Gejala dan Pengobatan Alergi Makanan Pada Telinga, Hidung dan Tenggorokan

 GEJALA KLINIS ALERGI MAKANAN PADA HIDUNG, TELINGA DAN TENGGOROKAN


PENDAHULUAN

Alergi makanan yang sesungguhnya adalah reaksi yang timbul akibat aktivitas sistem imun bila terpajan makanan yang sudah tersensitisasi. Secara teknis, alergi makanan dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis cepat(tetap) dan jenis lambat (siklik). Alergi makanan tipe tetap timbul segera setelah terpajan sehingga diagnosis mudah ditegakkan. Sebaliknya, alergi makanan tipe siklik timbul lambat dan gejalanya bervariasi tergantung kuantitas dan frekuensi alergen yang dimakan, sehingga diagnosis sulit ditegakkan. Sebagian besar alergi makanan diperkirakan didasari oleh reaksi hipersensitivitas tipe I(yang diperankan oleh IgE), reaksi hipersensitivitas tipe III, atau kombinasi keduanya. Sampai saat ini, masih sulit membuktikan patogenesis alergi makanan yang didasari oleh reaksi hipersensitivitastipe II dan IV.

Alergi makanan adalah penyakit alergi yang disebabkan oleh alergen yang terdapat dalam makanan. Alergi makanan sering ditemukan pada semua golongan umur, bahkan pada bayi berusia beberapa bulan. Istilah alergi makanan sering tidak tepat karena setiap reaksi tak-diinginkan yang timbul setelah mengonsumsi makanan selalu dianggap sebagai alergi terhadap makanan tersebut.

Konsep penyakit alergi terbaru menyatakan bahwa penyakit alergi adalah penyakit sistemik dengan menifestasi klinis pada organ sasaran. Karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa penyakit ini. mempunyai manifestasi klinis pada organ hidung, telinga, dan tenggorok. Reaksi yang timbul ak ibat alergi mak anan dapat bervariasi dan dapat mengenai berbagai sistem dalam tubuh, seperti kulit, saluran napas, hidung, tenggorok, telinga, gastrointestinal, kardiovaskuler, sampai yang terberat, syok anafilaktik. Reaksi alergi makanan dapat terjadi dengan atau tanpa perantaraan IgE.

GEJALA KLINIS ALERGI MAKANAN PADA HIDUNG, TELINGA DAN TENGGOROKAN

Alergi adalah reaksi abnormal dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu benda yang umumnya tidak berbahaya bagi sebagian orang. Bahan yang menyebabkan reaksi alergi (makanan tertentu, debu, serbuk sari, obat, bahan kimia), disebut alergen. Untuk melindungi tubuh dari serangan alergen tersebut, sistem kekebalan tubuh akan menghasilkan antibodi IgE. Antibodi ini memerintahkan sel-sel tertentu dalam tubuh untuk mengeluarkan bahan kimia tertentu ke dalam aliran darah. Salah satu bahan kimia yang dikeluarkan adalah histamin. Histamin akan memengaruhi mata, telinga, hidung, tenggorokan, paru-paru, kulit, atau saluran pencernaan, dan menyebabkan gejala reaksi alergi. Paparan berikutnya terhadap alergen yang sama akan memicu pembentukan antibodi IgE kembali. Sehingga, setiap Anda terpapar alergen yang sama, Anda akan mengalami reaksi alergi lagi.

Manifestasi alergi makanan tipe tetap (diperantarai IgE) dapat bermacam-macam, bergantung pada tempat dan luas degranulasi sel mast atau basofil, mulai dari urtikaria akut sampai reaksi anafilaktik yang fatal. Target organ yang sering terkena adalah kulit, saluran cerna, saluran napas atas (telinga, hidung, dan tenggorok) dan bawah, serta reaksi sistemik.

Manifestasi alergi makanan pada Telinga

Telinga manusia merupakan organ yang sangat kompleks. Telinga manusia merupakan saluran yang terbuka di bagian luar dan bersatu dengan tulang tengkorak. Telinga merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk mendengar suara atau bunyi. Bagian bagian Telinga ini terbagi atas tiga bagian, yaitu yaitu telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris media), dan telinga dalam (auris interna). Telinga luar terdiri atas daun telinga, saluran telinga luar, dan gendang telinga (membran timpani). Telinga tengah adalah rongga udara di belakang gendang telinga, yang meliputi, 3 tulang pendengaran (martil atau malleus, landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). Ujung dari saluran Eustachius juga berada di telinga tengah, Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring. Pada telinga dalam terdapat Alat pendengaran dan Alat keseimbangan dimana ada yang bersifat statis dan ada yang dinamis, Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan organ vestibuler atau keseimbangan

Manifestasi alergi makanan pada telinga dapat mengenai ketiga daerah anatomis telinga, yaitu liang telinga, telinga tengah dan telinga dalam.
  • Gejala pada telinga luar dapat berupa otitis eksterna kronik dengan penyempitan liang telinga, daun telinga yang kemerahan, atau kulit daun telinga yang terkelupas dan pecah-pecah. 
    • Akibat pengeluaran histamin dan leukotrien pada reaksi alergi makanan maka akan menyebabkan adanya vasodilatasi dan Endema.
    • Telinga merah dan panas mengacu pada vasodilatasi, kondisi dimana diameter pembuluh darah meningkat drastis sehingga menyebabkan lonjakan dalam sirkulasi darah. ketika pembuluh darah yang terletak di dekat permukaan kulit melebar, volume darah yang beredar meningkat dan bertambah cepat. Sirkulasi darah berlebih menghasilkan panas, yang dirasakan di kulit. Jadi ketika terjadi aliran deras darah di telingan karena vasodilatasi, kemungkinan besar akan menyebabkan telingan merah dan terasa panas.
  • Pada telinga tengah, sering didapati keluhan rasa penuh, terdengar bunyi “klik”, atau keluhan yang disebabkan oleh terganggunya Eustachian tube, seperti otitis media rekuren, otitis media serosa kronik, atau otorea yang persisten setelah pemasangan pipa ventilasi pada telinga tengah. 
    • Adanya alergi makanan yang bermanifestasi ditelinga, juga akan menyebabkan timbulnya infeksi telinga atau otitis media, hal ini dikarenakan pada alergi makanan terjadi reaksi antigen antibodi yang menyebabkan timbulnya berbagai mediator kimia antara lain histamin, histamin ini menyebabkan pembengkakan pada saluran eustachius. Penelitian telah menunjukkan bahwa di antara bagian-bagian tubuh yang dapat membengkak akibat alergi makanan adalah tabung eustachius yang menghubungkan tenggorokan ke telinga tengah, pembengkakan ini menyebabkan terjebaknya cairan pada telinga tengah dan kemungkinan terinfeksi bakteri sehingga menjadi otitis media.
  • Gejala pada telinga dalam dapat meliputi tinitus, penyakit Meniere, dan gangguan keseimbangan, yang muncul hampir selalu bersamaan dengan keluhan rinitis kronik
Yang paling umum menyebab alergi makanan yang bermanifestasi pada telinga adalah produk susu, gandum, jagung, kacang dan jeruk. Jika dicurigain memiliki alergi makanan yang menyebabkan manifestasi gejala klinis telinga, cobalah untuk menghindari makan makanan tersebut selama beberapa minggu dan melihat apakah manifestasi klinis alergi pada telinga tersebut hilang.  Jika tidak, cobalah satu per satu produk makanan penyebab diatas untuk melihat apakah salah satu dari produk itu menyebabkan kembali reaksi klinis alergi..

Gangguan telinga karena alergi makanan dapat dikurangi dengan mengenali gejala alergi secara cermat dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya. Penanganan terbaik adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Semua organ tanpa terkecuali ternyata dapat terserang alergi makanan dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Deteksi gejala alergi sejak dini, sehingga pengaruh alergi makanan terhadap gangguan telinga serta komplikasinya dapat dicegah atau diminimalkans 

Manifestasi klinis alergi pada Hidung

Manifestasi alergi makanan pada hidung yang tersering adalah rinitis alergi, yang dijumpai pada 70% anak penderita alergi makanan yang telah terbukti dengan tesprovokasi makanan (double-blind placebo-controlled food challenge, DBPCFC). Sebagian besar dari anak-anak tersebut juga menderita penyakit alergi lain, seperti alergi pada kulit dan saluran cerna. 

Gejala yang sering ditemukan berupa hidung tersumbat, sekret yang jernih dan encer, hidung gatal, bersin-bersin, serta menurunnya ketajaman penciuman. Tidak jarang pula dijumpai allergic salute, rasa penuh pada wajah dan sakit kepala akibat sinusitis, dan dapat juga berhubungan dengan polip nasi, sinusitis akibat jamur, atau infeksi sinus yang berulang

Histamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di hidung. Hal ini berbeda dengan alergi saluran napas bagian bawah. Histamin bekerja langsung pada reseptor histamin selular, dan secara tidak langsung melalui refleks yang berperan pada bersin dan hipersekresi. Melalui sistem saraf otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala beringus encer (watery rhinorrhoe) dan edema lokal.

Manifestasi klinis alergi pada Rongga mulut

Keluhan yang umum dijumpai berupa rasa gatal dan bengkak pada bibir dan palatum, mulut terasa kering, dan halitosis atau bau napas tak sedap yang berasal dari dalam mulut. Bernapas lewat mulut terus-menerus akibat obstruksi hidung yang menetap karena alergi dapat mengakibatkan hipertrofi gingiva serta bibir kering dan pecah pecah

Manifestasi klinis alergi pada Laringofaring

Dapat ditemukan keluhan suara serak yang hilang-timbul, faringitis kronik, atau rasa ingin selalu membersihkan tenggorok akibat sekret hidung yang turun ketenggorok. Hal ini akan menimbulkan hipertrofi kelenjar limfe submukosa pada dinding faring, yang disebut cobblestone. Pada daerah laring, dapat dijumpai edema epiglotis dan pita suara yang pucat, disertai sekret yang lengket dan kental. Juga dapat dijumpai nodul pita suara, polip, atau edema reinke

DIAGNOSIS ALERGI MAKANAN

Alergi makanan masih merupakan masalah bagi dunia kedokteran, khususnya dalam penegakan diagnosis. Diagnosis alergi makanan sulit ditegakkan apabila terdapat reaksi silang antara alergen dari makanan dan alergen dari udara. Diagnosis alergi makanan juga mempunyai dampak dilematis; overdiagnosis dapat mengakibatkan malnutrisi terutama pada anak-anak, tetapi underdiagnosis akan mengakibatkan serangan alergi yang terus-menerus. Oleh sebab itu, keputusan diagnosis ini harus diambil dengan cermat.
Diagnosis alergi makanan ditegakkan berdasarkan:

Anamnesis

Anamnesis tidak hanya ditujukan untuk mendapatkan keterangan tentang makanan penyebab alergi, tetapi sedapat mungkin harus bisa memberikan gambaran apakah keluhan pasien benar-benar karena reaksi hipersensivitas atau bukan. Juga harus didapatkan keterangan mengenai gejala klinis alergi pada sistem tubuh lain, seperti pada kulit, telinga,mata, saluran napas, dan saluran cerna.

Anamnesis dimulai dengan identifikasi gejala hidung, telinga, dan tenggorok. Pada hidung, mungkin ditemukan gejala klasik rinitis alergi, hidung tersumbat, dan gejala sinusitis. Pada telinga, bisa terdapat keluhan rasa penuh dan gangguan pendengaran. Pada tenggorok, keluhan penderita dapat berupa disfagia,tenggorok berlendir, suara parau, atau bahkan sesak napas.

Perlu diketahui pula tentang kemungkinan adanya keterkaitan antara munculnya gejala-gejala tersebut dengan pajanan alergen inhalan dan makanan tertentu. Perlu juga diketahui kemungkinan gejala alergi dibagian tubuh lain, misalnya paru, kulit,dan saluran pencernaan. Anamnesis yang teliti perlu dilakukan setelah penderita atau orang tua mengamati terjadinya serangan selama 2-3 bulan tanpa mengubah pola makan, kecuali pada penderita dengan serangan asma berat.

Anamnesis terperinci berfokus pada jenis makanan pencetus gejala, proses pengolahan makanan (direbus, dipanggang, atau dalam bentuk mentah), rentang waktu antara konsumsi makanan dengan timbulnya gejala, gejala yang timbul, jumlah makanan yang dapat menimbulkan gejala yang sama, dan apakah selalu timbul bila mengonsumsi makanan yang dicurigai. Penting ditanyakan juga tentang faktor lain yang mempermudah timbulnya gejala, misalnya setelah olahraga. Riwayat penyakit dahulu pada masa kanak-kanak, seperti intoleransi terhadap susu formula, kolik, gastroenteritis, batuk kronik berulang yang membaik dan muncul dengan perubahan pola makan,eksema atau dermatitis pada waktu kecil, ruam popok (diaper rash), dan penyakit telinga kronik. Riwayat atopi dalam keluarga harus juga ditanyakan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik THT yang dapat dikerjakan meliputi rinoskopi anterior dan posterior, otoskopi, pemeriksaan mukosa faring, dan laringoskopi tidak langsung. Pada pemeriksaan hidung, dapat ditemukan allergic shiner, allergic salute, mukosa hidung yang livide disertai dengan sekret encer dan jernih, atau polip nasi. Rinoskopi dapat memperlihatkan hipertrofi konka atau polip,warna livide atau hiperemis, sekret encer atau kental, dan meatus media yang menyempit atau terisi jaringan patologik.

Pada otoskopi, dapat terlihat membran timpani yang retraksi, pergerakan membran timpani yang berkurang, perforasi, cairan di ruang timpani, kulit daun telinga yang kemerahan dan bersisik, otitis eksterna kronik disertai rasa gatal tanpa tanda-tanda infeksi, dan adanya sekret yang menetap di telinga tengah.

Pada pemeriksaan mulut dan tenggorok,dapat dijumpai hipertrofi gingiva, geographic tongue, hipertrofi tonsil, arkus palatum tinggi, penebalan dinding lateral faring, serta edema daerah epiglotis dan pita suara.

Pemeriksaan faring dapat menunjukkan mukosa faring yang hiperemis, tertutup lendir kental, atau ada granulasi. Pemeriksaan laringoskopi tidak langsung dapat memperlihatkan timbunan saliva pada hipofaring dan edema pada pintu masuk esofagus atau pada plika vokalis. Pemeriksaan terutama difokuskan untuk mencari tanda-tanda atopi, seperti likenifikasi, kulit seperti kerang dan bersisik (sebagaimana sering dijumpai pada penderita dermatitis atopi).

Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan gejala mengi dan batuk kronis, seperti pada asma. Pada penderita anak, status gizi harus dinilai untuk melihat apakah telah terjadi kekurangan gizi akibat diet yang diberikan

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosis alergi makanan meliputi:
  • Catatan buku harian pasien, berisicatatan semua jenis makanan dan gejala yang timbul untuk jangkawaktu tertentu. Hal ini memberikan informasi yang sangat berharga, terutama pada kasus kronik.
  • Uji diagnostik
    • Tes alergi makanan tipe tetap
      1. Tes cukit kulit (prick test )
      2. Modifikasi tes cukit kulit (modified prick test )
      3. Tes tempel (patch test )
      4. Uji IgE spesifik
    • Tes alergi makanan tipe siklik
      1. Intracutaneous progressive dilution food test (IPDFT)
      2. Tes provokasi makanan (double-blind placebo-controlled food challenge, DBPCFC)
Alur Penegakan Diagnosis Alergi Makanan

Diagnosis alergi makanan ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, duodenum, ileum, maupun kolon. Pada tes menghindari makanan (eliminationdiet), penderita diminta menghindari dan pemeriksaan penunjang. Banyak jenis uji diagnostik untuk menegakkan diagnosis alergi makanan, yang bisa dipilih mana yang murah dan mudah atau praktis untuk dilakukan di poliklinik

Jika setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik THT dicurigai adanya alergi makanan, dilakukan skin prick test atau pemeriksaan IgE spesifik. Skin prick test sering dan mudah dikerjakan (nilai prediksi positif 50%, nilai prediksi negatif 95%), cocok untuk pelayanan klinik dan bermanfaat terutama untuk mengeksklusi makanan tertentu sebagai penyebab alergi. Pemeriksaan IgE spesifik mempunyai nilai prediksi sama dengan skin prick test, tetapi lebih mahal sehingga hanya dilakukan apabila skin prick test tidak dapat dilakukan, misalnya pemakaian antihistamin tidak dapat dihentikan, pemakaian kortikosteroid topikal pada daerah skin prick test, dan adanya kelainan kulit pada daerah skin prick test

Pemeriksaan endoskopi saluran cerna diperlukan apabila pada anamnesis kemungkinan alergi makanan diragukan, untuk membedakan dengan gangguan saluran cerna lainnya. Pemeriksaan ini sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pada mukosa lambung duodenum, ileum maupun colon.

Pada tes menghindari makanan (elimination diet), penderita diminta menghindar makanan tertentu (berdasarkan anamnesis dan hasil skin prick test) selama 6-8 minggu. Apabila dalam masa itu tidak muncul gejala, tes dianggap positif. Tes ini mempunyai kelemahan, yaitu sering dirancukan oleh faktor pencetus alergi lainnya, baik pada saluran napas maupun organ lain (misalnya, infeksi saluran napas dan alergi inhalan)

Diagnosis alergi makanan dapat diringkas dalam sebuah alur diagnostik sebagai berikut

 
Alur diagnosis alergi makanan

PENGOBATAN

Satu-satunya cara untuk menghindari reaksi alergi adalah dengan menghindari makanan yang menyebabkan tanda dan gejala adanya reaksi alergi.

Gejala alergi ringan tidak memerlukan tes khusus untuk diagnosis, dan dapat dikontrol dengan baik dengan beberapa kombinasi antihistamin, semprotan hidung resep, dekongestan, dan menghindari makanan penyebab alergi. Efek samping dari antihistamin termasuk mulut kering dan kantuk. Antihistamin baru sering tidak memiliki efek samping yang signifikan dari rasa kantuk. Atihistamin ini bisa efektif untuk gejala hidung berair dan gatal. Sebagian besar semprotan hidung untuk alergi adalah steroid topikal ringan. Ini bisa menjadi sangat efektif untuk gejala alergi yang parah pada hidung, termasuk hidung tersumbat, berair dan gatal-gatal. Efek samping yang timbul termasuk mimisan, atau pengerasan kulit hidung. Dekongestan mengurangin bengkak jaringan (padat) seperti selaput lendir hidung. Yang sering dikombinasikan dengan antihistamin. Efek samping termasuk insomnia, detak jantung yang cepat, dan potensi obstruksi prostat pada pria.

Gejala alergi berat, 
Untuk reaksi alergi yang parah dalam hal ini terjadi syok anafilatik, mungkin perlu suntikan darurat epinefrin dan dirawat di ruang gawat darurat. Karena epinefrin yang tersedia biasanya harus di suntikan oleh dokter sendiri, maka saat ini telah di modifikasi agar pasien dapat melakukan suntikan epinefrin sendiri yaitu epinephrine autoinjector (EpiPen, EpiPen Jr, Twinject). Perangkat ini adalah alat semprot gabungan dan jarum tersembunyi yang menyuntikkan dosis tunggal obat. Biasanya dokter telah memberikan resep epinephrine autoinjector sehingga pasien dapat langsung menyuntikan sendiri.


                                                           Video penjelasan alergi makanan