penyebab dan pengobatan gatal pada lipatan paha


PENYAKIT JAMUR PADA DAERAH SEKITAR GENITAL DAN SELANGKANGAN


PENDAHULUAN



          Penyakit infeksi jamur, masih memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia, mengingat negara kita beriklim tropis yang mempunyai kelembapan tinggi. Jamur bisa hidup dan tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia. Penyakit jamur (Mikosis) pada manusia dapat dibedakan atas Mikosis profunda atau sistemik(penyakit jamur yang mengenai alat dalam) dan mikosis superfisial yaitu penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit, yaitu stratum korneum, rambut dan kuku.
          Semua penyakit jamur yang menyerang kulit, dikenal dengan istilah Dermatomikosis (Mikosis superfisial). Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Mikosis superfisialis juga dibagi menjadi dua, yaitu dermatofitosis dan nondermatofitosis. Dermatofitosis terdiri dari tinia kapitis, tinea barbe, tinea kruris, tinea pedis et manus, tinea unguium dan tinea korporis. Sedangkan non dermatofitosis terdiri dari pitiriasis vesikolor, piedra hitam, piedra putih, tinea nigra Palmaris, otomikosis dan keratomikosis.
          Istilah Dermatofitosis haruslah di bedakan dari Dermatomikosis. Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan sratum korneum pada epidermis yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
          Dermatofitosis (Tinea) adalah infeksi jamur dermatofita (species microsporum, trichophyton, dan epidermophyton) yang menyerang epidermis bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut.
         Microsporum menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang rambut, kulit dan kuku. Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku. Golongan jamur ini bersifat
mencernakan keratin, dermatifita termasuk kelas fungi imperfecti.
tabel jamur penyebab dermatofita


Gambaran klinik jamur dermatofita menyebabkan beberapa bentuk klinik yang khas, satu jenis dermatofita menghasilkan klinis yang berbeda tergantung lokasi anatominya.


Berdasarkan lokasinya dermatofitosis atau tinea atau kurap atau herpes sinata, dibagi atas :

  • Tinea kapitis : Dermatofitosis pada kulit dan rambut rambut kepala
  • Tinea Barbe :  Dermatofitosis pada dagu dan jenggot
  • Tinea kruris :  Dermatofitosis pada daerah Genitrokrural, Sekitar anus, Bokong dan kadang- kadang sampai keperut bagian dalam
  • Tinea Pedis et manum : Dermatofitosis pada kaki dan tangan
  • Tinea Unguium  :  Dermatofitosis pada kuku jari dan tangan
  • Tinea Korporis   :  Dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk kelima tinea diatas.
Selain 6 bentuk Tinea, masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu : 
  • Tinea Imbrikata :  Dermatofitosis dengan susunan skuama yang konsentris dan di sebabkan oleh  Trichophyton concetricum
  • Tinea favosa atau favus :   Dermatofitosis yang tertutama di sebabkan oleh  Trichophytonn schoeleini, secara klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau seperi tikus (mouse odor)
  • Tinea aksilaris : yang lokasi penyakitnya di daerah axilla atau ketiak
  • Tinea sirsinata : yang merupakan penamaan deskriptif morfologi penyakit

Pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai penyakit jamur superfisial yang biasa di kenal sebagai Tinea atau kurap pada lipatan paha.

                                                    
                                                                      TINEA KRURIS


DEFENISI
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (jamur yang menyerang kulit). Tinea kruris sendiri merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur pada daerah genitokrural (selangkangan), sekitar anus, bokong dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah. Kelainan ini dapat bersifat akut maupun menahun, bahkan dapat berlangsung seumur hidup.

PENYEBAB TINEA CRURIS

T rubrum adalah dermatofit lazim di 90% kasus tinea cruris, diikuti oleh T tonsurans (6%) dan T mentagrophytes (4 %). organisme lain, termasuk E floccosum dan T verrucosum, menyebabkan kondisi klinis identik. T rubrum dan floccosum E infeksi lebih cenderung untuk menjadi kronis dan peradangan, sedangkan infeksi oleh T mentagrophytes sering dikaitkan dengan inflamasi yang akut.
Pria lebih sering terkena daripada wanita.Maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit yang akan memudahkan infeksi. Tinea kruris biasanya timbul akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain.


Taksonomi 
Menurut Kwon-Chung, KJ, dan JE Bennett (2007). Bahwa takonomi dari Jamur dermatofita Adalah sebagai berikut :

  • Kingdom :  Fungi
  • Divisi      : Ascomycota
  • Kelas      : Eurotiomycetes
  • Ordo       : Onygenales
  • Famili      : Arthrodermataceae
  • Genus     : Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton
  • Spesies    : M. canis, M. gypseum, T.rubrum, T.Mentagrophytes,  E.flocosum

GEJALA KLINIS

  • Biasanya lokasi pada daerah selangkangan atau sisi paha atas bagian dalam, dapat terjadi dikedua paha atau di salah satu paha saja. 
  • Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat, Pada infeksi akut tinea cruris, bentuk lesinya mungkin lembab dan eksudatif sedangkan Infeksi kronis biasanya kering dengan annular papular atau perbatasan perbatasan pinggiran yang tidak terlalu jelas.. 
  • Bentuk lesinya Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting kemerahan, atau kadang terlihat lenting-lenting yang berisi nanah. 
  • Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman bersisik, sedangkan bagian tepinya aktif menyebar keluar. . 
  • Garukan terus-menerus dapat menimbulkan gambaran penebalan kulit. Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan, meskipun pemeriksaan jamur dapat positif, hal yang berbeda dengan kandidiasis yang sering menunjukkan keterlibatan pada buah zakar dan penis.


    DIAGNOSA BANDING
    Kelainan ini harus dibedakan dengan
    • candidiasis Inguinalis dan kandidosis peri anal
      candida inguinalis
      • Merupakan suatu penyakit jamur yang bersifat akut maupun sub akut yang di sebabkan oleh spesies candida biasanya oleh candida albikans.
      • Khusus untuk candida yang mirip dengan tinea cruris adalah candida inguinalis dan candida peri anal, dimana bentuk klinisnya berupa bercak yang berbatas tegas, kemerahan, bersisik dan khas sebagai pembeda adalah umumnya lembab dan basah pada daerah yang terkena.
    • Eritrasma
    •  gambar eritrasma
      • merupakan penyakit bateri kronik pada stratum korneum yang di sebabkan oleh Corynebaterium minitussismus di tandai dengan adanya lesi berupa eritrema (kemerahan pada kulit yang di sebabkan oleh pelebaran pembuluh darah kapiler) dan skuama halus pada daerah ketiak dan lipatan paha.
      • Penampilan khas erythrasma dengan batas-batasnya tegas , coklat-merah patch makula. Kulit memiliki penampilan keriput dengan sisik halus.
    • psoriasis vulgaris
    gambar psoriasis
      • Merupakan penyakit kulit yang bersifat kronik,residif,dan tidak infeksius.
      • Efloresensi : plak eritematosa berbatas tegas ditutupi skuama tebal,berlapis-lapis dan berwarna putih mengkilat.Terdapat tiga fenomena,yaitu bila di gores dengan benda tumpul menunjukkan tanda tetesan lilin. Kemudian bila skuama dikelupas satu demi satu sampai dasarnya akan tampak bintik-bintik perdarahan,dikenal dengan nama Auspitz sign. Adanya fenomena Koebner / reaksi isomorfik yaitu timbul lesi-lesi yang sama dengan kelainan psoriasis akibat bekas trauma / garukan
    • phithyriasis rosea
      • Merupakan peradangan kulit akut berupa lesi papuloskuamosa pada paha atas.
      • Efloresensi : papul / plak eritematosa berbentuk oval dengan skuamacollarette (skuama halus di pinggir). Lesi pertama ( Mother patch/Herald patch) berupa bercak yang besar,soliter,oval dan anular berdiameter dua sampai enam cm.Lesi tersusun sesuai lipatan kulit sehingga memberikan gambaran menyerupai pohon cemara.


    PEMERIKSAAN
    Pada tinea kruris, bahan untuk pemeriksaan jamur sebaiknya diambil dengan mengerok tepi lesi yang meninggi atau aktif. Khusus untuk lesi yang berbentuk lenting-lenting, seluruh atapnya harus diambil untuk bahan pemeriksaan.

    • Pemeriksaan langsung pada  bahan yang diambil  dengan KOH 10-20%, dimana akan nampak  hifa berseptum dan bercabang. Hifa tersebut kemudian dapat membentuk artrospora. 
    Pemeriksaan mikroskopik preparat kerokan kulit dengan KOH 10%
     didapatkan hifa panjang bercabang (+), meatball (+), spora (+)


    • Pembiakan dilakukan pada agar saboraud yang di bubuhi antibiotik dan di simpan pada suhu kamar. spesies jamur penyebab di tentukan oleh sifat koloni, hifa dan spora yang di bentuk.


    PENGOBATAN
    Pengobatan penyakit ini dapat di tempuh dengan dua cara, yaitu secara topikal maupun secara sistemik atau oral. Untuk memilih obat yang tepat perlu dipertimbangkan mengenai efektifitas obat, cara kerja, spektrum, efek samping dan segi kosmetik.
    • Topikal
      • Pemberian obat topikal, Jika lesi terbatas dan dapat dijangkau.
    tabel berbagai obat topikal untuk pengobatab tinea cruris
    Obat anti jamur topikal dioleskan sampai 2 cm di luar lesi kulit yang tampak. Secara umum dioleskan sehari dua kali selama minimum 2 minggu; namun demikian untuk seluruh obat-obat anti jamur topikal, masa pengobatan minimal yang pasti belum disepakati. Salep Whitfield dipakai selama 4 minggu, sedangkan kebanyakan imidazole dan allilamin efektif dalam 2 minggu. Bila Tinea menunjukkan perbaikan secara visual, pengobatan hendaknya diteruskan selama paling tidak 1 minggu setelah lesi kulit bersih.
      • Sistemik
        • pemberian anti jamur sistemik atau oral diindikasikan pada penderita dengan lesi yang luas, tidak dapat mentoleransi obat-obat topikal, yang gagal dengan pengobatan topikal, penderita dengan infeksi kronis, lesi granulomatus, dan penderita dengan imunosupresi, baik karena penyakit maupun karena pengobatan.
        • Obat-obat sistemik yang di pakai adalah :
          • Kekokonazol
            • merupakan turunan dari imidazol
            • efek obat akan berkurang pada jika di kombinasi dengan antasida 
            • efek samping tersering adalah mual, yang jarang adalah vertigo, nyeri epigastric, gusi berdarah,fotofobia, trombositopenia
            • sebaiknya di hindari pemberian pada wanita hamil, penderita dengan ganguan  hepar yang akut dan kronis dan Tidak boleh digunakan untuk umur < 2 tahun
            • dosis yang dianjurkan
              • Dewasa :  1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis ditingkatkan menjadi 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu makan.
              • Anak anak : 
                • Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg : 20 mg 3 kali sehari pada waktu makan.
                • Anak dengan berat badan 15-30 kg: 100 mg sekali sehari pada waktu makan.
                • Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg sama dengan dewasa.
          • Flukonazol
            • obat ini diserap pada saluran cerna, tanpa di pengaruhi oleh adanya zat makanan ataupun oleh keasaman lambung
            • efek samping yang timbul umum gangguan saluran cerna, reaksi alergi kulit,  gangguan fungsi hati
            • pemakaian bersama obat fenitoin dan sulfonil urea akan meningkatkan efek samping kedua obat tersebut
            • Dosis yang dianjurkan 100-400mg/hari
          • Griseofulvin
            • obat ini kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas, karena tidak larut air
            • lebih bagus di berikan bersama makanan
            • leukopenia dan granulositopenia merupakan efek samping dari obat ini, efek samping yang lainnya berupa neuritis perifer, pandangan berkabur, pusing, sinkop, mual dan rasa kering di mulut
            • Dosis terapi : 
              • anak     : 10mg/kgBB
              • dewasa : 500-100mg/hari
              • lamanya pengobatan bervariasi tergantung infeksi kulit yang terkena, namun sebaiknya selama 1 bulan.
          • Itrakonazol
            • aktivitas efek jamur lebih luas di banding ketokonazol, sedangkan efek sampingnya kecil
            • sebaiknya di berikan bersama makanan, pemakaian bersama rimfapisin akan mengurangi kadar terapautik obat
            • Dosis yang dianjurkan 5-10mg/Kg/BB sehari sekali.

      Kegagalan Pengobatan
      • Kegagalan Pengobatan Topikal
        • Kegagalan pengobatan topikal terutama disebabkan oleh diagnosis yang kurang tepat atau pemakaian obat yang salah.
      • Kegagalan Pengobatan Oral
        • Kegagalan pengobatan oral anti jamur  dapat disebabkan oleh beberapahal, seperti dosis yang salah, kekurang teraturan minum obat, adanya obat-obat poten yang kompetitif, gangguan penyerapan obat, adanya kopatogen atau infeksi sekunder, resistensi terhadap anti jamur, dan terdapatnya reinfeksi.



      PENCEGAHAN

      • Barang-barang seperti baju, handuk, dan peralatan tidur, hendaknya tidak bersamaan dan menghindari kontak dengan penderita yang terinfeksi.
      • Menjaga kebersihan pakaian dalam yaitu ganti dua kali sehari
      • Menjaga kelembaban kulit dengan tidak memakai celana yang ketat
      • Menjaga berat badan ideal
      • Menganjurkan pasien agar memakai celana 2 lapis celana dengan bahan yang mudah menyerap keringat.
      • Menghilangkan fokal infeksi ditempat lain misalnya di kuku atau di kaki.