kalsifikasi dan penyebab cedera kepala


                           Cedera kepala
PENDAHULUHAN
Cedera kepala biasa terjadi pada dewasa muda antara 15-44 tahun. Pada umumnya rata-rata usianya  adalah sekitar 30 tahun. prevelensi angka kejadian cedera kepala pada Laki-laki dua kali lebih sering dari pada wanita  (Kalsbeek, 1980). Kecelakaan kendaraan bermotor penyebab paling sering dari cedera kepala, sekitar 49% dari kasus. Pasien dengan kecelakaan kendaraan bermotor biasa disertai cedera berganda. Lebih dari 50% penderita cedera kepala berat disertai oleh cedera sistemik berat (Miller, 1978). Walau insiden keseluruhan hematoma intrakranial setelah cedera kepala hanya 2%, sekitar setengah pasien yang tidak sadar yang dibawa ke rumah sakit akibat cedera kepala memiliki hematoma intrakranial yang berat.

PENYEBAB

Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
  • Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.
  • Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/ kekuatan diteruskan kepada otak.
    • Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul tergantung pada :
      • Lokasi
      • Kekuatan
      • Fraktur infeksi/ kompresi
      • Rotasi
      • Delarasi dan deselarasi
Mekanisme cedera kepala
  • Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam. Contoh : akibat pukulan lemparan.
  • Deselerasi. Contoh : kepala membentur aspal.
  • Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagan tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.
Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama  (Hoffman,dkk,1996)
  • Tanda dan gejala fisik/somatik: nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus
  • Tanda dan gejala kognitif: gangguan memori, gangguan perhatian dan berfikir kompleks
  • Tanda dan gejala emosional/kepribadian: kecemasan, iritabilitas


KLASIFIKASI
Cedera kepala bisa diklasifikasikan atas berbagai  hal. Untuk kegunaan praktis, tiga jenis klasifikasi akan sangat berguna, yaitu berdasarkan  mekanisme, tingkat  beratnya cedera kepala serta berdasar morfologi.

                                       Tabel klasifikasi cedera kepala

  • Berdasarkan mekanisme
    • Tertutup
    • Penetrans

  • Berdasarkan beratnya
    • Skor Skala Koma Glasgow
    • Ringan, sedang, berat

  • Berdasarkan morfologi
    • Fraktura tengkorak
      • Kalvaria
        • Linear atau stelata
        • Depressed atau nondepressed
      • Basilar
    • Lesi intrakranial
      • a Fokal
        • 1. Epidural
        • 2. Subdural
        • 3. Intraserebral
      • b Difusa
        • 1. Konkusi ringan
        • 2. Konkusi klasik
        • gambar cedera kepala3. Cedera aksonal difusa 


Klasifikasi berdasarkan mekanisme
  • Cedera kepala secara luas diklasifikasikan sebagai tertutup dan penetrans. Walau istilah ini luas digunakan dan berguna untuk membedakan titik pandang, namun sebetulnya tidak benar-benar dapat dipisahkan. Misalnya fraktura tengkorak depres dapat dimasukkan kesalah satu golongan tersebut, tergantung kedalaman dan parahnya cedera tulang. 
  • istilah cedera kepala tertutup biasanya dihubungkan dengan kecelakaan kendaraan, jatuh dan pukulan, dan 
  • cedera kepala penetrans lebih sering dikaitkan dengan luka tembak dan luka tusuk. 
  • Karena pengelolaan kedua kelompok besar ini sedikit berbeda, dipertahankanlah pengelompokan ini untuk keperluan dskriptif.

Klasifikasi Berdasarkan Berat
The Traumatic Coma Data Bank mendefinisakan berdasarkan skor Skala Koma Glasgow:
  • Cidera kepala ringan/minor (kelompok resiko rendah)
    • Skor skala koma Glasglow 15 (sadar penuh,atentif,dan orientatif)
    • Tidak ada kehilangan kesadaran(misalnya konkusi)
    • Tidak ada intoksikasi alkohaolatau obat terlarang
    • Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
    • Pasien dapat menderita abrasi,laserasi,atau hematoma kulit kepala
    • Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat.
  • Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang)
    • Skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi atau stupor)
    • Konkusi
    • Amnesia pasca trauma
    • Muntah
    • Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle,mata rabun,hemotimpanum,otorhea atau rinorhea cairan serebrospinal).
  • Cidera kepala berat (kelompok resiko berat)
    • Skor skala koma glasglow 3-8 (koma)
    • Penurunan derajat kesadaran secara progresif
    • Tanda neurologis fokal
    • Cidera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresikranium.
          • tabel skala  Koma Glasgow

Annegers ( 1998 ) membagi trauma kepala berdasarkan lama tak sadar dan lama amnesia pasca trauma yang di bagi menjadi :
  • Cidera kepala ringan,apabila kehilangan kesadaran atau amnesia berlangsung kurang dari 30 menit
  • Cidera kepala sedang,apabila kehilangan kesadaran atau amnesia terjadi 30 menit sampai 24 jam atau adanya fraktur tengkorak
  • Cidera kepala berat,apabiula kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 jam,perdarahan subdural dan kontusio serebri.
Tanpa memperdulikan nilai SKG, pasien digolongkan sebagai penderita cedera kepala berat bila :
    • Pupil tak ekual
    • Pemeriksaan motor tak ekual.
    • Cedera kepala terbuka dengan bocornya CSS atau adanya jaringan otak yang terbuka.
    • Perburukan neurologik.
    • Fraktura tengkorak depressed.

Klasifikasi berdasarkan morfologi
  • Hadirnya CT Scanning menimbulkan revolusi dalam klasifikasi dan pengelolaan cedera kepala. Secara morfologi, cedera kepala mungkin secara umum digolongkan kedalam dua kelompok utama: fraktura tengkorak dan lesi intrakranial.
    • Fraktura  tengkorak 
      • Fraktura  tengkorak  mungkin tampak pada  kalvaria  atau basis, mungkin linear atau stelata, mungkin  depressed atau nondepressed. Fraktura tengkorak basal sulit  tampak pada foto sinar-x polos dan biasanya perlu CT scan dengan setelan jendela-tulang untuk memperlihatkan lokasinya. Adanya tanda klinis fraktura tengkorak basal mempertinggi indeks kemungkinan dan membantu identifikasinya. Sebagai pegangan umum, depressed fragmen lebih dari ketebalan tengkorak memerlukan  operasi  elevasi.
      • Fraktura tengkorak terbuka atau compound berakibat hubungan langsung antara laserasi scalp dan permukaan serebral karena duranya robek, dan fraktura ini  memerlukan operasi perbaikan segera.
      • Adanya  fraktura adalah sangat berarti,  karena  mewaspadakan klinisi terhadap risiko komplikasi seperti  hematoma  intrakranial atau infeksi". Frekuensi  fraktura tengkorak  bervariasi, lebih banyak fraktura  ditemukan bila penelitian dilakukan pada populasi yang lebih  banyak  mempunyai cedera berat. Fraktura kalvaria  linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar  400 kali  pada  pasien yang sadar dan 20 kali pada  pasien yang tidak sadar. Untuk alasan ini, adanya  fraktura tengkorak mengharuskan pasien untuk dirawat dirumah sakit  untuk pengamatan, tidak peduli  bagaimana  baiknya tampak pasien tersebut.
    • Lesi Intrakranial
      • Mungkin dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, walau kedua bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. Lesi fokal termasuk hematoma epidural, hematoma subdural, dan kontusi (atau hematoma intraserebral). Pasien pada kelompok cedera otak difusa, secara umum, menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan perubahan sensorium atau bahkan koma dalam. Basis selular cedera otak difusa menjadi lebih jelas pada tahun-tahun terakhir ini.
      • Lesi Fokal
        • Hematoma Epidural. 
          •  Klot terletak diluar dura, namun didalam tengkorak. Paling sering terletak diregio temporal atau temporal-parietal dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal media. Klot biasanya berasal arterial, namun bisa juga sekunder dari perdarahan vena . Kadang-kadang, hematoma epidural mungkin akibat robeknya sinus vena, terutama diregio parietal-oksipital atau fossa posterior. Walau hematoma epidural relatif tidak terlalu sering (0.5% dari keseluruhan atau 9% dari pasien koma cedera kepala), harus selalu diingat saat menegakkan diagnosis dan harus ditindak segera. Prognosis biasanya baik karena cedera otak disekitarnya biasanya masih terbatas. Outcome langsung bergantung pada status pasien sebelum operasi. Mortalitas dari hematoma epidural sekitar 0% pada pasien tidak koma, 9% pada pasien obtundan, dan 20% pada pasien  dalam keadaan koma.
        • Hematoma Subdural. 
          • hematoma sub dural lebih  sering  dijumpai dari hematoma epidural, yaitu sekitar 30% penderita dengan cedera kepala berat. Terjadi paling sering akibat robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus draining. Namun bisa juga dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau substansi otak. Fraktura tengkorak mungkin ada atau tidak. Selain itu, kerusakan otak yang mendasari hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma epidural. Mortalitas umumnya 60%, namun mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang sangat segera dan pengelolaan medis agresif.
        • Kontusi dan hematoma intraserebral. 
          • Kontusi serebral sejati terjadi cukup sering. Frekuensinya lebih nyata sejak kualitas dan jumlah CT scanner meningkat. Selanjutnya, kontusi otak hampir selalu berkaitan dengan hematoma subdural. Majoritas terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk serebelum dan batang otak.
          • Perbedaan antara kontusi dan hematoma intraserebral traumatika tetap tidak jelas batasannya. Lesi jenis 'salt-and-pepper' klasik jelas suatu kontusi, dan hematoma yang besar jelas bukan. Bagaimanapun, terdapat zona peralihan,dan kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma intraserebral dalam beberapa hari.
      • Cedera difusa
        • Cedera otak difusa membentuk kerusakan otak berat progresif yang berkelanjutan, disebabkan oleh meningkatnya jumlah cedera akselerasi-deselerasi otak. Pada bentuk murni, cedera otak difusa adalah jenis cedera kepala yang paling sering.
          • Konkusi Ringan. 
            • Konkusi ringan cedera dimana kesadaran tidak terganggu namun terdapat suatu tingkat disfungsi neurologis temporer. Cedera ini sering terjadi dan karena derajatnya ringan, sering tidak dibawa kepusat medik. Bentuk paling ringan konkusi berakibat konfusi dan disorientasi tanpa amnesia. Sindrom ini biasanya pulih sempurna dan tanpa disertai adanya sekuele major. Cedera kepala yang sedikit lebih berat menyebabkan konfusi dengan baik amnesia retrograd maupun postraumatika.
          • Konkusi Serebral Klasik. 
            •  Konkusi serebral klasik adalah keadaan pasca trauma dengan akibat hilangnya kesadaran. Keadaan ini selalu disertai suatu tingkat amnesia retrograd dan posttraumatika, dan lamanya amnesia posttraumatika adalah pengukur yang baik atas beratnya cedera. Hilangnya kesadaran adalah sementara dan dapat pulih. Menurut definisi yang tidak terlalu ketat, pasien kembali sadar sempurna dalam enam jam, walau biasanya sangat awal. Kebanyakan pasien setelah konkusi serebral klasik tidak mempunyai sekuele kecuali amnesia atas kejadian yang berkaitan dengan cedera, namun beberapa pasien mempunyai defisit neurologis yang berjalan lama, walau kadang-kadang sangat ringan.
          • Cedera Aksonal Difusa (CAD). 
            • Cedera aksonal difusa (Diffuse Axonal Injury, DAI) adalah istilah untuk menjelaskan koma pasca traumatika yang lama yang tidak dikarenakan lesi massa atau kerusakan iskhemik. Kehilangan kesadaran sejak saat cedera berlanjut diluar enam jam. Fenomena ini mungkin dipisahkan menjadi kategori ringan, sedang dan berat. CAD ringan relatif jarang dan dibatasi pada kelompok dengan koma yang berakhir pada 6 hingga 24 jam, dan pasien mulai dapat ikut perintah setelah 24 jam. CAD sedang dibatasi pada koma yang berakhir lebih dari 24 jam tanpa tanda-tanda batang otak yang menonjol. Ini bentuk CAD yang paling sering dan merupakan 45% dari semua pasien dengan CAD. CAD berat biasanya terjadi pada kecelakaan kendaraan dan bentuk yang paling mematikan. Merupakan 36% dari semua pasien dengan CAD. Pasien menampakkan koma dalam dan menetap untuk waktu yang lama. Sering menunjukkan tanda dekortikasi atau deserebrasi dan sering dengan cacad berat yang menetap bila penderita tidak mati. Pasien sering menunjukkan disfungsi otonom seperti hipertensi, hiperhidrosis dan hiperpireksia dan sebelumnya tampak mempunyai cedera batang otak primer. Sekarang dipercaya bahwa CAD umumnya lebih banyak berdasarkan pada fisiologi atas gambaran klinik yang terjadi.

DEMIKIAN DAHULU POSTING SAYA KALI INI, UNTUK KELANJUTANNYA AKAN SAYA BAHAS MENGANAI PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA.. SINI