita perdarahan subaraknoid. Hasilnya masih kontroversial.
    • Obat yang digunakan ialah asam aminokaproat dan asam traneksamat.
  • Meningkatkan aliran darah dan metabolisme otak 
    • Manfaat vasodilatansia dalam meningkatkan aliran darah di daerah iskemia belum dapat dibuktikan. Vasodilatansia yang pernah digunakan ialah : dioksida karbon, papaverin, heksobendin, betahistin dihidroergonovin, nilidrin, siklandelat.
    • Pemberian oksigen juga tidak berguna, kecuali bila kadar oksigen arterial memang menurun. Vasopressor pernah dicoba untuk meningkatkan aliran darah ke daerah iskemia. Landasan teoritiknya ialah : autoregulasi di daerah iskemik terganggu, dengan demikian aliran darah bergantung kepada tekanan perfusi, yaitu tekanan darah iskemia - tekanan vena. 
    • Meningkatkan tekanan darah akan meningkatkan tekanan perfusi. Penyelidikan mengenai hal ini belum cukup dilakukan, namun ada laporan yang mengemukakan hasil baik. hiperventilasi untuk mengurangi PaCO2 tidak bermanfaat dalam pengobatan stroke.

PENUTUP
  • Stroke atau bencana peredaran darah di otak dapat didefinisikan sebagai gangguan yang mendadak daripada suplai darah di otak, atau perdarahan setempat di otak. Walaupun didapatkan kemajuan yang pesat dalam bidang diagnostik serta pemahaman patofisiologi daripada stroke, namun dalam bidang pengobatan kemajuan sangat lambat. 
  • Bila stroke sudah terjadi infark atau perdarahan otak sudah terjadi maka pengaruh pengobatan tidak banyak artinya. Oleh karena itu tujuan utama ialah pencegahan. 
  • Saat ini telah diketahui beberapa faktor yang menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap stroke. Bila faktor risiko ini ditanggulangi dengan baik. kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi.

KEPUSTAKAAN
  1. Bousser MG Eschwege E, Haguenau M, Lefaucconnier, Thibult N, Toubould D, Touboul PJ. "AICLA" controlled trial of aspirin and dipyridamole in the secondary prevention of atherothrombotic cerebral ischemia. Stroke 1983;14: 5 - 14.
  2. Weksler BB, Scherer P, Kent J, Rudolph D. Low dose aspirin effectively inhibits platelet function in patients with recent cerebral ischemia. Stroke 1984; 15 : 183.
  3. Yatsu FM. Acute medical therapy of strokes. Stroke 1982; 13 : 524- 526.