PEPTISIDA : MACAM, PENGARUH PADA KESEHATAN DAN CARA MENANGGULANGIN KERACUNAN PEPTISIDA

PEPTISIDA


LATAR BELAKANG

Tekanan globalisasi terhadap pertanian telah menciptakan ketergantungan petani terhadap pengembangan pertanian konvensional yang berorientasi eksport.Sistem pertanian tersebut mempunyai andil yang sangat besar terhadap kehancuran lingkungan dan sistem kehidupan masyarakat lokal. Sistem pertanian yang diciptakan dibawah tekanan kepentingan pasar global tersebut bertujuan untuk memonopoli terhadap sumber daya agraria dan produksi pangan dunia. Kebijakan sudah berlangsung lama, sejak ditingkatkannya penggunaan pestisida, pupuk kimia, benih transgenic dan komersialisasi terhadap pertanian.

Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida langsung, petani dan para pekerja di pertanian lainnya terpapar (kontaminasi) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida(Pan AP,2001). Di samping itu masyarakat sekitar lokasi pertanian sangat beresiko terpapar pestisida melalui udara, tanah dan air yang ikut tercemar, bahkan konsumen melalui produk pertanian yang menggunakan pertisida juga beresiko terkontaminasi pestisida.

Pestisida adalah bahan kimia untuk membunuh hama (insekta,jamur dan gulma). Di Indonesia, pestisida yang paling dominan banyak digunakan sejaktahun 1950an sampai akhir tahun1960an adalah pestisida dari golongan hidrokarbon berklor .Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh.

Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan bahan lain misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air pengencer, tepung untuk mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur sebagai pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang bersifat sinergis untuk penambah daya racun, dsb

PENGERTIAN DAN MANFAAT PEPTISIDA

Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". Tergantung dari sasarannya, pestisida dapat berupa

  1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa mematikan semua jenis serangga. Insektisida merupakan kelompok pestisida yang besar dan terdiri atas beberapa subkelompok kimia yang berbeda Organofosfat. Insektisida ini adalah ester asam fosfat dan tiofosfat seperti diklorvos dan paration. Mereka bekerja menghambat asetikolinesterase (AchE), mengakibatkan akumulasi asetilkolin (Ach). ACh yang berlebihan menyebabkan berbagai jenis simtom dan tanda-tanda. Beratnya gejala kurang lebih berkorelasi dengan tingkat penghambatan kolinesterase dalam darah, tetapi hubungan yang tepat tergantung pada senyawanya. Selain paration dan diklorvos, pestisida lain dalam kelompok ini adalah Gution, diazinon, Dipterex. Karbamat. Kelompok ini merupakan ester asam N-Metilkarbamat. Zat ini juga bekerja menghambat AChE. Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut jauh lebih reversibel daripada efek organofosfat. Contohnya adalah karbaril (Sevin), aldikarb (Temik), karbofuran, metomil, propoksur (Baygon). Selain itu tanda-tanda toksisitas karbamat muncul lebih cepat, karbamat lebih aman daripada organofosfat. Organoklorin. Insektisida ini meliputi turunan etana berklor, siklodien, dan heksaklorosiklo-heksan. Contohnya adalah DDT yang pernah dipergunakan secara luas dalam pertanian dan program kesehatan. DDT dipergunakan karena toksisitas akutnya relatif rendah dan mampu bertahan lama dalam lingkungan sehingga tidak perlu disemprotkan berulang kali. Tetapi kemampuannya bertahan dalam lingkungan belakangan dianggap sebagai suatu kekurangan bukan kelebihan. Insekstisida tanaman dan insektisida lain. Insektisida ini antara lain adalah nikotin dari tembakau. Zat ini sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan saraf. Selain itu banyak mikroorganisme diketahui bersifat patogen terhadap serangga.
  2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungsi/cendawan. Senyawa merkuri, misalnya metil dan etilmerkuri merupakan fungisida yang sangat efektif dan telah dipergunakan secara luas untuk mengawetkan butir padi-padian. Tetapi beberapa kecelakaan tragis yang meyebabkan banyak kematian dan kerusakan neurologi menetap terjadi akibat penggunaannya. Karena adanya fakta ini, bahan kimia tersebut kini tidak digunakan lagi.
  3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri. Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
  4. Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
  5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba.
  6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. Pestisida jenis ini antara lain rodentisida organik seperti zink fosfid, talium sulfat, arsenik trioksid, dan unsur fosfor yang bekerja melalui mekanisme yang berbeda. Rodentisida bekerja untuk mengendalikan hewan pengerat dan kurang toksik bagi manusia.
  7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu : siput, bekicot serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak.
  8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan belum diketahui dengan pasti
  9. Pestisida lain seperti Pisisida, Algisida, Advisida dan lain-lain.
  10. Pestisida berperan ganda yaitu pestisida yang berperan untuk membasmi 2 atau 3 golongan organisme pengganggu tanaman

Hama yang paling sering ditemukan adalah serangga. Beberapa diantaranya berlaku sebagai vektor untuk penyakit. Insektisida dapat membantu mengendalikan penyakit-penyakit tersebut. Serangga juga merusak berbagai tumbuhan dan hasil panenan. Karena itu, insektisida dipergunakan secara luas untuk melindungi berbagai produk pertanian. Meskipun kebanyakan insektisida yang dipergunakan sekarang ini adalah bahan kimia sintetis, beberapa zat alami telah digunakan oleh petani sejak zaman dahulu. Zat ini antara lain adalah nikotin dari tembakau. Selain gangguan serangga, gangguan yang amat penting bagi para petani adalah rumput liar. Sebelum herbisida dikenal, petani membuang rumput liar dengan tangan. Pestisida juga telah dikembangkan untuk mengendalikan hama lain, misalnya jamur dan hewan pengerat. Beberapa produk pestisida rumah tangga untuk mengendalikan hama yang mengganggu di rumah, misalnya lalat dan nyamuk.

Penggunaan pestisida tanpa mengikuti aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta juga dapat merusak ekosistem. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. Karena pestisida tersebut racun yang dapat saja membunuh organisme berguna bahkan nyawa pengguna juga bisa terancam bila penggunaannya tidak sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

PENGARUH PEPTISIDA PADA KESEHATAN

Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut bila jumlah pestisida yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah yang cukup.

Keracunan Kronis
Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik) atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida, antara lain:

  • Pada syaraf
    • Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar pestisida selama bertahun-tahun. Bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Gangguan pada sisitem syaraf dapat berupa masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma.
  • Pada Hati (Liver)
    • Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan Hepatitis.
  • Pada Perut
    • Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida ( baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut.
  • Pada Sistem Kekebalan
    • Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan.
  • Pada Sistem Hormon.
    • Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi kanker tiroid.
  • Pestisida Dapat Menyebabkan Keguguran.
    • Pestisida yang menyebabkan keguguran disebut embriotoxin. Beberapa penelitian menunjukan bahwa bila seorang ibu hamil terkena pestisida pada bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Bila orang tua terkena pestisida sebelum bayi dikandung juga dapat menyebabkan keguguran.
  • Pestisida Dapat Menyebabkan Kematian Bayi.
    • Pestisida yang dapat menyebabkan kematian bayi disebut fetotoxin. Beberapa penelitian menunjukan bahwa bila ibu hamil terkena pestisida selama masa kehamilan kemungkinan anaknya akan menyebabkan kematian bayi. Bila orang tua terkena pestisida sebelum bayi dikandung juga dapat menyebabkan kematian bayi.
  • Pestisida Dapat Menyebabkan Kemandulan Pada Pria.
    • Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan dalam pertanian dapat menyebabkan kemandulan pada hewan. Pestisida sangat berbahaya pada sel sperma, yakni membunuh sperma-sperma tersebut. Pestisida yang berbahaya pada sel sperma disebut spermatotoxin atau reproduksi toxin.
Keracunan akut.
Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida.
  • Efek akut lokal, yaitu bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata, hidung,tenggorokan dan kulit.
  • Efek akut sistemik, terjadi apabila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan menjadi lemah/cepat (tidak normal).

CARA PEPTISIDA MASUK KEDALAM TUBUH

Dalam penggunaan pestisida kita harus memperhatikan bagaimana cara masuk pestisida tersebut ke dalam tubuh manusia. Pajanan pestisida di tempat kerja dapat mengenai para pekerja yang terlibat dalam pembuatan, formulasi, dan penggunaan pestisida.

Biasanya pestisida masuk ke dalam tubuh melalui saluran napas dan absorpsi kulit, melalui pernafasan, bila terhisap, melalui mata akibat kontak langsung dengan mata, tetapi sejumlah kecil dapat memasuki saluran gastrointestinal karena menggunakan tangan atau peralatan yang tercemar. Jenis keracunan ini akan lebih mungkin terjadi bila dipakai pestisida yang menyebabkan keracunan akut. Tetapi masalah utama bagi kesehatan masyarakat adalah adanya residu pestisida dalam makanan, karena ini dapat melibatkan sejumlah besar orang selama jangka waktu yang panjang. Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, pestisida dapat mempunyai dampak berbahaya bagi lingkungan

Karena terdapat berbagai jenis pestisida dan ada berbagai cara masuk pestisida kedalam tubuh maka keracunan pestisida dapat terjadi dengan berbagai cara. Keadaan-keadaan yang perlu segera mendapatkan perhatian pada kemungkinan keracunan pestisida adalah dapat dilihat pada table dibawah ini

Table tanda tanda kemungkinan keracunan peptisida
Umum
Kelelahan dan rasa lelah yang maksimal
Kulit
Rasa terbakar, iritasi, keringat berlebihan, bercak pada  kulit. Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatan/kabur, pupil dapat menyempit atau  melebar.
Mata
Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatan/kabur, pupil dapat menyempit atau melebar
Saluran cerna
Rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, hiper
salivasi, mual, muntah, nyeri abdomen, diare
Sistem nafas
Batuk, nyeri dada dan sesak, susah bernafas dan nafas
berbunyi

CARA PENANGANAN KERACUNAN PEPTISIDA

Pertolongan pertama korban keracunan akut pestisida di lapangan

  • Sikap dalam menghadapi keracunan akut pestisida. Segera lakukan pertolongan pertama dan jangan menunggu datangnya ahli untuk menolong.
    • Bekerja dengan tenang sesuai dengan metode.
    • Hindari kontaminasi diri selama melakukan pengobatan.
    • Tentukan tindakan apa yang harus lebih dahulu dilaksanakan : mengatasi pernafasan, menghentikan kontak lebih lanjut.
  • Tindakan dekontaminasi
    • Akhiri paparan : Pindahkan penderita, jauhkan dari kontaminasi selanjutnya. Hindarkan kontak kulit dan/atau inhalasi dari uap atau debu pestisida.
    • Tanggalkan pakaian yang terkontaminasi seluruhnya dengan cepat, termasuk sepatu. Kumpulkan pakaian dalam tempat yang terpisah untuk di cuci sebelum digunakan lagi.
    • Bersihkan pestisida dari kulit, rambut dan mata dengan menggunakan air yang banyak.
  • Tindakan dalam pertolongan pertama
    • Umum
      • Penderita perlu dirawat dengan tenang karena penderita dapat kembali mengalami agitasi. Tempatkan penderita dalam posisi sebaik mungkin yang akan membantu mencegah penderita dari bahaya komplikasi.
    • Posisi
      • Tempatkan penderita dalam posisi miring kesamping dengan kepala lebih rendah dari tubuh dan kepala menoleh kesamping. Bila pasien tidak sadar jaga agar saluran nafas tetap terbuka dengan menarik dagu ke depan dan kepala ke belakang.
    • Suhu tubuh
      • Perawatan harus lebih berhati-hati dengan mengontrol suhu pada penderita yang tidak sadar. Bila suhu tubuh penderita tinggi sekali dan keringat berlebihan, dinginkan dengan menggunakan spon air dingin. Bila penderita merasa kedinginan, dapat ditutupi dengan selimut untuk mempertahankan suhu normal.
    • Pestisida yang tertelan
      1. Induksi muntah umumnya tidak dianjurkan sebagai pertolongan pertama.
      2. Baca label produk untuk indikasi apakah induksi muntah boleh atau tidak dilakukan atau bila produk sangat toksik, seperti tanda tengkorak dengan tulang bersilang atau tanda "tangan merah".
      3. Induksi muntah hanya dilakukan pada penderita yang sadar.
    • Pernafasan
      • Bila terjadi henti nafas (muka atau lidah pasien dapat diputar) dan kemudian dagu ditarik ke depan untuk mencegah lidah terdorong kebelakang yang akan menutup jalan nafas.
    • Kejang-kejang 
      • Tempatkan pengganjal padat diantara gigi-gigi dan cegah agar penderita jangan sampai terluka.

DAFTAR PUSTAKA

  1. David Weir and Mark Schapiro. 1985. Lingkaran Racun Pestisida. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan
  2. Des W. Connel and Gregory J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
  3. E.J. Ariens, E. Mutschler & A.M. Simonis. 1987. Toksikologi Umum, Pengantar. Terjemahan oleh Yoke R.Wattimena dkk. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  4. Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Terjemahan oleh Edi Nugroho. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
  5. Isvasta Ekha. 1991. Dilema Pestisida, Tragedi Revolusi Hijau. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
  6. J. H. Koeman. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan oleh R.H. Yudono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  7. Louis A. Helfrich et.al. 1996. Pesticides and Aquatic Animals: A Guide to Reducing Impacts on Aquatic Systems. www.ext.vt.edu/pubs/waterquality/. Accessed 23 Oktober 2003