CARA PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN TBC


                           TEKNIK PENGOBATAN TBC MEDIKAMENTOSA DAN  
                                                     PENCEGAHANNYA





Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman Terhadap OAT.

Ada 2 (dua) kategori Obat Anti Tuberkulosa (OAT) :

1. OAT Utama (first‐line Antituberculosis Drugs), yang dibagi menjadi dua (dua) jenis 
    berdasarkan sifatnya yaitu :
               a. Bakterisidal, termasuk dalam golongan ini adalah INH, rifampisin, pirazinamid dan 
                                      streptomisin.
               b. Bakteriostatik, yaitu etambutol.
     Kelima obat tersebut di atas termasuk OAT utama

2. OAT sekunder (second Antituberculosis Drugs), terdiri dari Para‐aminosalicylic Acid (PAS),    
     ethionamid, sikloserin, kanamisin dan kapreomisin
OAT sekunder ini selain kurang efektif juga lebih toksik, sehingga kurang dipakai lagi.

Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu yang lama. Obat‐obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi.

Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat.
 
Kombinasi obat‐obat pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF).

1. Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5‐10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari,
2. EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15 mg/kg,
3. RIF 600 mg sekali sehari.


PANDUAN PENGOBATAN TBC PARU
Dapat dibagi atas 4 kategori, yaitu:

Kategori I:

Kasus         :   TB paru BTA +, BTA ‐, lesi luas


Pengobatan :  • 2 RHZE/4 RH
                        yaitu 2 bulan pertama minum INH, rimfamisin, etambutol dan pirazinamid 
                        dilanjutkan 4 bulan berikutnya minum INH dan rimfamisin ATAU
                      • 2 RHZE/ 6 HE; ATAU
                       2RHZE/ 4R3H3.
                         Yaitu Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol 

                          setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan 
                          rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).

Kategori II:

a. Kasus         : Kambuh
    Pengobatan :
                        • RHZES/ 1RHZE/ sesuai hasil uji resistensi atau
                         • 2RHZES/ 1RHZE/5RHE

b.
 Kasus          : Gagal pengobatan
    Pengobatan :
                       • kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin/ ofloksasin, etionamid,sikloserin atau
                       • 2RHZES/ 1RHZE/ 5RHE

c. 
Kasus         : TB Paru putus berobat
    Pengobatan
 :
                       • 2RHZES/ !RHZE/ 5R3H3E3


Kategori III:

Kasus          : TB paru BTA – lesi minimal
Pengobatan  
:
                     • 2 RHZE/ 4RH atau
                     • 6 RHE atau
                     • 2RRHZE 4 R3H3


Kategori IV:

a. Kasus         : Kronik
    Pengobatan 
:
                      • RHZES/ sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2 (pengobatan       minimal 18 bulan).

b. Kasus         : MDR TB
    Pengobatan :
                   
    • Sesuai uji resistensi + OAT lini 2 atau H seumur hidup.


EFEK SAMPING OAT



Selain obat rekomendasi dari dokter, ada juga obat tradisional yang bisa digunakan yang sudah sejak dahulu digunakan yaitu :
1. Sambiloto (Andrographis paniculata) : Daun kering digiling ditambah madu secukupnya
kemudian dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari dua kali minum, setiap kali minum 15
– 30 pil


2. Tembelekan : Lantana camara : bunga kering 6 – 10 gram ditambah tiga gelas air lalu
direbus hingga setengahnya. Gunakan untuk tiga kali minum setiap harinya.






PENGOBATAN TBC PADA ANAK
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin
        Yaitu setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali
         seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid:
         Yaitu setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali
         seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal
perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.


 Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

TB tidak berat

INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari


TB berat (milier dan meningitis TBC)

INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison : 1‐2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

diberikan kortikosteroid yaitu prednison 1‐2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu, diturunkan perlahan (tapering off) sampai 2‐6 minggubersamaan dengan pemberian obat anti tuberkulosis. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuscular) dan ethambutol

Pada TB berat dan ekstrapulmonal
1. biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4‐5 obat selama 2 bulan (ditambah EMB dan streptomisin),
2. dilanjutkan dengan INH dan RIF selama 4‐10 bulan sesuai perkembangan klinis



PENGOBATAN TUBERKULOSIS PADA KEADAAN KHUSUS

a) Wanita hamil
           Pada prinsipnya pengobatan TBC pada wanita hamil tidak berbeda dengan pengobatan TBC
pada umumnya Semua Jenis OAT aman untuk wanita hamil kecuali streptomisin.
Streptomisin tidak dapat dipakai pada wanita hamil karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan nya . Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya
supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkannya terhindar
dari kemungkinan penularan TBC.

b) Ibu menyusui dan lbayinya
          Pada Prinsipnya pengobatan TBC pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan pada umunya Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui seorang ibu menyusui yang menderita TBC harus mendapat paduan OAT secara adekuat.
Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penuluran kuman TBC kepada bayinya ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus menyusui , Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.

c) Wanita Penderita TBC pengguna kontrasepsi
           Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal ( pil KB. Sntikan KB, Susuk KB),Sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Seorang wanita penderita TBC seyogyanya menggunakan kontrasepsi non hormonal atau kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi ( 50 mcg)

d) Penderita TBC dengan infeksi HIV/AIDS
            Prosedur pengobatan TBC pada penderita dengan infeksi HIV/AIDS adalah sama seperti
penderita TBC lainnya. Obat TBC pada penderita HIV/AIDS sama efektifnya

e) Penderita TBC dengan hepatitis akut
            Pemberian OAT pada penderita TBC dengan hepatitis akut dan atau Klinis ikterik , ditunda
sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan . Pada keadaan dimana pengobatan TBC
sangat diperlukan dapat diberikan streptomisin ( S) dan Etambutol ( E ) maksimal 3 bulan sampai hapatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampisin ( R ) dan Isoniasid (H ) selama 6 bulan.

f) Penderita TBC dengan kelaian hati kronik
             Bila ada kecurigaan gangguan fungsi hati. Dianjurkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan TBC kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT harus dihentikan . Kalau peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan dapat diteruskan dengan pengawasan ketat. Penderita dengan kelainan hati, Pirasinamid ( Z ) tidak boleh digunakan Paduan obatyang dapat dianjurkan adalah 2 RHRS/ 6RH atau 2 HES/10 HE.

g) Penderita TBC dengan gangguan ginjal
Isoniasid (H), Rifampisin ® dan Pirasinamid (Z) dapat di ekskresi melalui empedu dan dapat dicerna menjadi senyawa senyawa yang tidak toksik OAT jenis ini dapat diberikan dengan dosis normal pada penderita‐penderita dengan gangguan ginjal Streptomisin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal, Oleh karena itu hindari penggunaannya pada penderita dengan gangguan ginjal. Paduan OAT yang paling aman untuk penderita dengan gangguan ginjal adalah 2RHZ/6HR .
Apabila sangat diperlukan , Etambutol dan streptomisin tetap dapat diberikan dosis yang sesuai faal ginjal dengan pengawasan fungsi ginjal,

h) Penderita TBC dengan Diabetes Melitus
Diabetesnya harus dikontrol , Perlu diperhatikan bahwa penggunaan Rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes ( sulfonil urea ) sehingga dosisnya perlu ditingkatkan . Hati‐hati dengan penggunaan Etambutol, karena mempunyai komplikasi terhadap mata.

i) Penderita –penderita TBC yang perlu mendapat tambahan kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada keadan khusus yang membahayakan jiwa penderita seperti :
- Meningitis
- TBC miller dengan atau tanpa gejala‐gejala meningitis
- TBC Pleuritis eksidativa
- TBC Perikarditis konstrikiva
Prednison diberikan dengan dosis 30 – 40 mg per hari, kemudian diturunkan secara
bertahap 5‐10 mg. Lama pemberian disesusikan dengan jenis penyakit dan kemajuan
pengobatan

INDIKASI OPERASI

Penderita‐ penderita yang perlu mendapat tindakan operasi , yaitu :
Untuk TBC Paru :
‐ Penderita batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
‐ Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat
diatasi secara konservatif.
Untuk TBC ekstra paru
Penderita TBC ekstra paru dengan komplikasi , misalnya penderita TBC tulang yang disertai kelaian neurologis.


EFEK SAMPING OAT ( OBAT ANTI TUBERCULOSIS )





PEMANTAUAN KEMAJUAN HASIL PENGOBATAN TBC PADA ORANG DEWASA

        Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis . Pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan.

        Laju Endap Darah ( LED ) tidak dapat dipakai untuk memantau kemajuan pengobatan.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan specimen sebanyak dua kali sewaktu dan pagi ) hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif bila salah satu spesimen positif, maka hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.

Pemeriksaan ulang dahak untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pada :
a) Akhir tahap Intensif
    Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 2 pengobatan penderita baru BTA positif dengan
    kategari 1,atau seminggu sebelum akhir bulan ke 3 pengobatan ulang penderita BTA positif
    dengan kategori 2.

Pemeriksaan dahak pada akhir tahap intensif dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi konversi dahak yaitu perubahan dari BTA positif menjadi negatif.

            i. Pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori –1 :
               Akhir bulan ke 2 pengobatan sebagian besar ( seharusnya > 80 % ) dari penderita Dahak
               nya sudah BTA negatif ( konversi ) .
               Penderita ini dapat meneruskan pengobatan dengan tahap lanjutan .
               jika pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 2 hasilnya masih BTA positif,
               pengobatan diteruskan dengan OAT sisipan selama 1 bulan. Setelah paket
               sisipan satu bulan selesai, dahak diperiksa kembali, Pengobatan tahap
               lanjutan tetap diberikan meskipun hasil pemeriksaan ulang dahak BTA masih tetappositif.

            ii. Pengobatan ulang penderita BTA positif dengan kategori –2 :
                Jika pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 3 masih positif, tahap intensif harus
                diteruskan lagi selama 1 bulan dengan OAT sisipan, Setelah satu bulan diberi sisipan
                dahak diperiksa kembali.Pengobatan tahap lanjutan tetap diberikan meskipun hasil
                pemeriksaan dahak ulang BTA masih positif.
                Bila hasil uji kepekaan obat menunjukan bahwa kuman sudah resisten tehadap 2 atau
                lebih jenis OAT,maka penderita tersebut dirujuk ke unit pelayanan spesialistik yang
                dapat menangani kasus resisten . Bila tidak mungkin , maka pengobatan dengan tahap
                lanjutan diteruskan sampai selesai.

             iii. Pengobatan penderita BTAnegatif rontgen positif dengan kategori 3(ringan) atau 
                  kategori 1 ( berat ) :
                 Penderita TBC paru BTA negatif , rontgen positif , baik dengan pengobatan kategori 3 (
                 ringan ) atau kategori 1 (berat ) tetap dilakukan pemeriksaan ulang dahak pada akhir
                 bulan ke 2.
                 Bila hasil pemeriksaan ulang dahak BTA positif maka ada 2 kemungkinan:
                             1. Suatu kekeliruan pada pemeriksaan pertama (pada saat diagnsis sebenarnya
                                 adalah BTA positif tapi dilaporkan sebagai BTA negatif )
                             2. Penderita berobat tidak teratur
                                 Seorang penderita yang diagnosa sebagai penderita BTA negatif dan diobati
                                 dengan kategori 3 yang hasil pemeriksaan ulang dahak pada akhir bulan ke 2
                                 adalah BTA positif harus didaftar kembali sebagai penderita gagal BTA              
                                 positif dan mendapat pengobatan dengan kategori 2 mulai dari awal
Bila pemeriksaan ulang dahak akhir tahap intensif pada penderita baru dan penderita pengobatan
ulang BTA positif , dahak menjadi BTA negatif pengobatan diteruskan ketahap lamjutan.
Bila pada pemeriksaan ulang dahak akhir pada tahap akhir intensif penderita BTA negatif Rontgen
positif dahak menjadi BTA positif, penderita dianggap gagal dan dimulai pengobatan dari permulaan
dengan kategori 2.

b) Sebulan sebelum akhir pengobatan
    Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 5 pengobatan penderita baru BTA positif dengan
    kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 7 pengobatan ulang menderita BTA positif
    dengan katagori 2

c) Ahkir pengobatan
    Dilakukan seminggu sebelum akhir bulan ke 6 pengobatan pada penderita baru BTA positif
    dengan kategori 1, atau seminggu sebelum akhir bulan ke 8 pengobatan ulang BTA positif,
    dengan kategori 2.
Pemeriksaan ulang dahak pada sebulan sebelum akhir pengobatan dan akhir pengobatan (AP)
bertujuan untuk menilai hasil pengobatan ( “ Sembuh atau gagal “)
Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan
pemeriksaan ulang dahak ( follow up paling sedikit 2 ( dua ) kali berturut‐turut hasilnya negatif (
yaitu pada AP dan / atau sebulan Ap , dan pada satu pemeriksaan follow –up sebelumnya ).



                             Tabel : TIDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN ULANG DAHAK



HASIL PENGOBATAN DAN TINDAK LANJUT
           Hasil pengobatan seorang penderita dapat dikategorikan sebagai : Sembuh Pengobatan
lengkap , meninggal . pindah/Tranfer ( out ) Defaulter ( lalai ) DO dan Gagal.


(a) Sembuh
      Penderita dinyatakan sembuh bila penderita telah menyelesaikan pengobatan nya secara
      lengkap dan pemeriksaan ulang dahak ( Follow –Up) paling sedikit 2 ( dua ) kali berturutturut
      hasilnya negatif ( yaitu pada Ap dan/atau sebulan sebelum AP, dan pada satu pemeriksaan
      Follow –up sebelumnya )
Contoh:
- Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada akhir pengobatan (AP) pada sebulan sebelum AP
   dan pada akhir intensif
- Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada AP dan pada akhir intensif ( pada penderita tanpa
   sisipan ),meskipun pemeriksaan ulangdahak pada bulan sebelum AP tidak diketahui hasilnya.
- Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada AP, dan pada setelah sisipan ( pada penderita
   yang mendapat sisipan), meskipun pemeriksaam ulang dahak pada AP tidak diketahui hasilnya.
- Bila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada sebulan sebelum AP dan pada setelah sisipan (
   pada penderita yang mendapat sisipan meskipun pemeriksaan ulang dahak pada AP tidak
   diketahui hasilnya tindak lanjut : penderitas di beritahu apabila gejala muncul kembali supaya
   memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap.

(b) Pengobatan Lengkap
     Adalah penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada
     hasil pemeriksaan ulang dahak 2 kali berturut‐turut negatif
Tindak lanjut : penderita diberitahu apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan diri
dengan mengikuti prosedur tetap. Seharusnya terhadap semua penderita BTA positif harus
dilakukan pemeriksaan ulang dahak

(c) Meninggal
     Adalah penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun

(d) Pindah
     Adalah penderita yang pindah berobat ke daerah Kabupaten / Kota lain tindak lanjut
     Penderita yang ingin pindah dibuatkan surat pindah ( From TB 09 ) dan bersama sisa obat
     dikirim ke UPK yang baru. Hasil pengobatan penderita dikirim kembali ke UPK asal, dengan
     Formulir TB 10.

(e) Defaulted atau Drop out

     Adalah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut‐turut atau lebih sebelum
     masa pengobatannya selesai.
Tindak lanjut lacak penderita tersebut dan diberi penyuluhan
     pentingnya berobat secara teratur. Apabila penderita akan melanjutkan pengobatan lakukan
     pemeriksaan dahak , Bila positif mulai pengobatan dengan katagori 2, bila negatif sisa
     pengobatan katagori 1 dilanjutkan

(f) Gagal
-    Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahak nya tetap positif atau kembali menjadi
      positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan.
Tidak lanjut : Penderita BTA positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2 mulai dari awal,
      Penderita BTA positif pengobatan ulang dengan katagori 2 dirujuk ke UPK spesialistik atau
      berikan INH seumur hidup.
-     Penderita BTA Negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan ke 2 menjadi positif,
Tindak lanjut : berikan pengobatan kategori 2 mulai dari awal.





Faktor yang meyebabkan kurangnya angka kesembuhan pengobatan TBC
          Menurut Effendi (2006), rendahnya angka kesembuhan berkaitan dengan karekreristik penderita diantaranya umur, jenis kelamin, tipe penyakit karena terjadiny perubahan perubahan fisiologis, imunitas, dan perilaku hidup sehat.

1. Dari segi penderita.
   Tipe penyakit menentukan kategori obat yang di berikan, semakin lama berobat kecenderungan
   untuk terjadi kebosanan dan ketidak aturan minum obat sehingga mempengaruhi kesembuhan
   penderita tubercolosis. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan seorang pengawas menelan
   obat yang dapat bersikap tegas untuk mengawasi penderita dalam meminum obat.

   Ketidak teraturan minum obat ini dapat menyebabkan resistensi obat, yang tentu saja akan
   menyebabkan makin sulitnya proses penyembuhan.
   Selain itu ketaatan penderita dalam memeriksakan dahaknya pada satu bulan sebelum akhir
   pengobatan sanagt penting dilakukan karena hal tersebut untuk menilai hasil pengobatan apakah
   berhasil atau gagal.


   Seorang penderita penyakit TBC yang tidak menyelesaikan pengobatannya atau tidak minum
   obat secara teratur dapat menjadi sangat sakit dan dapat meninggal

2. Dari segi keluarga
    keluarga penderita jarang datang ke Puskesmas untuk berobat atau menghentikan pengobatan,
    alasan dari keputusan tersebut adalah karena pasien atau keluarga merasa penyakitnya sudah
    sembuh. “ Saya merasa sudah sembuh sehingga tidak perlu lagi untuk ke Puskesmas “
    kebiasaan keluarga yang cendrung tidak atau hampir tidak pernah membuka jendela Ada
    keluarga yang tidak mempunyai jendela.
    Kurangnya pengawasan dari keluarga terhadap kepatuhan minum obat dari pasien penderitaTBC.

    Adanya kebiasaan keluarga yang merokok dapat memperparah penderita TBC, terutama
    bagi mereka yang tinggal dalam satu rumah.

3. Dari segi pemerintah
    Rendahnya pencapaian indikator Program Penanggulangan TBC dikarenakan adanya
    beberapa hambatan yang dihadapi oleh program penanggulangan TBC, diantaranya adalah
              (1) masih rendahnya Rumah Sakit yang menerapkan strategi DOTS dalam penangangan
                   kasus TBC
              (2) masih rendahnya manajemen dan komitmen pimpinan Rumah Sakit dan dokter
                   spesialis dalam penangangan kasus TBC
              (3) dukungan pendanaan dari pemerintah daerah kabupaten/ kota masih rendah
              (4) Promosi kesehatan tentang TBC di masyarakat masih kurang
              (5) LSM yang terlibat dalam TBC masih terbatas dan
              (6) pelaksanaan surveilans TBC belum optimal.


PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERCULOSIS


1. Oleh penderita,
Dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat. Bila Anda harus meludah, gunakan tempat seperti tempolong atau kaleng tertutup, untuk
menampung dahak Anda. Cara yang aman untuk menjauhkan dahak Anda dari orang lain adalah buanglah dahak Anda ke lubang WC, atau timbun tampungan dahak Anda ke dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian.


2. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus diberikan
    vaksinasi BCG.
3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang antara lain
    meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang–orang yang terinfeksi, pengobatan khusus TBC.
    Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori berat yang
    memerlukan pengembangan program pengobatannya yang karena alasan – alasan sosial
    ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki pengobatan jalan.
5. Des‐Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang ketat, perlu perhatian
    khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur, pakaian) ventilasi
    rumah dan sinar matahari yang cukup.
6. Imunisasi orang–orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang–orang sangat dekat
    (keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya yang terindikasinya
    dengan vaksi BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
7. Penyelidikan orang–orang kontak. Tuberculin‐test bagi seluruh anggota keluarga dengan foto
    rontgen yang bereaksi positif, apabila cara–cara ini negatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan
    selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif.
8. Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat obat–obat
    kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter di minum dengan tekun dan teratur, waktu
    yang lama (6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat‐obat, dengan pemeriksaaan
    penyelidikan oleh dokter.

B. Tindakan Pencegahan.
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian,  
    dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana‐sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau suspect gambas,
sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4. BCG, vaksinasi diberikan pertama‐tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan
keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi dan pasteurisasi
air susu sapi .
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karena menghirup udara yang tercemar
debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para
emigrant, orang–orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru
disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang–orang yang positif dari hasil pemeriksaan tuberculin test.



BACA JUGA
1. GEJALA KLINIS TBC PADA DEWASA SECARA DETAIL...DISINI
2. KLASIFIKASI TBC..... DISINI
3. PATOFISIOLOGI TBC... DISINI
4. PEMERIKSAAN UNTUK DIAGNOSA TBC... DISINI
5. TBC PADA KEHAMILAN.... DISINI
6. SYARAT RUMAG AGAR TIDAK TERTULAR TBC... DISINI