penyakit GERD penyebab nyeri dada rasa tidak enak setelah makan

PENYAKIT GERD (GASTRO-ESOFAGEAL REFLUKS DESEASES)

PENDAHULUAN
Penyakit GERD merupakan salah satu penyakit yang dahulu kurang begitu banyak di jumpai dalam kehidupan kita sehari- hari, akan tetapi saat ini akan makin banyak kita temukan. GERD, atau penyakit gastroesophageal reflux, merupakan  suatu kondisi yang menyebabkan asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Juga disebut refluks asam, seperti kita ketahui Kerongkongan kita  adalah tabung yang membawa makanan dari mulut kita ke dalam perut. pada Gastroesophageal reflux disease (GERD) yang terjadi adalah otot di ujung kerongkongan (spinter gastro esofageal) tidak menutup dengan benar. Hal ini memungkinkan isi lambung bocor kembali, atau refluks, ke kerongkongan dan mengiritasi kerongkongan tersebut.

GERD mempengaruhi orang-orang dari segala usia, namun kecenderungan prevalensi GERD meningkat pada orang tua dari 40 tahun. sebelumnya kita harus memahami dahulu bahwa Gastro esofageal refluks sebetulnya merupakan keadaan fisiologis tubuh (keadan yang normal) yang dapat terjadi, bersifat intermiten dan biasanya lebih banyak terjadi pada waktu sesudah makan. 

Yang akan di bahas di sini adalah Penyakit Gasttroesofageal deseases
  • Penyakit refluks gastroesofageal ( Gastroesopagheal Reflux Disease (GERD) adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus dimana jumlahnya mungkin berlebihan, intensitas waktunya lebih lama sehingga menyebabkan timbulnya keluhan- keluhan, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas.
  • Telah diketahui bahwa refluks kandungan lambung ke esofagus dapat menimbulkan berbagai gejala di esofagus maupun ekstra-esofagus,dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti striktur, Barrett’s esophagus bahkan adenokarsinoma di kardia dan esofagus. Banyak ahli yang menggunakan istilah esofagitis refluks yang merupakan keadaan terbanyak dari penyakit refluksgastroesofangeal.

INSIDEN
  • Penyakit GERD ini menjadi sangat penting, sebab jika pada awal abad ke 19 Tukak dan kanker lambung merupakan penyakit yang paling sering terjadi, tetapi dalam perjalanan abad ke 21 para ahli beranggapan bahwa penyakit GERD akan menjadi penyakit yang dominan di dalam konteks penyakit saluran cerna bagian atas. Penyakit ini dalam kenyataan memang sering kita ketemukan dalam negara- negar barat, di inggris prevelensinya bisa mencapai 25%, tetapi di asia relatif lebih sedikit dimana sekitar < 5% pada singapura dan hongkong.
  • Di Indonesia, data epidemologi mengenai penyakit GERD belum ada, akan tetapi data rumah sakit menunjukan bahwa terjadi peningkatan pasien GERD sebesar 6% pada tahun 1997 sampai 22% pada awal tahun 2002.

PATOGENESIS
Ada beberapa faktor yang menyebabkan GERD, diantaranya

GEJALA KLINIS PENYAKIT GERD
umumnya pasien yang datang biasanya dengan gejala yang typical, atypical, dan additional atypical.
  • Gejala Typical dapat berupa :
    • heartburn (nyeri ulu hati atau nyeri dada atau rasa panas dalam perut)
    • Regurgitasi (gumoh atau merasa ada cairan di dalam rongga mulut.
    • Dysphagia ( kesulitan menelan), sebetulnya dysphagia bukan merupakan gejala typical GERD, tetapi dapat menunjukan adanya gejala penyakit GERD
  • Gejala atypical dapat berupa :
    • Batuk- batuk yang lama
    • Nyeri dada yang non cardiac (nyeri bukan karena penyakit jantung)
    • Dapat juga di temukan whessing atau gejala seperti asma.
  • Gejala additional atypical
    • Gejala atipikal tambahan dari refluks yang abnormal termasuk kerusakan pada paru-paru (misalnya, pneumonia, asma, idiopathic pulmonary fibrosis), pita suara (misalnya, radang tenggorokan, kanker), telinga (misalnya otitis media), dan gigi (misalnya, enamel pembusukan).
Gejala- gejala GERD ini merupakan masalah apabila, pasien merasa gejala - gejala  tersebut menimbulkan ganguan  pada kehidupannya sehari- hari baik heart burn, regurgitasi, dan gejala lainnya, sebab jika pasien tidak merasa terganggu maka gejala- gejala ini bukan merupakan suatu masalah, karena GERD sendiri sebenarnya merupakan suatu keadaan normal atau fisiologis.
Gejala - gejala extra-esofageal antara lain berupa batuk kronik dan suara yang serak dan lainnya di duga ada hubungan dengan GERD, oleh karena itu harus di dampingi dengan gejala- gejala tipical.

Menurut para ahli yang bertemu di Montreal kanada yang membahas mengenai penyakit GERD, menyimpulkan bahwa Hal yang penting untuk di ketahui mengenai penyakit GERD ini ada dua hal, yaitu
  • Terdapatnya reflux dari isi  lambung ke dalam osefagus
  • Dari segi pasien merasa terganggu dengan keadaan tersebut atau telah terjadi komplikasi.
    • Defenisi dari keluhan- keluhan yang menggangu dari pasien adalah apabila keluhan keluhan itu ringan terjadi kira- kira lebih dari dua kali dalam seminggu atau kalau keluhan itu moderat itu terjadi kira- kira satu kali dalam seminggu.

Secara skematis dapat di lihat klasifikasi GERD dari montreal
gambar klasifikasi GERD menurut pertemuan di Montreal

Pada klasifikasi diatas, kita melihat bahwa adanya syndrome osefagus dan ekstra osefageal syndrome.  Pada Syndrome osefageal di bagi atas dua yaitu ada syndrome symtomatik dengan gejala typical dan ada syndrome yang di kaitkan dengan kerusakan mukosa (esofangitis, barrett's osefagus,striktur dan adenokarsinoma). Sedangkan pada ekstra osefageal syndrome yang jelas ada hubungan nya dengan GERD adalah adanya batuk- batuk kronis, laringitis refluks, refluks asma syndrome dan juga kelainan- kelainan pada gigi.

Gejala atypical yang berhubungan dengan kejadian GERD.
  • Gangguan pada paru-paru
    • Sejumlah gangguan paru berhubungan dengan GERD, asosiasi terkuat tampaknya dengan asma. Kebanyakan penderita asma mengeluh mulas, dan sebanyak 80 persen dari 15 juta orang Amerika didiagnosis dengan asma juga dapat menderita GERD, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Medicine. GERD dapat memicu serangan asma atau asma seperti gejala tidak langsung melalui stimulasi dari saraf vagal distal esofagus sensorik. Selain itu, banyak pasien dengan asma menunjukkan perbaikan refraktori ketika diobati dengan asam-penekan obat. 
    • Pasien GERD juga dapat hadir dengan batuk kronis, tidak produktif. Ini gejala atipikal GERD mungkin satu-satunya gejala yang jelas di lebih dari setengah pasien.
  • Gejala pada Telinga, Hidung dan Tenggorokan 
    • Menurut University of Maryland Medical Center, GERD dapat menghasilkan gejala yang mempengaruhi tenggorokan pada beberapa orang. Cegukan terus-menerus, sakit tenggorokan kronis, suara serak dan perasaan adanya benjolan di tenggorokan semua merupakan gejala atipikal GERD. 
    • Beberapa pasien juga mengalami disfagia, atau kesulitan menelan. Dalam kasus yang parah disfagia, makanan dapat menjadi bersarang di kerongkongan, menyebabkan nyeri dada tersedak dan berat. Gejala ini memerlukan perhatian medis yang segera untuk menyingkirkan kerusakan serius pada kerongkongan.
  • Gejal nyeri dada Noncardiac 
    • Rasa sakit dada yang dialami oleh penderita GERD dapat menyerupai gejala serangan jantung. Mungkin ada tekanan di dada, dengan atau tanpa membakar, dan rasa sakit bisa menjalar ke lengan atau ke leher dan rahang. Gejala ini mengirim ribuan orang ke ruang gawat darurat setiap tahun. Untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan oleh GERD atau gangguan lain, seperti penyakit jantung, ulkus peptikum, atau penyakit kandung empedu,maka  pengujian ekstensif mungkin diperlukan.


APA ITU  NERD DAN GERD
Dahulu banyak di gunakan istilah NERD, dimana NERD ini sebetulnya tergantung artinya, bahwa pasien GERD yang datang sudah di lakukan endoskopy dan dilihat tidak ada kelainan mukosa.
NERD (non erosif refluks desease) dimana ada gejala- gejala atypical refluks tetapi tidak ada ditemukan kerusakan mukosa. Yang penting di ketahui adalah pada kelompok pasien GERD, maka NERD merupakan bagian yang terbesar sekitar 70-80% ditemukan pada penderita penyakit GERD.

alur diagnosa GERD


FISIOLOGI DAN ANATOMI KOMPONEN- KOMPONEN YANG BERPERAN TERJADINYA GERD ( GASTRO-ESOFAGEAL REFLUKS)
untuk dapat memahami tentang penyakit GERD, maka ada baiknya jika kita memahami dahulu menyangkut anatomi dan fisiologi komponen organ-organ yang berperan dalan kasus GERD.

Anatomi dan Fisiologi

Pintu masuk ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral. Lubang berbentuk bibir berotot, yang membantu memperoleh, mengarahkan dan menampung makanan di mulut. Langit-langit atau yang biasa di sebut  yang membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan mulut dengan rongga hidung.
Keberadaan palatum yang memungkinkan manusia dapat bernafas,mengunyah atau mengisap secara bersamaan. Dibagian belakang dekat tenggorokan terdapat suatu tonjolan menggantung dari palatum mole (langit-langit lunak), yakni uvula yang berperan penting untuk menutup saluran hidung ketika menelan. Lidah yang membentuk dasar rongga mulut terdiri dari otot rangka yang dikontrol secaravolunter. Pergerakan lidah tidak saja penting untuk mengunyah dan menelan tetapijuga penting untuk berbicara.

Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan. Menelan di mulai ketika suatu bolus atau bola makanan secara sengaja di dorong oleh lidah ke bagian belakang mulut menuju faring. Menelan dapat dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap orofaring dan tahap esofagus . Tahap orofaring berlangsung sekitar satu detik dan berupa perpindahan bolus dari mulut melalui faring dan masuk ke esofagus. Saat masuk faring sewaktu menelan, bolus harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain makanan harus dicegah untuk kembali kemulut, masuk ke saluran hidung dan masung ke trakea.

Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus dan berjalan memanjang diantara faring dan lambung. Sebagian besar esofagus terletak di dalam rongga thoraksdan menembus diagfragma untuk menyatu dengan lambung di rongga abdomen beberapa sentimeter dibawah diagfragma. Kadang-kadang sebagian lambungmengalami herniasi menembus hiatus esofagus dan menonjol ke dalam rongga thoraks, suatu keadaan yang dikenal sebagai hernia hiatus.

Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah struktur berotot berbentuk seperti cincin yang jika tertutup, mencegah lewatnya benda melaluisaluran yang dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah sfingter faringoesofagus , dansfingter bawah adalah sfingter gastroesofagus. Kecuali sewaktu menelan, sfingter faringoesofagus menjaga pintu masuk esofagus tetap tetap tertutup untuk mencegahmasuknya sejumlah besar udara ke dalam esofagus dan lambung saat benapas.Apabila tidak ada sfingter faringoesofagus, saluran pencernan akan menerima banyak gas, yang dapat menyebabkan eructatition (bersendawa) berlebihan. Selama menelan,sfingter tersebut berkontraksi, sehingga sfingter terbuka dan bolus dapat lewat kedalam esofagus. Setelah bolus berada dalam esofagus , sfingter faringoesofagusmenutup, saluran pernapasan terbuka dan bernapas dapat kembali di lakukan. Tahaporofaring selesai dan tahap iki kira-kira memakan waktu 1 detik setelah prosesmenelan dimulai.

Tahap esofagus menelan sekarang dimulai. Pusat menelan memulai gelombang peristaltik primer yang mengalir dari pangkal ke ujung esofagus,mendorong bolus di depannya melewati esofagus ke lambung. Peristaltik mengacu pada kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus ke depan kontraksi. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar lima sampai sembilan detik untuk mencapai ujung bawah esofagus.

Kecuali sewaktu menelan, sfingter gastroesofagus tetap berkontraksi untuk mempertahankan sawar antara esofagus dan lambung, sehingga mengurangikemungkinan refluks isi lambung yang asam ke esofagus. Apabila isi lambung mengalir kembali ke esofagus walaupun terdapat sfingter, keasaman isi lambungtersebut akan mengiritasi esofagus, menimbulkan rasa tidak nyaman di esofagus yangdikenal sebagai heartburn.

Sfingter gastroesofagus melemas secara refleks saatgelombang peristaltik mencapai bagian bawah esofagus sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi. Sfingter gastroesofagus melemas secara refleks saat gelombang peristalktik mencapai bagian bawah esofagus sehingga bolus dapat masuk kelambung.

Anatomi esophagus dan lambung

Lambung adalah ruang berbentuk kantung mirip huruf J yang terletak diantara esofagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan. Pada umumnnya studi pengobatan memperlihatkan hasil tingkat kesembuhan diatas 80% dalam waktu 6-8 minggu. Untuk selanjutnya dapat diteruskan dengan terapi pemeliharaan (maintenance therapy) atau bahkan terapi “bila perlu” (ondemand therapy). Yaitu pemberian obat-obatan selama beberapa hari sampai dua minggu jika ada kekambuhan sampai gejala hilang. Pada berbagai penelitiaan terbukti bahwa respons perbaikan gejala menandakan adanya respons perbaikan lesiorganiknya (perbaikan esofagitis). Hal ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif dalam mengatasi gejala pada tatalaksana GERD.

WHAT CAUSE REFLUKS? 
Dalam perjalanannya sebetulnya masalah refluks itu menyangkut motilitas, ada relaksasi dari lower osefagus spintcher yang transient, tekanan dari lower osefagus yang menurun dan gangguan pembersihan atau clirens dari osefagus dan juga keterlambatan pengosongan lambung.

FAKTOR RESIKO GERD
  • Obesitas
    • pada orang yang memiliki BMI>25 memiliki kecennderungan mengalami GERD
  • Faktor genetik
    • Faktor genetik yang berbaitan dengan GERD, biasanya di hubungkan dengan permasalahan menyangkut otot polos, misalnya heatus hernia.
  • Kebiasaan merokok
    • Merokok dapat meningkatkan resiko GERD karena merokok dapat menurunkan tekanan lower osefagus spinter.
  • Aktivitas fisik
    • Joging atau berlari akan meningkatkan resiko GERD, karena meningkatkan relaksasi dari LES

DIAGNOSA GERD

Diagnosa Gastroesopagheal Reflux dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori sebagai berikut:
  • Gastroesophageal refluks Fisiologis (atau fungsional) : Pasien-pasien ini tidak memiliki faktor predisposisi yang mendasarinya atau kondisi; pertumbuhan dan perkembangan normal; dan pengobatan farmakologis biasanya tidak diperlukan, meskipun mungkin diperlukan untuk menghilangkan gejala jika perubahan gaya hidup tidak berhasil
  • Gastroesophageal reflux patologis atau GERD: Pasien sering komplikasi pengalaman yang disebutkan di atas, memerlukan evaluasi yang cermat dan pengobatan
  • Gastroesophageal reflux Sekunder: ini mengacu pada sebuah kasus dimana kondisi yang mendasarinya mungkin predisposisi refluks gastroesophageal, dengan contoh termasuk asma (suatu kondisi yang mungkin juga, sebagian, disebabkan oleh atau diperparah oleh refluks) dan obstruksi lambung

Diagnosis GERD pada pasien dengan gejala atipikal bisa sulit. Ketika pasien datang dengan keluhan atipikal, diagnosis GERD harus diingat. Pasien dengan aspirasi berulang dapat memiliki asma, riwayat pneumonia, dan fibrosis paru progresif. Selain itu, suara serak bisa hadir karena iritasi laring kronis. Nyeri dada adalah gejala lain menyajikan yang dapat sulit untuk mengevaluasi. Pada pasien ini, tidak termasuk etiologi jantung adalah penting sebelum pelabelan rasa sakit seperti nyeri dada noncardiac sekunder untuk GERD.