GEJALA KLINIS DAN GAMBARAN HISTOPATOLOGIK LEPTOSPIROSIS

POSTING INI MERUPAKAN LANJUTAN DARI POSTING SEBELUMNYA ... TENTANG PENYEBAB DAN PERJALANAN PENYAKIT LEPTOSPIRA.... DI SINI atau disini

1.    GAMBARAN HISTOPATOLOGIK AKIBAT LEPTOSPIROSIS

          Pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toxin yang bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ. Lesi yang muncul merupakan akibat dari kerusakan endotel kapiler. 
        Pada leptospirosis, derajat gangguan fungsi organ yang terjadi tidak sesuai dengan lesi histologis yang ditemukan. Lesi histologis yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut. Perbedaaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur organ. 
       Selain di ginjal, leptospira juga bertahan di otak dan mata. Leptospira dapat masuk ke dalam cairan cerebrospinal  pada fase leptospiremia, yang akan menyebabkan meningitis sebagai komplikasi leptospirosis. Organ yang sering dikenai leptospira adalah hati, ginjal, otot dan pembuluh darah. 
Kelainan spesifik pada organ sbb :
1.     Ginjal
Interstisial nefritis dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan lesi pada ginjal yang tanpa disertai kelainan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi karena tubular nekrosis akut. Adanya peranan reaksi imunologis berperan menimbulkan kerusakan ginjal.
2.     Hati
Kerusakan hati akibat nekrosis sentrilobular yang disertai proliferasi sel kupffer. Sering ditemuka  adanya disosiasi sel-sel hati, degenerasi sitoplasma, inti sel-sel parenkim mengecil dan infiltrasi mononukleus pada daerah portal.Biasanya organism ini terdapat dalam sel parenkim.

3.     Jantung
Epikardium, miokardium, endokardium dapaat terlibat. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan foksl pada miokardium dan endokarditis.
4.     Otot rangka
Perubahan berupa local nekrotis, vakuolisasi dan kehilangan striata. Nyeri otot disebabkan oleh invasi langsung leptospira, dapa6t juga ditemukan antigen leptospira pada otot.
5.     Mata
Menyebabkan uveitis, karena masuk ke dalam ruang anterior mata selama fase leptospiremia.
6.     Pembuluh darah
Perubahan pembuluh darah akibat vaskulitis yang akan menimbulkan perdarahan.
7.     Susunan Saraf Pusat
Meningitis terjadi saat pembentukan respon antibody ,  tidak pada saat memasuki CSS. Mekanisme meningitis terjadi melalui proses imunologis. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptis, paling sering disebabkan oleh L.canicola.
8.     Weil Disease
Leptospira berat yang ditandai dengan ikterik, biasanya disertai perdarahaan, anemia, azotemia, gangguann kesadaran dan demam tipe kontinua. Gambaran klinis bervariasi berupa gangguan renal, hepatic dan disfungsi vascular.



GEJALA KLINIS LEPTOSPIRA

Manifestasi klinis infeksi leptospirosis sangat bervariasi dan kadang asimtomatis, sehingga sering terjadi misdiagnosis.

Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosis mempunyai 2 fase penyakit yang khas yaitu fase leptospirosis atau fase septicemia dan fase imun.
Fase septikemi terjadi selama 1 minggu, kemudian dilanjutkan dengan fase imun yang ditandai dengan peningkatan produksi antibody dan ekskresi leptospira ke dalam urin. Kebanyakan komplikasi yang terjadi pada leptospira berhubungan dengan lokasi leptospira pada jaringan selama fase imun, yaitu munggu ke 2 pada perjalanan penyakit.


Menurut tingkat keparahan penyakit, leptospirosis dibagi menjadi ringan dan berat, tetapi untuk pendekatan diagnosis klinik dan penangannya, para ahli membagi penyakit leptospirosis menjadi: leptospirosis anikterik dan leptospirosis ikterik.

Leptospirosis anikterik :
Manifestasi klinik sebagian besar leptospirosis adalah anikterik, diperkirakan mencapai 90 % dari seluruh kasus leptospirosis di masyarakat. Bila ditemukan satu kasus leptospirosis berat, diperkirakan 10 kasus leptospirosis anikterik atau ringan. Perjalanan penyakit leptospirosis antikterik maupun ikterik umumny leptospiraa bifasik karena mempunyai 2 fase / stadium yaitu fase leptospiremia/fase septikemia dan fase imun, yang dipisahkan oleh periode asimtomatik. (tabel 1)
Leptospirosis timbul mendadak dengan gejala:
Ø Demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat remiten; Nyeri kepala; Menggigil; Mialgia; Mual; muntah dan anoreksia; Nyeri kepala dapat berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri retro-orbital dan fotopobia; Nyeri otot terutama di daerah betis sehingga pasien sukar berjalan, punggung dan paha. Nyeri ini diduga akibat kerusakan otot sehingga kreatinin fosfokinase akan meningkat, dan pemeriksaan kreatinin fosfokinase dapat membantu diagnosis klinik leptospirosis.
Ø Adanya canjungtival suffision dan nyeri tekan di daerah betis. Lemfodenopati, splenomegali, hepatomegali dan ruam makulopapular dapat ditemukan meskipun jarang.Kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklitis dapat dijumpai pada pasien leptospirosis anikterik maupun ikterik.
Ø Manifestasi klinik terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis leptospiraaseptik yang tidak spesifik sehingga sering tidak terdiagnosis. Pleiositosis pada cairan serebrospinal ditemukan pada 80 % pasien, meskipun hanya 50 % yang menunjukkan tanda dan gejala klinik meningitis aseptik.
Pasien leptospirosis anikterik jarang diberi obat, karena keluhannya ringan, gejala klinik akan hilang dalam kurun waktu 2 sampai 3 minggu. Manifestasi klinik menyerupai penyakit demam akut lain, oleh karena itu pada setiap kasus dengan keluhan demam, harus selalu dipikirkan leptospirosis anikterik sebagai salah satu diagnosis bandingnya, terutama di daerah endemik dan pasca banjir.
Leptospirosis anikterik merupakan penyebab utama fever of unknown origin di beberapa negara Asia seperti Thailand dan Malaysia. Mortalitas pada leptospirosis anikterik hampir nol, meskipun pernah dilaporkan kasus leptospirosis yang meninggal akibat perdarahan masif paru dalam suatu wabah di cina.
Pada tes pembendungan dapat positif, sehingga pasien leptospirosis anikterik pada awalnya di diagnosis sebagai pasien dengan infeksi dengue.
Leptospirosis ikterik:
Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten dan fase imun menjadi tidak jelas atau nampak tumpang tindih dengan fase septikemia. Keberadaan fase imun dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah kuman leptospira yang menginfeksi, status imunologi, status gizi pasien dan kecepatan memperoleh terapi yang tepat.
Pasien tidak mengalami kerusakan hepatoselular, bilirubin meningkat, kadar enzim transaminase serum hanya sedikit meningkat, fungsi hati kembali normal setelah pasien sembuh. Komplikasi yang terjadi pada leptospirosis merefleksikan leptospirosis sebagai suatu penyakit multisistem. Leptospirosis sering menyebabkan gagal ginjal akut, ikterik dan manifestasi perdarahan, yang merupakan gambaran klinik khas penyakit Weil.
Pada leptospirosis berat, abnormalitas pencitraan paru sering dijumpai meskipun pada pemeriksaan fisik belum dityemukan kelainan. Kelainan timbul pada hari ke 3 sampai 9 perjalanan penyakit. Pencitraan yang paling sering ditemukan adalah patchy alveolar pattern yang berhubungan dengan perdarahan alveoli yang menyebar sampai efusi pleura. Kelainan pencitraan paru umumnya ditemukan pada lobus perifer paru bagian bawah.
Komplikasi berat seperti miokarditis hemoragik, kegagalan fungsi beberapa organ, perdarahan masih dan Adult Respiratory Distress Syndromes (ARDS) merupakan penyebab utama kematian yang hampir semuanya terjadi pada pasien-pasien dengan leptospirosis ikterik. Penyebab kematian leptospirosis berat adalah koma uremia, syok septikemia, gagal kardiorespirasi dan syok hemoragik. Faktor-faktor prognostik yang berhubungan dengan kematian pada pasien leptospirosis adalah oliguria terutama oliguria rrnal, hiperkalemia, hipotensi, ronki basah paru, sesak nafas, leukositosis > 12.900 per mm3 , kelainan Elektrokardiografi (EKG) menunjukkan repolarisasi, dan adanya infiltrasi pada foto pencitraan paru.
Pasien leptospirosis berat (ikterik, gagal ginjal, manifestasi perdarahan, gangguan kesadaran akibat uremia) dapat menunjukkan gambaran klinik yang mirip dengan malaria falciparum berat ( demam, ikterik, gagal ginjal, manifestasi perdarahan, kesadaran menurunakibat malaria serebral), haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS) yang disebabkan oleh infeksi hantavirus tipe Dobrava (demam, gagal ginjal, manifestasi perdarahan, injeksi subkonjungtiva, kadang-kadang ikterik, dan demam tifoid berat dengan komplikasi ganda (sindrom septikemia, ikterik, azotemia, tendensi perdarahan, soporokoma).
Kelainan gambaran EKG ditemukan > 50 % pasien leptospirosis dalam 24 jam pertaama dalam perawatan di rumah sakit, dan yang tersering adalah blok artrioventrikular derajat I, dan fibrilasi atrium.
Hipotensi sering dijumpai pada pasien leptospirosis leptospirosissaat masuk rumah sakit, dan mayoritas pasien dengan hipotensi, dan mengalami gangguan fungsi ginjal.
Kasus leptospirosis jarang dilaporkan pada anak. Hal ini mungkin diasebabkan karena tidak terdiagnosis atau karena manifestasi klinis yang berbeda dengan orang dewasa. Pada kasus berat dijumpai miokarditis, ruam deskuamasi yang menyerupai penyakit Kawasaki, dengan perdarahan paru. Manifestasi klinis pada kasus ringan adalah demam dan gastroenteritis.


DEMIKIAN POSTING SAYA KALI INI.. UNTUK KELANJUTANNYA AKAN SAYA BAHAS CARA - CARA MENDIAGNOSA LEPTOSPIROSIS... DI SINI