PENDAHULUAN
Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian populer dalam beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya, “TB: Bukan Batuk Biasa”. Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan penyakit flek paru.
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah.
Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak jaman Mesir kuno. Hal ini di tandai dengan di temukannya tanda pott’s deases akibat TBC pada mumi yang di perkirakan berumur1000 SM. Dalam Corpus hippocratium oleh hippocrates di sebutkan phthisis is the most widespespread, fatal diseases of all the time.
Catatan tertua tentang TBC di Indonesia dapat di temukan berupa gambaran relief pada candi borobudur.
Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun terancam.
Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit tuberkulosis (Samallo dalam FKUI, 1998). Samallo mendapatkan angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun. Menurut Rosmayudi
(2002), usia anak sangat rawan tertular tuberkulosis, dan bila terinfeksi mereka mudah terkenapenyakit tuberkulosis dan cenderung menderita tuberkulosis berat seperti tuberkulosis meningitis,tuberkulosis milier atau penyakit paru berat. Selain itu dari seluruh kasus tuberkulosis, didapatkandata bahwa 74,23% terdapat pada golongan anak. Baru-baru ini, jumlah kasus TB semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada kelompok masyarakatberpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman HIV.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan setiap tahun di perkirakan ada 9,2 juta kasus TBC baru (139/100.00 penduduk). Disinilah masalah mulai muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan diagnosis sedini mungkin.
Pada orang dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis dalam sputum/dahak. Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk
dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen.
Masalah lain adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Selain itu, gejala klinis TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis atau overdiagnosis. Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau overdiagnosis
BAB II
PEMBAHASAN
DEFENISI
Penyakit TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikrobakterium tuberkulosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya (Depkes RI, 2002). Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh kuman/bakteri Mycobacterium tuberculosis.Kuman ini pada umumnya menyerang paru - paru dan sebagian lagi dapat menyerang di luar paru - paru, seperti kelenjar getah bening (kelenjar), kulit, usus/saluran pencernaan, selaput otak, dan sebagianya(Laban,2008).
Selain defenisi TBC oleh Depkes dan laban, TBC juga didefenisikan sebagai suatu penyakitinfeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulos. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.
Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi
M. tuberculosis
M. bovis
M. africanum
M.microti dan
M. canettii
Dari beberapa kompleks tersebut M. Tuberculosis, merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2008)
ETIOLOGI ATAU PENYEBAB
Penyebab Tuberkulosis
Penyebab tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium tuberculosa, yang berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Selain itu TBC juga di sebabkan oleh Micobacterium bovis (sangat jarang disebabkan oleh Micobacterium avium). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Oleh karena itu dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama selama beberapa tahun. Pada sifat dormant ini kuman tuberkulosis suatu saat dimana keadaan kemungkinkan untuk dia berkembang, kuman ini dapat bangkit kembali.
Morfologi dan identifikasi Mycobacterium Tuberkulosis
M. tuberculosis merupakan kuman berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, tidak mempunyai kapsul dan termasuk bakteri aerob, pada dinding selnya terdapat mycolic acid yaitu suatu asam lemak rantai panjang sehingga menyebabkan bakteri tahan asam pada pewarnaan gram, Oleh karena itu M. tuberculosis disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA.
Pada Pewarnaan Ziehl- Nellsen tampak berwarna merah dengan latar belakang biru. Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil hasilnya Gram positif. Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron nampak dinding sel tebal, mesosom mengandung lemak (lipid) dengan kandungan 25%, kandungan lipid memberi sifat yang khas pada bakteri yaitu tahan terhadap kekeringan, alkohol, zat asam, alkalis dan germisida tertentu. Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan yang dihasilkan dari komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.
Selain itu mycolic acid juga menyebabkan bakteri bisa bertahan di tempat terbuka selama lebih dari 2 minggu. Pada dinding sel M. Tuberculosis lapisan lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan yang ada dibawahnya, hal ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, yaitu suatu molekul lain dalam dinding sel M. tuberculosis, yang berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, sehingga M. tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.
Mycobacterium dapat di biakan pada medium cair dan padat. Bakteri lebih cepat tumbuh pada medium cair di bandingkan pada medium padat, pada medium padat yang biasa di gunakan adalah lawenstein jenssen yaitu media dengan bahan telur.
Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8 – 10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dengan tingkat pH optimal (pH 6,4-7,0).
Untuk membelah dari 1-2 kuman membutuhkan waktu 14-20 jam dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20C selama 2 tahun. Mycobacterium bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5% asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinetur dalam 5 menit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit.
EPIDEMOLOGI
Penyakit tubercolusis bermula sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini di tunjukan dengan ditemukannya mumi yang berusia kira-kira 1000SM dimana di temukan tanda pott’s disease akibat tubercolosis. Selain itu jga di temukan pada mumi peruvia( tahun 700) di temukan TB abdominal dan spinal.
Dalam “corpus hippocratium” oleh hipocrates di sebutkan “phthisis is the most widespread,fatal disease of the times” tentang penyakit tuberculosis.
Di Indonesia catatan tertua tentang penyakit TBC berupa gambaran relif pada candi borobudur. Tanggal 24 maret 1982, di berlin robert koch mempresentasikan hasil penemuannya yaitu penemuan tentang bakteri penyebab tubeculosis Mycobacterium tuberculosis. Sehingga kini setiap tanggal 24 maret di seluruh dunia di peringati sebagai hari tuberculosis “ TB Day “.
Pada pertengahan abad ke 20 dua orang peneliti yaituCallmete dan Guerin, menemukan vaksin BCG ( bacillus Calmette Guerin ). Pada tahun 1940 obat TB mulai di temukan dan pada tahun 1952 pengobatan “triple drugs” INH,streptomisin dan PAS yang di berikan selama 24 bulan ternyata dapat memberikan angka kesembuhan lebih dari 90% penderita Obat anti tuberculosis terus di kembangkan sehingga dapat menyembuhkan hanya dengan pengobatan selama 6 bulan
Belum ada satu negarapun di dunia ini yang di laporkan bebas dari TBC, bahkan sekarang ini di negara maju angka kesakitan tuberculosis cenderung meningkat sehingga TB di sebut “ reemerging disease “ Laporan terbaru WHO 2008, menunjukan setiap tahun di perkirakan ada 9,2 juta kasus TB baru atau sekitar (139/100.000 penduduk ) 4,1 juta diantaranya (44%) adalah pasien dengan BTA positif dan 0,7 juta pasien TB yang juga terinfeksi virus HIV.
Lima negara penyumbang kasus TB terbesar adalah India, cina, indonesia, Afrika selatan dan Nigeria. Incidenrete tertinggi di dunia adalah afrika yaitu sekitar 363/100.000 penduduk. Gglobal tuberculosis control report 2008, menyebutkan prevalensi TB tahun 2996 adalah14,4 juta orang dan di perkirakan 0,5 juta pasien dengan MDR (multy drugs resisten ). Tahun 2006 di perkirakan ada 1,7 juta orang /tahun yang menubgal akibat TBC. Dan 0,2 juta di antaranya pasien dengan HIV positif.
Untuk Indonesia, TB merupakan masalah kesehatan yang penting. Indonesia adalah negara dengan kasus TBC terbesar ketiga di dunia. WHO Report 2008 meyebutkan bahwa insiden semua kasus TBC di Indonesia pada tahun 2006 adalah 534.439 orang (234/100000 orang). Insiden BTA positif sekitar 240.183 orang (105/100.000 pnduduk). Dengan jumlah kematian akibat TB C sekitar 88.113 oran(38/100.000 penduduk )
TB membunuh 1 juta perempuan di dunia setiap tahunnya, di Indonesia pada tahun 2007 di temukan 94.614 pasien laki-laki dan 65.643 pasien TB perempuan dengan BTA positif. Untuk BTA negatif ditemukan 56.756 pasien laki- laki dan 45.678 pasien perempuan.
Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
1. Reservour, sumber dan penularan
Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang dengan lesi
aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
2. Masa inkubasi
Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu empat
sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa beberapa tahun
3. Masa dapat menular
Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang dibatukkan atau
dibersinkan.
4. Immunitas
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi diberi
vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.
DIAGNOSA
Penegakan pada penyakit TB-Paru dapat dilakukan dengan melihat keluhan/gejala klinis, pemeriksaan biakan, pemeriksaan mikroskopis, radiologik dan tuberkulin test.
1. Keluhan atau gejala klinis
Untuk gejala klinik akan di bahas pada bagian manifestasi klinis
2. Pemeriksaan fisik
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.
Pada awal perkembangan penyakit umumnya tidak menemukan kelainan. Kelainan paru
pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen
posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan
antara lain suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat berupa pemeriksaan bakteriologi, pemeriksaan darah dan
pemeriksaan uji tuberkulin.
4. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standar ialah foto toraks. Pemeriksaan lain atas indikasi: fotolateral, top
lordotik, oblik, CT Scan
5. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus ini meliputi BACTEC, PCR, dan serologi
UNTUK LEBIH LENGKAPNYA MENGENAI TEKNIK PEMERIKSAAN TBC... DISINI
PENENTUAN DIAGNOSA TBC
PADA ORANG DEWASA
Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA
pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya :
1. BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif.
2. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang.
3. Jika hasil rontgen mendukung TB, maka penderita didiagnosis sebagai penderita
TB BTA positif.
4. Jika hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.
Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS :
1. Jika hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.
2. Jika hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk
mendukung diagnosis TB.
3. Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif
rontgen positif.
4. Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.
PADA ANAK
Pada anak, kesulitan menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh 2 hal, yaitu :
1. Sedikitnya jumlah kuman.
Jumlah kuman TBC di sekret bronkus pasien anak lebih sedikit daripada dewasa
karena lokasi kerusakan jaringan TBC paru primer terletak dikelenjar linfe hilus dan
parenkim paru bagian perifer. Tingkat kerusakan parenkim paru tidak seberat pada dewasa.
2.Sulitnya pengambilan spesimen (sputum)
Pada anak , walaupun batuknya berdahak biasanya dahak akan ditelan sehingga
diperlukan bilasan lambung yang diambil melalui nasogastrik tube dan harus
dilakukan oleh petugas yang berpengalaman. Karena berbagai alasan diatas, sehingga
sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto
rontgen dada dan uji tuberkulin.
Petunjuk Who Untuk Diagnosis Tuberkulosis Anak
Dicurigai tuberculosis
A) Anak sakit dengan riwayat kontak penderita tuberkulosis dengan diagnosispasti (BTA
positif)
B) Anak dengan :Keadaan klinik tidak membaik setelah menderita campak atau batuk
rejan
C) Berat badan menurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan pengobatan
antibiotik untuk penyakit pernapasan
D) Pembesaran kelenjar superfisialis yang tidak sakit
Mungkin tuberkulosis
- Uji tuberkulin positif (10 mm/lebih)
- Foto Rontgen paru sugestif tuberkulosis
- Pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis
- Respon yang baik pada pengobatan dengan OAT
Pasti tuberkulosis (confirmed TB)
Ditemukan basil tuberculosis pada pemeriksaan langsung atau biakan.
Identifikasi Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan
Penentuan Diagnosis TB Ekstra Paru
- Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB,
nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfesuperfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) padaspondilitis TB dan lain‐lainnya.
- Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis bergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat‐alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi,serologi, foto toraks, dan lain‐lain.
PATOGENESIS
1. Cara Penularan
Sumber penularan penyakit TBC paru adalah penderita dengan TBCparu BTA (+). Penderita menyebarkan kuman ke udara pada waktu batuk atau bersin dalam bentuk percikan dahak(droplet), percikan yang mengandung kuman tuberkulosis dapat bertahan diudara beberapa jam pada suhu kamar,terhirup oleh orang sehat sewaktu bernapas,selanjutnya akan berkembangbiak dalam jaringan paru‐paru, kemungkinan pula masuk kebagian tubuhlainnya melalui pembuluh darah, saluran limfe, atau penyebaran langsung ketubuh lainnya ( Enarson, 1996).
Tuberkulosis adalah penyakit menular, artinya orang yang tinggal serumah dengan penderita atau kontak erat dengan penderita yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular. Sumber penularannya adalah pasien TB paru dengan BTA positip terutama pada waktu batuk atau bersin,dimana pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama (Depkes, 2008).
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
1. Banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular.
2. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara
dan lamanya menghirup udara tersebut
3. Faktor lain yang mempengaruhi seseorang terinfeksi TBC adalah daya tahan tubuh yang
rendah diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS ( Depkes 2001)
Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian bagian tubuh lainnya.Adanya ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara keberadaan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB paru ditentukan oleh konsentrasi percikan
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes, 2008).
Menurut Nur Nasri, 1997 dalam Woro (1997), penularan penyakit TB dapat terjadi secara:
1) Penularan langsung
Penularan yang terjadi dengan cara penularan langsung dari orang ke orang yaitu dalam bentuk
droplet nuclei pada orang yang berada pada jarak yang sangat berdekatan.
2) Penularan melalui udara
Penularan ini terjadi tanpa kontak dengan penderita dan dapat terjadi dalam bentuk droplet nuclei
yang keluar dari mulut atau hidung, maupun dalam bentuk dust (debu). Penularan melalui udara
memegang peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit TB. Droplet nuclei merupakan
partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering. Sedangkan Dust adalah bentuk
partikel dengan berbagai ukuran
sebagai hasil dari resuspensi partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup
angin bersama debu lantai/ tanah
3. Penularan melalui makanan/minuman
Penularan TB dalam hal ini dapat melalui susu (milk borne disease) karena susu merupakan
media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme penyebab, juga
karena susu sering diminum dalam keadaan segar tanpa dimasak atau dipasteurisasi, sedangkan
pada susu yang mengalami kontaminasi oleh bakteri tidak memperlihatkan tanda‐tanda tertentu.
TBC tidak menular melalui serangga, transfusidarah ataupun air minum.
Kuman‐kuman TBC akan menetap di dalam tubuh tanpa membuat sakit. Hal tersebut dinamakan infeksi TBC. Sistem kekebalan tubuh kita menjebak kuman‐kuman tersebut, sehingga kita tetap sehat. Dan ketika kekebalan tubuh kita menurun atau tidak dapat melawan, kuman‐kuman tersebut menyerang paru‐paru atau organ tubuh yang lain. Halini dinamakan penyakit TBC.
Pasien TBC anak jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya, karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan jarang terdapat batuk. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada sektret endobrokial anak .
2. PROSES PENULARAN
Penularan biasanya melalui udara, yaitu secara inhalasi “ droplet nucleus “yang mengandung basil TB. Droplet dengan ukuran 1 – 5 mikron yang dapat melewati atau menembus sistem mukosilier saluran nafas kemudian mencapai dan bersarang di bronkiolus dan alveolus.
Beberapa penelitian menyebutkan 25 % ‐50 % angka terjadinya infeksi pada kontak tertutup. Karena di dalam tubuh pejamu belum ada kekebalan awal, hal ini memungkinkan basil TB tersebut berkembang biak dan menyebar melalui saluran limfe dan aliran darah.
Sebagian basil TB difagositosis oleh makrofag di dalam alveolus tapi belum mampu membunuh basil tersebut, sehingga basil dalam makrofag umumnya dapat tetap hidup danberkembang biak .
Basil TB yang menyebar melalui saluran limfe mencapai kelenjar limfe regional., sedangkan yang melalui aliran darah akan mencapai berbagai organ tubuh, dan di dalam organ tersebut akan terjadi proses dan transfer antigen ke limfosit .
Kuman TB hampir selalu dapat bersarang di dalam sumsum tulang, hati, kelenjar limfe, tetapi tidak selalu dapat berkembang biak secara luas, sedangkan basil TB di lapangan atas paru, ginjal, tulang dan otak lebih mudah berkembang biak terutama sebelum imunitas terbentuk .
Infeksi yang alami, setelah sekitar 4 – 8 minggu tubuh melakukan mekanisme pertahanan secara cepat. Pada sebagian anak‐anak atau orang dewasa mempunyai pertahanan alami terhadap infeksi primer sehingga secara perlahan dapat sembuh. Tetapi kompleks primer ini dapat lebih progresif dan membesar yang pada akhirnya akan muncul menjadi penyakit tuberkulosis setelah 12 bulan.
Kurang lebih 10 % individu yang terkena infeksi TB akan menderita penyakit TB dalam beberapa bulan atau beberapa tahun setelah infeksi. Kemungkinan menjadi sakit terutama pada balita, pubertas dan akil balig dan keadaan‐keadaan yang menyebabkan turunnya imunitas seperti infeksi HIV, penggunaan obat‐obat imunosupresan yang lama, diabetes melitus dan silikosis.
Fokus primer yang terjadi dapat melebur dan menghilang atau terjadi perkejuan sentra yang terdiri atas otolitis sel yang tidak sempurna. Lesi‐lesi ini akan pulih spontan, melunak, mencair atau jika multifikasi basil tuberkulosis dihambat oleh kekebalan tubuh dan pengobatan yang diberikan, maka lesi akan dibungkus oleh fibroflas dan serat kolagen.
Proses terakhir yang terjadi adalah hialinasi dan perkapuran. Jika lesi berkembang, maka darah pekejutan akan membesar secara lambat dan seringkali terjadi perforasi ke dalam bronkus, mengakibatkan pengosongan bahan setengah cair tersebut sehingga terbentuk rongga di dalam paru‐paru.
Sebagian besar orang yang telah terinfeksi (80 – 90 %), belum tentu menjadi sakit tuberkulosis. Untuk sementara, kuman yang ada dalam tubuh berada dalam keadaan dormant (tidur), dan keberadaan kuman dormant tersebut diketahui hanya dengan tes tuberkulin. Mereka menjadi sakit (menderita tuberkulosis) paling cepat setelah 3 bulan setelah terinfeksi, dan mereka yang tidak sakit tetap mempunyai risiko untuk menderita tuberkulosis sepanjang hidupnya .
3. RIWAYAT TERJADINYA TB PARU
Riwayat terjadinya Tuberkulosis
Infeksi Primer :
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa
kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 ? 6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) :
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
MANIFESTASI KLINIK.
A. GEJALA KLINIK TUBERCULOSIS ANAK
Tuberkulosis pada anak merupakan penyakit sistemik yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, baik organ paru maupun ekstra paru. Penyakit TB pada anak didapatkan dari penularan oleh orang dewasa. Penularan dari orang dewasa yang menderita TB ini biasanya melalui inhalasi butir sputum penderita yang mengandung kuman tuberkulosis, ketika penderita dewasa batuk, bersin dan berbicara. Pada orang yang tidak imun, kuman TB tersebut berkembang di dalam paru dan kemudian menyebar melalui saluran limfe, paru dan darah ke organ‐organ lain, walaupun paru merupakan predileksi utama penyakit ini, namun bukan satu‐Satunya tempat infeksi, sebab TB praktis dapat mengenai semua jaringan tubuh manusia oleh karena sifat kuman TB yang obligat aerob.
Tuberkulosis pada anak dapat menyerang paru maupun ekstra paru. TB paru merupakan salah satu bentuk TB yang paling sering dijumpai pada anak. Sedangkan jenis TB ekstra paru yang paling sering dijumpai adalah TB kelenjar. TB kelenjar adalah suatu pembesaran dari satu atau lebih kelenjar limfe yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa
GEJALA NON SPESIFIK
Gejala TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi (subfebris), berkisar 38 derajaT Celcius, biasanya timbul sore hari, 2‐3 kali seminggu dan belangsung 1‐2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.
Gejala lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Gejala‐gejala yang tersebut di atas dikategorikan sebagai gejala nonspesifik.
Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu,
keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik
tergantung dari organ yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.
Atau secara singkat tanda dan gejala umum/nonspesifik tuberkulosis pada anak dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut - turut, tanpa sebab yang jelas atau tidak naik
dalam 1 bulan meskipun dengan penanganan gizi yang tepat
2. Nafsu makan berkurang (Anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara
adekuat (failure to thrive)
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran
napas akut), dapat disertai keringat malam
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
5. Batuk lama lebih dari 30 hari
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
GEJALA SPESIFIK
dalam 1 bulan meskipun dengan penanganan gizi yang tepat
2. Nafsu makan berkurang (Anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara
adekuat (failure to thrive)
3. Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi saluran
napas akut), dapat disertai keringat malam
4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel
5. Batuk lama lebih dari 30 hari
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
GEJALA SPESIFIK
Gejala spesifik sesuai organ terkena : TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan sendi (gibbus, pincang); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kuduk kaku, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid), dll.
Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the great immitator.
Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika dibandingkan dengan anak sebayanya.
Kelenjar limfe.
Kelenjar limfe superfisialis sering dijumpai, kelenjar yang sering terkena adalah kelenjar limfe kolli anterior atau posterior, juga dapat terjadi aksila, inguinal, submandibula dan supra klavikula. Secara klinis kelenjar yang terkena biasanya multipel, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak panas pada perabaan dan dapat saling melekat satu sama lain. Perlekatan ini terjadi akibat adanya inflamasi pada kapsul kelenjar limfe.
TBC kulit/skrofuloderma.
TBC tulang dan sendi : Gejala umum yang sering ditemukan adalah
adanya nyeri, bengkak disendi yang terkena dan gangguan atau keterbatasan gerak.
TBC kulit/skrofuloderma.
TBC tulang dan sendi : Gejala umum yang sering ditemukan adalah
adanya nyeri, bengkak disendi yang terkena dan gangguan atau keterbatasan gerak.
Pada bayi dan anak yang sedang tumbuh epifisis tulang merupakan daerah dengan baskularisasi tinggi yang disukai oleh kuman TBC. Tulang punggung (spondilitis) : gibbus, tulang panggul (koksitis) : pincang, pembengkakan di pinggul, tulang lutut: pincang dan/atau bengkak, tulang kaki dan tangan.
TBC otak dan saraf:
Meningitis TBC, Merupakan penyakit yang berat dengan mortalitas dan kecacatan yang
tinggi, terjadi akibat penyebaran langsung kuman TBC ke jaringan selaput saraf (meningens). Dengan
gejala iritabel, kaku kuduk, muntah‐muntah dan kesadaran menurun. TBC mata: Conjunctivitis
phlyctenularis. Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi) dan Lain‐lain.
gejala iritabel, kaku kuduk, muntah‐muntah dan kesadaran menurun. TBC mata: Conjunctivitis
phlyctenularis. Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi) dan Lain‐lain.
Jika berdasarkan klasifikasinya, manifestasi TB pada anak adalah sebagai berikut :
Ranke membagi tuberkulosis dalam 3 stadium, yaitu :
a. stadium pertama yang merupakan kompleks primer dengan penyebaran limfogen.
b. Stadium ke dua yaitu Pada waktu terjadi penyebaran hematogen dan
c. Stadium ketiga yaitu Tuberkulosis paru menahun (crhonic pulmonary tuberkulosis).
a. stadium pertama yang merupakan kompleks primer dengan penyebaran limfogen.
b. Stadium ke dua yaitu Pada waktu terjadi penyebaran hematogen dan
c. Stadium ketiga yaitu Tuberkulosis paru menahun (crhonic pulmonary tuberkulosis).
Klasifikasi lain dari tuberkulosis adalah:
- Tuberkulosis primer yang merupakan infeksi pertama dari tuberculosis,
- Tuberkulosis subprimer yang merupakan komplikasi tuberkulosis primer serta
- Tuberkulosis pascaprimer yang merupakan reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan
estrogen setelah infeksi primer sembuh.
Ada juga yang membagi tuberkulosis menjadi dua stadium, yaitu
- Tuberkolosis primer yang merupakan kompleks primer serta komplikasinya.
- Tubekolosis pasca primer.
Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyakit secara perlahan‐lahan. Kadang‐kadang tuberkulosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau gejala. Dengan melakukan uji tuberkulin secara rutin, dapat ditemukan penyakit tuberkulosis pada anak. Gejala tuberkulosis primer juga dapat panas yang naik turun selama 1-‐2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.
Gambaran klinis tuberkulosis primer lain ialah panas, batuk, anoreksia dan berat badan yang menurun. Kadang‐kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila dijumpai panas seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil,harus dipikirkan juga kemungkinan tuberkulosis sebagai penyebab panas tersebut.
Tuberkulosis dapat juga menunjukkan gejala seperti brokopneumonia, sehingga pada anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan brokopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberkulosis.
Konjungtivitis fliktenularis dapat juga dijumpai pada anak dengan tuberkulkosis ,terutama tuberkulosis tonsil, adenoid dan telinga tengah. Flikten pada mata diduga sebagai gejala hipersensivitas dan dalam flikten tidak terdapat basil tuberkulosis. Selama tuberkulosis atau fokus tuberkulosis masih ada, flikten sering tetap
hilang timbul. Flikten sering disertai infeksi sekunder biasanya oleh Staphylococus hemolyticus.
hilang timbul. Flikten sering disertai infeksi sekunder biasanya oleh Staphylococus hemolyticus.
Hal lain yang juga dapat menyebabkan timbulnya flikten ialah benda asing, trakoma dan askariasis. Eritema nodusum sangat jarang dijumpai di Indonesia, tetapi bila terdapat pada kulit menunjukkan bahwa penyakit masih aktif.
Gambaran klinis lainnya sesuai dengan organ yang terkana misalnya paru, selaput otak, hepar, tulang dan sendi, ginjal dan lain‐lain.
B.GEJALA TUBERCOLUSIS PADA DEWASA
B.GEJALA TUBERCOLUSIS PADA DEWASA
Gejala klinis yang penting dari TB dan sering digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik adalah batuk terus menerus selama 3 (tiga) minggu atau lebih yang disertai dengan keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan.(Idris,2004)
Gambaran klinik TB paru dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gambaran klinik TB paru dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
b. Batuk darah
c. sesak napas dan timbul bunyi mengik atau bengek
d. Nyeri dada
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
b. keringat malam.
c. anoreksia, dan penurunan berat badan
d. Gangguan Menstruasi
e. Malaise
f. Denyut nadi umumnya meningkat seiring demam
KOMPLIKASI TBC
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus.
Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium lanjut:
1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3) Bronkiectasis dan fribosis pada Paru.
4) Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru.
5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
6) Insufisiensi Kardio Pulmoner
Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik
a. Pleuritis dan Empiema
Pleuritis adalah peradangan jaringan tipis yang meliputi paru-paru dan melapisi rongga dinding rongga dada bagian dalam (pleura).Empiema adalah berkumpulnya atau timbunan pus (nanah) di dalam suatu kavitas
organ berongga yaitu paru-paru.
Keadaan pleura yang merupakan bagian dari sistem pernapasan, dapat dipengaruhi melalui tiga cara yang berbeda:
- Cairan yang dibentuk dalam waktu beberapa bulan setelah terjadinya infeksi primer.
- Cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang dengan usia lebih lanjut.
Keadaan ini bisa berlanjut menjadi nanah (empiema)walaupun jarang terjadi.
- Memecahnya kavitas TB Paru dan keluarnya udara ke dalam rongga pleura.
Keadaan ini memungkinkan udara masuk ke dalam ruang antara paru dan dinding dada. TB Paru dari kavitas yang memecah mengeluarkan efusi nanah (empiema).Udara dengan nanah bersamaan disebut piopneumotoraks.
b. Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks adalah masuknya udara atau gas secara abnormal ke dalam paru dimana gas tersebut memisahkan pleura viseralis dan pleura parietalis sehingga jaringan paru tertekan dan kesulitan bernapas. Pneumotoraks spontan dapat terjadi bila udara memasuki rongga pleura sesudah terjadi robekan pada kavitas tuberkulosis. Hal ini mengakibatkan rasa sakit pada dada secara akut dan tiba-tiba bersamaan dengan sesak napas. Ini dapat berlanjut menjadi suatu empiema tuberculosis.
c. Laringitis Tuberkulosis
Laringitis tuberkulosis adalah radang pangkal tenggorokan dengan gejala serak, perubahan suara dan gatal pada kerongkongan. Keganasan pada laring jarang menimbulkan rasa sakit. Sputum biasanya positif, tetapi diagnosis mungkin perlu diitegakkan dengan biopsi pada kasus-kasus yang sulit. Tuberkulosis laring memberikan respon yang sangat baik terhadap kemoterapi. Bila terdapat nyeri hebat yang tidak cepat hilang dengan pengobatan, tambahkan prednisolon selama 2-3 minggu.
d. Kor Pulmonale
Kor pulmonale adalah suatu bentuk penimbunan cairan di dalam paru (abses paru). Gagal jantung kongestif karena tekanan balik akibat kerusakan paru dapat terjadi bila terdapat destruksi paru yang sangat luas. Keadaan ini dapat terjadi walaupun penyakit tuberkulosis sudah tidak aktif lagi, dimana banyak meninggalkan jaringan parut. Pengobatan dini terhadap penyakit TB Paru dengan jelas dapat mengurangi komplikasi ini.
e. Apergilomata
Apergilomata adalaah kavitas tuberkulosis yang sudah diobati dengan baik dan sudah sembuh terinfeksi jamur Aspergillus fumigatus.
PENATALAKSANAAN PENGOBATAN TBC
a. Promotif.
‐ Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
‐ Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara
pencegahan, faktor resiko
‐ Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
‐ Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara
pencegahan, faktor resiko
‐ Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
Vaksin BCG merupakan suatu live attenuated vaksin yang mengandung kultur strain Mycobacterium bovis dan digunakan sebagai agen imunisasi aktif terhadap TBC dan telah digunakan sejak tahun 1921.
Walaupun telah digunakan sejak lama, akan tetapi efikasinya menunjukkan hasil yang bervariasi yaitu antara 0 – 80% di seluruh dunia. Vaksin BCG secara signifikan mengurangi resiko terjadinya active tuberculosis dan kematian.
Efikasi dari vaksin tergantung pada beberapa faktor termasuk diantaranya umur, cara/teknik vaksinasi, jalur vaksinasi, dan beberapa dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Vaksin BCG sebaiknya digunakan pada infants, dan anak‐anak yang hasil uji tuberculinnya negatif dan yang berada dalam lingkungan orang dewasa dengan kondisi terinfeksi TBC dan tidak menerima terapi atau menerima terapi tetapi resisten terhadap isoniazid atau rifampin. Selain itu, vaksin BCG juga harus diberikan kepada tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan dengan pasien infeksi TBC tinggi.
Sebelum dilakukan pemberian vaksin BCG (selain bayi sampai dengan usia 3 bulan) setiap pasien harus terlebih dahulu menjalani skin test.
Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC.
Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering‐bekukan untuk injeksi berupa suspensi.Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut khusus yang telah disediakansecara terpisah.
Vaksin BCG tidak diindikasikan untuk pasien yang hasil uji tuberculinnya posistif atau telah menderita active tuberculosis, karena pemberian vaksin BCG tidak memiliki efek untuk pasien yang telah terinfeksi TBC.
Vaksin BCG merupakan serbuk yang dikering‐bekukan untuk injeksi berupa suspensi.Sebelum digunakan serbuk vaksin BCG harus dilarutkan dalam pelarut khusus yang telah disediakansecara terpisah.
Penyimpanan sediaan vaksin BCG diletakkan pada ruang atau tempat bersuhu 2 – 8oC serta terlindung dari cahaya.
Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan secara injeksi intradermal/intrakutan (tidak secara subkutan) pada lengan bagian atas atau injeksi perkutan sebagai alternatif bagi bayi usia muda yang mungkin sulit menerima injeksi intradermal.
Dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Untuk infants atau anak‐anak kurang dari 12 bulan
diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,05ml (0,05mg).
2. Untuk anak‐anak di atas 12 bulan dan dewasa
diberikan 1 dosis vaksin BCG sebanyak 0,1 ml (0,1mg).
Perlindungan yang diberikan oleh vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 – 15 tahun. Sehingga
re‐vaksinasi pada anak‐anak umumnya dilakukan pada usia 12 ‐15 tahun.
Tanda Keberhasilan
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.
Jika bisul tak muncul, jangan cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara penyuntikan perlu kehlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntiknya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah.
Imunisasi BCG pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah
Vaksin BCG dikontra‐indikasikan untuk pasien yang mengalami gangguan pada kulit seperti
atopic dermatitis, serta baru saja menerima vaksinasi lain (perlu ada interval waktu setidaknya 3minggu).
Vaksin BCG juga tidak diberikan untuk :
1. Pasien dengan gangguan imunitas (immunosuppressed) seperti pasien HIV, pasien yang
mengkonsumsi obat‐obat kortikosteroid (immunosuppressan), atau baru saja menerima
transplantasi organ.
2. Wanita hamil dan menyusui, walaupun belum ada data yang menunjukkan efek bahaya
dari pemberian vaksin BCG terhadap wanita hamil dan menyusui.
Beberapa adverse reaction yang mungkin terjadi setelah pemberian vaksin BCG antara lain:
• Nyeri pada tempat injeksi, terjadi ulcer atau keloid karena kesalahan pada saat injeksi.
• Kelebihan dosis dan pemberian vaksin pada pasien dengan tuberculin positif.
• Sakit kepala, demam, dan timbul reaksi alergi
Beberapa contoh vaksin BCG yang tersedia di Indonesia adalah : Vaksin BCG kering (Bio Farma) dan
BCG Vaccine SSI (Statent Serum Institut – Denmark).
2. Menggunakan isoniazid (INH)
Kemoprofilaksis primer diberikan pada anak yang belum terinfeksi (uji Tuberculin negatif),tetapi kontak dengan penderita TB aktif, obat yang digunakan adalah INH 5‐10 mg/kgBB/hari selama2‐3 bulan.
Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak dengan uji tuberculin positif, tanpa gejala klinis, dan foto paru normal, tetapi memiliki faktor menjadi TB aktif.
Golongan ini adalah balita, anak yang mendapat pengobatan kortikosteroid atau
imunosupresan lain, penderita penyakit keganassan, terinfeksi virus (HIV, morbili), gizi buruk, masa
akil balik, atau infeksi baru TB, konfersi uji tuberculin kurang dari 12 bulan.
Obat yang digunakan adalah INH 5‐10 mg/kgBB/hari selama 6‐12 bulan
3, Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab (PHBS). Des‐Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga keberhasilan yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur, pakaian) ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup
4. Bila ada gejala‐gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.
5, Menghindari faktor resiko.
6, Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat. Bila Anda harus meludah, gunakan tempat seperti tempolong atau kaleng tertutup, untuk menampung dahak Anda. Cara yang aman untuk menjauhkan dahak Anda dari orang lain
adalah buanglah dahak Anda ke lubang WC, atau timbun tampungan dahak Anda ke dalam tanah di tempat yang jauh dari keramaian.
7. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti kepadatan hunian,
dengan meningkatkan pendidikan kesehatan
8. Penyelidikan orang–orang kontak. Tuberculin‐test bagi seluruh anggota keluarga dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara–cara ini negatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu penyelidikan intensif
9. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC paru dan Pemeriksaan screening dengan tuberculin test pada kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang–
orang kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto
rontgen.
10. Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi dan pasteurisasi air susu sapi
Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman Terhadap OAT.
UNTUK PEMBAHASAN MENGENAI TEKNIK PENGOBATAN TBC DAPAT DI BACA .......... DISINI...
BACA JUGA
1. GEJALA KLINIS TBC PADA DEWASA SECARA DETAIL...DISINI
2. KLASIFIKASI TBC..... DISINI
3. PENGOBATAN DAN CARA SERTA DOSIS OBAT TBC... DISINI
4. PEMERIKSAAN UNTUK DIAGNOSA TBC... DISINI
5. TBC PADA KEHAMILAN.... DISINI
6.FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA TBC...SINI