Cara mendiagnosa Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

DIAGNOSA BENIGN PAROXYMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV) ATAU VERTIGO POSISI PAROKSIMAL JINAK (VPPJ) 
 

PENDAHULUAN

Pada dasarnya untuk mendiagnosa suatu penyakit dapat melalui beberapa metode pemeriksaan menyeluruh di mulai dari anamnesis yaitu metode mengumpulkan data dari pasien melalui teknik wawancara kepada pasien, dimana anamnesis ini dapat di lakukan secara autoanamnesis yaitu data yang diambil langsung pada pasiennya ataupun melalui alloanamnesis yaitu data di peroleh dari informasi melalui keluarga atau orang yang mengantar pasien, ini bisa di lakukan apabila ada kendala komunikasi dengan pasien, misalnya pasien bayi yang belum dapat berkomunikasi ataupun jika pasien tersebut tidak dapat berkomunikasi akibat kegawatan suatu penyakit yang di derita pasien tersebut.

Data- data yang diambil pada anamnesis bisa menyangkut identitas pasien, Keluhan utama, yaitu keluhan yang mendasari pasien datang ke dokter. keluhan penyerta atau tambahan yaitu keluhan yang di rasakan oleh pasien selain keluhan utama, pada anamnesis juga perlu di dapatkan riwayat penyakit sekarang yaitu apakah pasien sedang menderita suatu penyakit, ini perlu di perhatikan agar dapat di hubungkan dengan dengan keluhan utama pasien, selain itu perlu juga di ketahui riwayat penyakit dahulu maupun riwayat penyakit sekarang dari anamnesis. Anamnesis merupakan metode terbaik dalam menentukan diagnosa penyakit seseorang, dikatakan hampir sekitar 90% data suatu penyakit di dapatkan dari data-data anmnesis, selain itu juga anamnesis di butuhkan untuk penentuan penyakit yang mirip dengan yang di derita pasien, atau dikenal dengan diagnosis banding sebuah penyakit (different diagnosa)

Setelah melakukan anamnesis, selanjutnya langkah dalam penentuan diagnosa suatu penyakit dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yaitu berupa keadaan umum pasien yaitu apakah sakit berat, sedang atau berat. Penilaian Derajat kemampuan pasien ( ada 4 derajat menurut WHO) kesadaran pasien (apakah kompos mentis, apatis, delirium, somnolen, supor atau koma)
Untuk lebih lengkap mengenai pemeriksaan fisik dapat di baca disini

Setelah pemeriksaan fisik, mungkin di butuhkan beberapa pemeriksaan fisik tambahan sesuai dengan keluhan penyakit, misalnya pemeriksaan fisik neurologi, pemeriksaan fisik telinga hidung dan tenggorokan atau lain sebagainya.

Setelah pemeriksaan fisik, biasanya di lakukan pemeriksaan penunjang untuk sarana diagnosa, pemeriksaan penunjang di sini di maksudkan sebagai penunjang penegakan diagnosis pasti suatu penyakit. Pemerikasaan penunjang ini dapat meliputi pemeriksaan laboratorium dan radiologi.
Apabila berbagai tahapan diatas telah di tempuh, maka penegakan diagnoda dapat diambil.

Pada kesempatan ini kita akan membahas Diagnosa vertigo perifer dalam hal ini vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)



DIAGNOSA BPPV ATAU VPPJ

Vertigo merupakan keluhan yang sangat menggangu aktivitas kehidupan sehari-hari. Sampai saat ini sangat banyak hal yang dapat menimbulkan keluhan vertigo. Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat masih terus disempurnakan. Vertigo posisi paroksismal jinal (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang paling sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala, beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan vertigonya. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja walaupun penderita merasakannya lebih lama.

Untuk mengenal BPPV atau VPPJ dapat di baca disini


ANAMNESIS

Biasanya wawancara dengan pasien dimulai dengan menanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat. Kemudian ditanyakan keluhan utamanya, yaitu keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter. Pada tiap keluhan atau kelainan perlu ditelusuri; sejak kapan mulai, sifat serta beratnya, lokasi serta penjalarannya, hubungannya dengan waktu (pagi, siang, malam, sedang tidur, waktu haid, sehabis makan dan lain sebagainya), keluhan lain yang ada hubungannya dengan keluhan tersebut, pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya, faktor yang membuat keluhan lebih berat atau lebih ringan, dan perjalanan keluhan (apakah menetap, bertambah berat, bertambah ringan, datang dalam bentuk serangan dan lain sebagainya).

Pasien BPPV akan mengeluh jika kepala berubah posisi pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan muntah.


Tabel  1. Beberapa pertanyaan yang ditanyakan terkait dengan keluhan yang dirasakan pasien
Keluhan
Hal-hal yang perlu di tanyakan
Nyeri kepala
Apakah anda menderita sakit kepala?
Bagaimanakah sifatnya, dalam bentuk serangan atau terus menerus?
Dimana lokasinya?
Apakah progresif, makin lama makin berat?
Apakah mengganggu aktivitas sehari-hari?
Muntah
Apakah disertai rasa mual atau tidak?
Apakah muntah ini tiba-tiba, mendadak, dan proyektil?
Vertigo
Pernakah anda merasakan seolah-olah anda berputar atau bergerak sendiri?
Apakah rasa tersebut ada hubungannya dengan perubahan sikap?
Apakah disertai tinitus (telinga berdenging, berdesis)
Visus
Apakah ketajaman penglihaan anda menurun pada satu atau kedua mata?
Apakah anda melihat dobel (diplopia)
Pendengaran
Adakah perubahan pada pendengaran anda?
Adakah tinitus(telinga berdenging, berdesis)
Saraf otak lainnya
Adakah gangguan pada penciuman, pengecapan, salivasi dan lakrimasi?
Adakah kelemahan pada otot wajah?
Apakah bicara jadi cadel atau pelo?
Apakah sulit menelan (disfagia)?
Fungsi luhur
Bagaimana dengan memori?
Apakah anda jadi pelupa?
Bagaimana dengan kemampuan membaca, menulis, dan sebagainya?
Kesadaran
Pernakah anda kehilangan kesadaran?
Pernakah anda pingsan atau merasa lemas dan tiba-tiba jatuh?
Motorik
Adakah gerakan yang tidak cekatan?
Adakah kelemahan pada ekstremitas?
Adakah bentuk dan gerakan yang abnormal?
Sensibilitas
Adakah gangguan perasaan pada bagian tubuh atau ekstremitas?
Adakah rasa seperti kesemutan, rasa tertusuk, atau terbakar?
Apakah rasa tersebut menjalar?
Saraf otonom
Bagaimana buang air kecil, buang air besar dan libido anda?

Adakah retensio atau inkontinensia utin atau alvi?


                     
                                   VIDEO BPPV dan sistim keseimbangan



PEMERIKSAAN FISIK PASIEN
Pada pemeriksaan, kita dapat mengobservasi seluruh keadaan pasien dengan melakukan serangkaian pemeriksaan seperti; pemeriksaan umum, pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik, pemeriksaan neurologis, dan berbagai jenis pemeriksaan lainnya.


1. Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik umum yang sering dipakai pada pemeriksaan BPPV yaitu pemeriksaan tanda vital antara lain tekanan darah, denyut jantung, suhu, dan nadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan penyebab keluhan vertigo, misalnya adanya kenaikan tekanan darah atau penurunan tekanan darah bisa di curiga bahwa bukan  Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), sebab Pada penderita vertigo, khususnya Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya pemeriksaan fisik umum biasanya normal.

2. Pemeriksaan fisik neurologis
Pemeriksaan saraf kranialis antara lain : pemeriksaan nervus facialis (N. VII) dan nervus vestibularis (N. VII), pemeriksaan tonus dan kekuatan motorik, koordinasi dan keseimbangan
neurologis dan motoriknya normal.
  • Pemeriksaan N.VII (N. Faciallis)
    • Cara pemeriksaan:
      • Mula-mula dilakukan observasi wajah pada waktu pasien diam, tertawa, menangis, bersiul dan menutup mata.
      • Pasien diminta mengerutkan dahi, kemudian menutup mata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua kelopak mata agar tetap terbuka.
      • Pasien diminta mengembungkan pipi seperti meniup balon sambil pemeriksa melakukan palpasi pipi kiri dan kanan untuk menentukan apakah udara dapat lolos lewat salah satu sudut mulut.
      • Pada pasien dengan penurunan kesadaran atau koma, pemeriksaan dilakukan dengan membangkitkan rasa nyeri misalnya dengan menekan kuat-kuat prosesus stiloideus hingga pasien menyeriangi.
    • Penilaian:
      • Normal: bila muka kurang lebih simetrik dalam semua gerakan.
      • Paresis perifer nervus fasialis: bila separuh muka kurang dalam setiap gerakan.
      • Paresis sentral nervus fasialis: bila otot-otot wajah bagian bawah terkena sedang otot-otot dahi normal.
  • pemeriksaan Nervus Vestibularis untuk keseimbangan.
    • Pemeriksaan nervus vestibularis dilakukan dengan memperhatikn adanya “dizziness”, vertigo (mabuk, pusing) atau kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang. Pada gangguan unilateral goyangan tubuh terjadi ke arah satu sisi dan ada deviasi postural, sering disertai deviasi kinetik atau “past pointing”. Gangguan vestibuler biasanya disertai deviasi okuler atau nistagmus.
                            
                                            Video pemeriksaan saraf kranial N.1-12


3. Pemeriksaan Test Provokasi Nistagmus

Diagnosis BPPV dapat dilakukan dengan melakukan tindakan provokasi dan menilai timbulnya nistagmus pada posisi tersebut. Kebanyakan kasus BPPV saat ini disebabkan oleh kanalitiasis bukan kupolitiasis.
Nistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri atas dua fase yaitu fase lambat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sitem vestibular terhadap rangsangan, sedangkan fase cepat merupakan reaksi kompensasinya. Nistagmus merupakan parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas sistem vestibular.
Video adanya Nistagmus

Perbedaan antara berbagai tipe BPPV dapat dinilai dengan mengobservasi timbulnya nistagmus secara teliti, dengan melakukan berbagai perasat provokasi menggunakan infrared video camera. test provokasi timbulnya nistagmus ini di lakukan untuk mengetahui dimana lokasi massa kalsifikasi di dalam organ canalis semisirkularis, sebab vertigo perifer terjadi karena terbentuknya massa kalsifikasi di kanalis semisirkularis.

Dikenal tiga jenis perasat untuk memprovokasi timbulnya nistagmus yaitu; perasat Dix Hallpike, perasat side lying, dan perasat roll. Perasat Dix Hallpike merupakan perasat yang paling sering digunakan. Side lying test digunakan untuk menilai BPPV pada kanal posterior dan anterior. Perasat Roll untuk menilai vertigo yang melibatkan kanal horisontal.

Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan dengan cara memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan respon vertigo dari kanalis semi sirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat memilih perasat Dix-Hallpike atau side lying.


  • a. Perasat Dix-Hallpike
    • Perasat Dix-Hallpike lebih sering digunakan karena pada perasat tersebut posisi kepala sangat sempurna untuk Canalith Repositioning Treatment (CRT) . Uji Dix-Hallpike  (Juga disebut Nylen-Barany test) berguna menentukan apakah vertigo dipicu oleh gerakan kepala tertentu.
    • Pada saat perasat provokasi dilakukan, pemeriksa harus mengobservasi timbulnya respon nistagmus pada kacamata Frenzel yang dipakai oleh pasien dalam ruangan gelap, lebih baik lagi bila direkam dengan system video infra merah (VIM). Penggunaan VIM memungkinkan penampakan secara simultan dari beberapa pemeriksaan dan rekaman dapat disimpan untuk penayangan ulang.
    • Perasat Dix-Hallpike pada garis besarnya terdiri dari dua gerakan.
        • Perasat Dix-Hallpike kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal posterior kanan dan 
        • perasat Dix-Hallpike kiri pada bidang posterior kiri dan anterior kanan. 
    • Untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien duduk tegak pada meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 45 derajat ke kanan. Dengan cepat pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 45 derajat  ke kanan sampai kepala pasien menggantung 20-30° pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon pada monitor dilakukan selama kurang lebih 1 menit atau sampai respon menghilang.
    • Setelah tindakan pemeriksaan ini maka dapat langsung dilanjutkan dengan Canalith Repositioning Treatment (CRT) bila terdapat abnormalitas. Bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila perasat tersebut tidak diikuti dengan CRT maka pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.
    • Lanjutkan pemeriksaan dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala pasien dihadapkan 45  derajat   ke kiri, tunggu maksimal 40 detik sampai respon abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon abnormal, dapat di lanjutkan dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila tidak dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan kembali.
                                  video  cara melakukan Perasat Dix-Hallpike
                      
Hasil
  • Hasil tes yang normal berarti bahwa Anda tidak memiliki vertigo atau nystagmus selama tes.
  • Sebuah hasil tes abnormal berarti bahwa Anda memiliki vertigo atau nystagmus selama tes. Sangat mungkin bahwa vertigo disebabkan oleh masalah telinga bagian dalam atau masalah otak, tergantung pada cara Anda bereaksi terhadap tes


  • b. Perasat side lying
    • Perasat side lying juga terdiri dari 2 gerakan yaitu
      • perasat side lying kanan yang menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kiri atau kanalis posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horisontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah dan 
      • perasat side lying kiri yang menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kanan dan kanalis posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horisontal dengan kanal posterior pada posisi paling bawah.
    • Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung di tepi meja, kemudian dijatuhkan ke sisi kanan dengan kepala ditolehkan 45° ke kiri (menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior kiri atau kanalis posterior kanan), tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal. Pasien kembali ke posisi duduk untuk diakukan perasat Sidelying kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri dengan kepala ditolehkan 45° ke kanan (menempatkan kepala pada posisi kanalis anterior kanan/kanalis posterior kiri). Tunggu 40 detik sampai timbul respon abnormal.
Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, kurang lebih 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus.

Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus ke depan;
  • fase cepat ke atas berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kanan, 
  • fase cepat ke atas berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis posterior kiri, 
  • fase cepat ke bawah berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis anterior kanan, 
  • fase cepat ke bawah berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis anterior kiri.
Respon abnormal diprovokasi oleh perasat Dix-Hallpike atau side lying pada bidang yang sesuai dengan kanal yang terlibat. Perlu diperhatikan, bila respon nistagmus sangat kuat, dapat diikuti oleh nistagmus sekunder dengan arah fase cepat berlawanan dengan nistagmus pertama. Nistagmus sekunder terjadi oleh karena proses adaptasi sistem vertibuler sentral.

Perlu dicermati bila pasien kembali ke posisi duduk setelah mengikuti pemeriksaan dengan hasil respon positif, pada umumnya pasien mendapat serangan nistagmus dan vertigo kembali. Respon tersebut menyerupai respon yang pertama namun lebih lemah dan nistagmus fase cepat timbul dengan arah yang berlawanan. Hal tersebut disebabkan oleh gerakan kanalith ke kupula.

Pada umumnya BPPV timbul pada kanalis posterior dari hasil penelitian terhadap 77 pasien BPPV. Terdapat 49 pasien (64%) dengan kelainan pada kanalis posterior, 9 pasien (12%) pada kanalis anterior, 18 pasien (23%) tidak dapat ditentukan jenis kanal mana yang terlibat, serta didapatkan satu pasien dengan keterlibatan pada kanalis horizontal. Kadang-kadang perasat Dix-Hallpike / side lying menimbulkan nistagmus horizontal.

Nistagmus ini bisa terjadi karena nistagmus spontan, nistagmus posisi atau BPPV pada kanalis horizontal. Bila timbul nistagmus horizontal, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pemeriksaan roll test. Nistagmus adalah gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Arah dari gerakan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosa

Tabel  : Ciri Nistagmus Posisional

Lesi Perifer
Lesi Sentral
Vertigo
Berat
Ringan
Masa Laten
Ya
Tidak
Jadi Capai/Lelah
Ya
Tidak
Habituasi
Ya
Tidak


  • Tes kalori.
    • Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat kebelakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik. 
    • Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat. Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.
    • Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
    • Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif atau tidak berfungsi.
                                      
                                                      video cara melakukan test calori
    4. Pemeriksaan Fungsi keseimbangan
    • Romberg’s sign
      • Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. 
      • walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness(tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia,atau cerebrovascular event.
      • Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). 
      • Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebelar badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
                            
                                             Cara melakukan test romberg sign
    • Tes berjalan
      • Penderita disuruh berjalan maju dan mundur dengan mata terbuka dan tertutup diperlihatkan deviasi gaya berjalan. Jika terdapat devisiasi maka terdapat gangguan keseimbangan
    • Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
      • Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruhmengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. 
      • Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita kearah lesi
                                                                 Video past poiting test
                                      
        • Posturografi
          • Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. 
          • Tes ini dilakukan dengan 6 tahap : 
            • Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam keadaan biasa (normal)
            • pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes romberg)
            • pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
            • pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian bawah dapat diganggu.
            • mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
            • pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang. 
          • Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input(informasi)
                                        

        5. Pemeriksaan fungsi pendengaran
        Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada gangguan pendengaran bersamaan dengan keluhan vertigo.
        Fungsi Pendengaran
        • Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif
        • Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay
        6. Pemeriksaan Kepala dan Leher
        Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :
        • pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome))atau kolesteaatoma
        • Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong tragus danmeatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah) mengindikasikan fistula perikimfatik .
        • Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk meningkattekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic berdasarkan klinis ini masih terbatas
        • Head impulses test
          • Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala pasien. Dimulai dengan pemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya horizontal 20 derajat dengan cepat. Pada orang yang normal tidak ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada sisi itu


          PEMERIKSAAN PENUNJANG

          Karena manuver Dix-Hallpike adalah pathognomonic, tes laboratorium tidak diperlukan untuk membuat diagnosis vertigo posisional paroksismal jinak (BPPV). Namun, karena hubungan yang tinggi dengan penyakit telinga bagian dalam ada, hasil pemeriksaan laboratorium mungkin diperlukan untuk menggambarkan ini patologi lainnya.
          • Pemeriksaan laboratorium
            • Darah lengkap, profil lipid, asam urat, hemostasis
            • Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan  diagnosa banding vertigo
          • Studi Imaging
            • Imaging studi tidak diperlukan dalam hasil pemeriksaan dari seorang pasien yang diduga BPPV., namun jika di ragukan apakah vertigonya bukan merupakan VVPJ, maka studi imaging dapat di lakukan baik dengan Foto kepala, CT-scan, maupun MRI 
          • Electronystagmography
            • Gerakan mata torsional tidak dapat ditunjukkan secara langsung, tapi kadang-kadang electronystagmography (INA) sangat membantu dalam mendeteksi kehadiran dan waktu nystagmus.
            • Hasil tes kalori bisa normal atau hypofunctional.
            • Menurut Mohammed Hamid, MD, respons vestibular berkurang dapat terjadi sekunder yaitu kelemahan dari endolymph partikel-sarat.
            • BPPV dapat berasal dalam telinga dengan absent caloric response karena suplai saraf dan pembuluh darah ke saluran horizontal yang terpisah dari PSC.
          • Infrared nystagmography: pergerakan mata torsional dapat ditunjukkan secara langsung.
          • Audiogram: Hasil audiogram mungkin dapat normal. 

          DIAGNOSA VERTIGO POSISI PAROKSIMAL JINAK
          • Benign Paroxysmal Postional Vertigo (BPPV) adalah suatu vertigo dengan gejala-gejala antara lain episode-episode vertigo yang singkat, dipicu opleh perubahan posisi kepala,lamanya beberapa detik sampai beberapa menit, bersifat intrmiten, dengan gejala lain sepertimual, rasa melayang, dan ketidakseimbangan.
          • Mendiagnosis BPPV dapat dilakukan dengan tindakan provokasi dan menilai timbulnya nistagmus pada posisi tersebut. Dikenal tiga perasat untuk provokasi timbulnya nistagmus yaitu: perasat dix-hallpike, perasat side lying dan perasat roll.
          • Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang munculnya lambat kurang lebih 40 detik kemudian nistagmus menghilang kurang dari 1 menit kemungkinan penyebabnya adalah kanalitiasis sedangkan yang disebabkan oleh kupolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari lebih dari 1 menit dan vertigo terjadi bersama dengan nistagmus
          • Selain itu dapat juga didiagnosis kanal mana yang terlibat dengan cara mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap lurus kedepan
            • Fase cepat keatas, berputar kekanan menunjukan BPPV pada kanalis posterior kanan
            • Fase cepat keatas, berputar kekiri menunjukan BPPV pada kanalis posterior kiri
            • Fase cepat kebawah, berputar kekanan menunjukan BPPV pada kanalis anterior kanan
            • Fase cepat keatas, berputar kekanan menunjukan BPPV pada kanalis anterio

          UNTUK LEBIH MEMAHAMI PENYEBAB BPPV DAPAT DI BACA DISINI, ATAU BACA JUGA PENATALAKSANAAN BPPV DISINI

          DAFTAR PUSTAKA

          • Bashiruddin J. Vertigo posisi paroksisimal jinak. Dalam: Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.104-10.
          • Lumbantobing SM. Neurologi klinik. Pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
          • Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009.h.134-6.
          • Hadjar E, Bashiruddin J. Penyakit meniere. Dalam: Buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.102-3.
          • Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Neuronitis vestibularis. Dalam: kapita selekta kedokteran. Jilid II edisi ke-3. Jakarta: Media aesculapius; 2009.h.48-50.
          • Solomon D. Benign paroxysmal positional vertigo. Philadelphia: Departement of Neurology, University of Pennsylvania; 2000.
          • Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Vertigo posisional benigna. Dalam: kapita selekta kedokteran. Jilid II edisi ke-3. Jakarta: Media aesculapius; 2009.h.51-53.
          • Zahara D. Diagnosis and treatment of benign paroxysmal positional vertigo. Medan: Departemen THT-KL FKUSU; 2010.
          • Li JC. Benign paroxysmal positional vertigo. 18 MAret 2010, di unduh dari www.emedicine.com tanggal 24 Januari 2010.
          • Johnson J, Lalwani AK. Vestibular Disorders. In : Lalwani AK, editor. Current Diagnosis & treatment in Otolaryngology-Head & Neck Surgery. New York: Mc Graw Hill Companies; 2004.p.761-5.