Nyeri ulu hati : macam penyakit penyebab nyeri Epigastrik

PENYEBAB NYERI EPIGASTIK

PENDAHULUAN
  • Nyeri merupakan pengalaman sensorik multidimensi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Kelompok studi nyeri Perdossi (2000) telah menterjemahkan definisi nyeri yang dibuat IASP (International Association The Study of Pain) yang berbunyi “nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.”
  • Nyeri merupakan masalah kesehatan yang kompleks, dan merupakan salah satu alasan utama seseorang datang untuk mencari pertolongan medis. Lazimnya, nyeri dipandang sebagai hal neurofisiologik yaitu suatu rangsang berasal dari cedera jaringan kena pada reseptor tepi, impuls disalurkan melalui saraf dan tiba dalam susunan saraf pusat, dan disana pengolahannya menghasilkan penghayatan " nyeri".
  • Rasa sakit yang pasien merasa di daerah tengah atas perut, yang disebut sebagai nyeri epigastrik. Ini wilayah tertentu yang disebut sebagai daerah epigastrium. Daerah epigastrium merupakan sebutan untuk pembagian regio abdomen (perut). Abdomen atau perut sendiri, merupakan daerah truncus (batang tubuh) yang terletak pada bagian caudal atau bagian bawah dari thorak (dada) dan diatas dari pelvis atau panggul.
  • Pembagian Abdomen sendiri dibagi atas kuadran dan regio. Pada pembagian kuadran, maka abdomen dibagi atas kuadran kanan atas, kuadran kiri atas, kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah. Pembagian abdomen secara kuadran ini merupakan pembagian yang tidak spesifik dan dibagi berdasarkan dua buah garis yang saling tegak lurus melalui umbilikus (pusat)
  • Pembagian abdomen secara regio, merupakan pembagian yang spesifik. Pada pembagian abdomen secara regio, maka abdomen di bedakan atas 9 regio, yaitu regio hypochondrium dextra, Epigastrium, Hypochondrium sinistra, Lumbaris dextra, Umbilicalis, Lumbaris sinistra, Inguinalis dextra, Hypogastrium / Suprapubicum, dan regio Inguinalis sinistra. Pembagian 9 regio abdomen ini di bagi berdasarkan 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal. Garis horizontal yang pertama yaitu dari arcus atau lengkung iga ke-11 kanan dan kiri di tarik garis sejajar, garis horizontal ke dua yaitu di tarik garis dari SIAS kanan dan kiri atau setara dengan vertebrata lumbal 5. Sedangkan dua garis vertikal yaitu, garis vertikal pertama di tarik dari linea midclavicula sinistra sampai setengah ligamentum inguale sinistra dan garis vertikal yang kedua yaitu dari linea mid clavicula dextra sampai setengah ligamentum inguale dextra.
Regio abdomen, ada sembilan regio pada abdomen
Regio abdomen, di bagi berdasarkan 2 garis horizontal dan 2 garis vertikal
Kuadran abdomen, di bagi atas 4 kuadran, yaitu kuadran kanan dan kiri atas serta kuadran kanan dan kiri bawah
Kuadrant abdomen, di bagi atas garis yang tegak lurus terhadap umbilikus
  • Sebelum kita membahas tentang penyebab nyeri ulu hati atau nyeri pada epigastrium hendaknya kita memahami dahulu, organ apa saja yang terdapat pada regio epigastrium. Pada regio Epigastrium atau regio yang berada di ulu hati terdapat organ Gaster, Hepar, Colon transversum

Apa itu nyeri epigastrium atau nyeri ulu hati??
  • Nyeri adalah sesuatu penghayatan yang pada asasnya tidak menyenangkan, dan dirasa bersangkutan dan bersumber pada tubuh yaitu pada daerah epigastrium (di daerah tengah atas perut), dan sesuai dengan penderitaan yang ditimbulkan oleh suatu penyadaran psikik mengenai cedera yaitu cedera yang real, cedera yang mungkin terjadi, ataupun cedera yang dibayangkan.
  • Nyeri epigastrium atau dalam bahasa awam disebut nyeri ulu hati, merupakan nyeri yang tajam dan terlokalisasi yang di rasakan seseorang pada daerah tengah atas perut yang berada tepat diatas tulang iga atau lengkung iga.
  • Rasa nyeri di perut atas dapat disebabkan oleh kelainan organ dalam rongga perut dan organ dalam rongga dada. Organ di dalam rongga perut yang sering memberikan keluhan nyeri di perut atas, antara lain penyakit saluran makanan (lambung, duodenum, usus halus, usus besar), hati,empedu dan salurannya, pankreas. Sedangkan organ dalam rongga dada yang sering memberikan keluhan nyeri di perut atas, adalah esofagus, jantung.

    Apa saja penyakit penyebab sakit pada ulu hati atau nyeri epigastrium??

    Pada dasarnya penyebab nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium, di bedakan atas  kelainan yang disebabkan oleh Kelainan organ di dalam rongga perut , Kelainan organ di dalam rongga dada dan kelainan pernapasan serta kelainan lainnya yang bermanifestasi pada keluhan nyeri ulu hati. Kelainan tersebut di atas diuraikan secara spesifik sebagai berikut .
      1. Kelainan organ di dalam rongga perut
      • Gastritis atau maag .
        • Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain.
        • Gastritis berarti peradangan mukosa lambung. Peradangan dari gastritis dapat hanya superficial atau dapat menembus secara dalam ke dalam mukosa lambung, dan pada kasus-kasus yang berlangsung lama menyebabkan atropi mukosa lambung yang hampir lengkap. Pada beberapa kasus, gastritis dapat menjadi sangat akut dan berat, dengan ekskoriasi ulserativa mukosa lambung oleh sekresi peptik lambung sendiri
        • Didasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
          • Gastritis akut
            • Peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung, umumnya terjadi secara mendadak.
            • Keluhan utama dari gastritis akut, yang sering diajukan penderita, adalah; rasa pedih, kadang-kadang timbul rasa berdenyut- denyut di perut atas yang ada hubungan dengan makanan. Timbulnya keluhan ini mendadak segera setelah makan makanan/minum minuman yang iritatif/korosif. Keluhan yang diajukan umumnya berat. 
            • Patogenesis atau proses terjadinya gastritis akut masih belum diketahui dengan jelas karena mekanisme normal dari proteksi mukosa lambung tidak diketahui dengan jelas secara menyeluruh, Keadaan ini sering dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan seperti NSAIDs (Non-sfero idal Anti-inflammatory Drugs), peminum alkohol yang berlebihan, perokok berat, kemoterapi, uremia, infeksi sistemik (seperti Salmonellosis), stres berat (trauma,luka bakar, operasi), iskemik dan shok, usaha bunuh diri dengan asam dan basakeras, trauma mekanik (intubasi nasogastrik) serta pada keadaan paska gasterktomi distal dengan refluks cairan empedu
            • Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus.
            • Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut. Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis.
            • Pemeriksaan jasmani menunjukkan penderita yang kesakitan di daerah epigastrium dan nyeri pada perabaan (palpasi) di bawah prosesus xiphoideus atau perut atas agak ke kiri.
            • Pengelolaannya : sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit, dan diberi infus untuk memberikan istirahat lambung yang sedang sakit. Selama satu dua hari sebaiknya berpuasa, dan hanya diberikan obat cairan antasida, spasmolitik. Untuk memastikan diagnosa sebaiknya dilakukan endoskopi, karena dapat melihat kelainan mukosa lambung dengan pasti. Pemeriksaan radiologis kurang membantu diagnosa. Penulis pernah melakukan endoskopi langsung pada kasus dengan esofagogastritis korosiva, tanpa mengalami kesulitan.
          • Gastritis Kronika 
            • Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun. Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung.
            • Keluhan yang sering diajukan oleh penderita pada umumnya bersifat ringan, dan dirasakan sudah berbulan-bulan, bahkan sudah bertahun-tahun. Pada umumnya mengeluh, rasa tidak enak di perut atas, lekas kenyang, mual, rasa pedih sebelum atau sesudah makan, kadang-kadang mulut terasa masam. 
            • Pada pengamatan jasmani: tidak nampak kesakitan, pada perabaan perut bagian atas kadang-kadang terasa sakit. 
            • Derajat paling ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal
            • Sebagai penyebab yang sering ialah karena kurang teraturnya waktu makan, faktor psikis, infeksi bakteri, terlalu sering minum-minuman keras. Hal ini analog dengan pendapat dari Seward, Gazzard dan Vilardell yang mengemukakan bahwa keluhan nyeri epigastric bersifat ringan dan diderita sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
            • Pengelolaan : Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan endoskopi. Pengaturan diit sangat penting. Dianjurkan kepada penderita untuk makan makanan lembek, makan sedikit berulang kali, pantang pedas, masam. Mengurangi merokok. Bila diperlukan memberikan obat sebaiknya diberikan antasida, tranquilizer, spasmolitik.
      • Ulkus Ventrikuli (Tukak Lambung)
        • Ulkus ventrikuli atau tukak lambung, sering juga memberikan keluhan rasa nyeri di perut atas. Di negara kita insidensi tukak lambung agak jarang. Sekitar 55% tukak lambung terjadi pada laki-laki
        • Keluhan yang diajukan antara lain, merasa nyeri, pedih di daerah perut atas disekitar garis mediana agak ke kiri, terutama timbul beberapa saat (½ — 1 jam) setelah makan. Di samping itu juga mengeluh rasa panas atau rasa seperti terbakar di ulu hati, mual, timbul rasa masam di mulut dan sering disusul dengan ruktus. Penderita dapat menunjukkan tempat rasa nyeri/pedih yang terberat, yang umumnya di sekitar garis mediana atau agak ke kiri. Bila penderita dapat muntah, maka biasanya perutnya dirasa lebih enak, tetapi bila diisi makanan maka rasa nyeri/pedih dan panas seperti terbakar kambuh lagi. Kadang-kadang disertai keluhan timbulnya konstipasi, perut kembung, dan berat badan penderita dirasakan menurun. Keluhan semacam ini dirasakan sudah berbulan-bulan.
        • Pada pengamatan jasmani, tampak sakit sedang. Pada perabaan (palpasi) di perut atas agak ke kiri dari garis mediana terasa nyeri tekan dan tidak teraba suatu massa.
        • Sebagai penyebab yang terbanyak ialah faktor makanan, emosi, stress. Patogenesis tukak lambung dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar peneilitian menunjukkan bahwa resistensi mukosa lambung dan/atau trauma mukosa lambung merupakan faktor yang paling penting. Kadar gastrin serum meningkat pada beberapa penderita ulkus lambung, namun peningkatan ini terbatas pada penderita hiposekresi asam lambung. Juga dijumpai keterlambatan pengosongan lambung. Diperkirakan bahwa regurgitasi isi duodenum, terutama yang mengandung empedu, dapat mencetuskan trauma mukosa lambung dan kemudian berlanjut dengan ulserasi lambung.
        • Pengelolaan: Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan radiologik pada lambung clan endoskopi. Bila hasilnya menunjukkan gambar tukak lambung jinak, sebaiknya diberikan;
          • Diit lunak sedikit berulang kali, pantang pedas, masam, alkohol, dan dianjurkan berhenti merokok guna mempercepat kesembuhan.
          • Cimetidin tablet (Nulcer, Ulsikur), 3 kali 1 tablet + 2 tablet tiap malam, atau
          • Diberikan antasida 4 kali sehari.
          • Spasmolitik kalau perlu sedativa.
      • Kanker Lambung
        • Kanker lambung di negara kita agak jarang ditemukan. Kanker lambung adalah kanker yang berkembang di bagian perut dan dapat menyebar ke organ lainnya; terutama esofagus.
        • Keluhan yang diajukan, antara lain: merasa tidak enak di perut bagian atas, perut lekas kenyang, perut panas, pedih, kadang-kadang nyeri seperti dicubit-cubit, regurgitasi. Keluhan ini dirasakan sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Kemudian disusul nafsu makan menurun, berat badan menurun Beberapa penderita merasakan adanya benjolan di perut atas, yang nyeri tekan. Ada di antaranya yang mengeluh waktu defekasi, bentuk tinjanya lembek hitam pekat, yang menunjukkan adanya perdarahan. Badan dirasakan bertambah lemah. Pada pengamatan jasmani: tampak penderita yang kurus, anemik. 
        • Pada perabaan perut atas terasa suatu massa ireguler yang nyeri tekan. Gejala-gejala tersebut adalah sesuai dengan laporan Prolla dkk dan Goldsmith yang mengemukakan bahwa kanker lambung tingkat lanjut memberikan keluhan yang menyolok. Sedangkan kanker lambung tingkat dini kebanyakan memberikan keluhan mirip dengan keluhan gastritis kronis atau tukak lambung.
        • Lokasi Ca Gaster atau kanker lambung di klasifikasikan berdasarkan hubungannya dengan panjang lambung.Sekitar 40 % dari kanker berkembang di bagian bawah, 40% di bagian di bagian tengah dan 15% di bagian atas, 10% melibatkan lebih dari 1 bagian dari organ.
        • Penyebab Kanker lambung mungkin sering multifaktorial, baik keturunan atau karena dipengaruhi oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan mukosa yang abnormal. Faktor-faktor lingkungan yang terlibat dalam perkembangan Ca Gaster meliputi: diet, infeksi Helicobakter Pylori, riwayat operasi lambung, polip adenomatosa, gastritis atrofik kronis dan paparan radiasi. Faktor genetik tampaknya penting, karena kanker lambung lebih sering pada orang dengan golongan darah A.
        • Pengelolaan: Untuk menegakkan diagnosa perlu dibuat foto Rontgen lambung dengan teknik dobel kontras, endoskopi yang disusul biopsi. 
        • Pengobatan dapat dilakukan dengan pembedahan, Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala. Untuk terapi kanker lambung penanganan kuratif yang telah terbukti adalah pembedahan, pilihan pembedahan tergantung dari sejauh mana invasi tumor pada dinding gaster dan penyebaran limfatik. Untuk terapi adjuvant dilakukan kemoterapi yang ketika digunakan akan memperbaiki tingkat survival.
      • Gastroesopagheal Reflux Disease (GERD)
        • Penyakit refluks gastroesofageal ( Gastroesopagheal Reflux Disease (GERD)adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas.
        • Pasien dengan GERD dapat menunjukkan berbagai gejala, baik khas dan atipikal. Gejala umum termasuk rasa panas dalam perut, regurgitasi, dan disfagia. Gejala atipikal termasuk nyeri dada noncardiac, asma, pneumonia, suara serak, dan aspirasi. Pasien biasanya mengalami episode refluks harian berbagai gejala, termasuk pyrosis, rasa air kurang ajar atau asam dalam batuk, mulut malam hari atau aspirasi, pneumonia atau pneumonitis, bronkospasme, dan radang tenggorokan dan suara perubahan, termasuk suara serak.
        • Terjadinya GERD disebabkan karena berbagai faktor antara lain karena relaksasi dari lower estrofagus Sfingter yang transient sehingga memudahkan aliran balik asam lambung ke esofagus, adanya penurunan tekanan lower esofagus, gangguan pembersihan atau clearence osefagus dan juga akibat masalah pengosongan lambung. Adanya faktor resiko juga dapat mencetuskan kejadian GERD antara lain obesitas, genetik faktor terkait fungsi dari otot polos sfinter esofageal, merokok yang dapat menurunkan tekanan lower esofageal spinter dan juga aktifitas yang berlebihan seperti jogging juga akan meningkatkan relaksasi dari spinter esofageal yang dapat memudahkan aliran balik asam lambung ke esofagus.
        • Pengolahan : Untuk menegakan diagnostik dapat di lakukan dengan anamnesis, test PPI maupun endoskopi, esfogogram, esofagogastroduodenoskopi.
        • Pengobatan GERD melibatkan pendekatan bertahap. Tujuan adalah untuk mengendalikan gejala, menyembuhkan esofagitis, dan untuk mencegah esofagitis berulang atau komplikasi lain. Pengobatan ini didasarkan pada modifikasi gaya hidup dan kontrol sekresi asam lambung melalui terapi medis dengan antasida atau PPI atau perawatan bedah dengan operasi antireflux korektif.
      • Duodenitis
        • Duodenitis adalah peradangan pada mukosa usus dua belas jari atau duodenum yang merupakan bagian pertama dari usus kecil.
        • Keluhan dari duodenitis pada umumnya adalah rasa pedih, nyeri, panas di perut atas agak ke kanan. Kadang-kadang mengeluh mual, hilangnya nafsu makan dan ditemukannya darah dalam tinja.
        • Penyebab paling umum terjadinya duodenitis adalah adanya infeksi bakteri helicobacter pylory. Namun bisa juga di sebabkan oleh Gastroesophageal reflux disease, infeksi virus, obat-obatan NSAID. Selain itu juga duodenitis dapat terjadi akibat dari Penyakit Crohn, Kolitis ulseratif, Whipple’s disease, Stres parah yang disebabkan oleh operasi atau infeksi serius (sepsis)
        • Pada kasus yang di sebabkan oleh H. pylori, biasanya bakteri ini merangsang produksi asam lambung menjadi meningkat dan menyebabkan peradangan tingkat rendah dari duodenum (duodenitis).
        • Duodenitis hanya dapat didiagnosis dengan jaringan biopsi, yang dilakukan dengan menggunakan endoskopi (esophagogastroduodenoscopy).
        • Dalam kasus H pylori-terkait duodenitis, infeksi dapat diobati dengan sukses dengan antibiotik . Untuk duodenitis tidak terkait dengan H pylori, obat-obat yang mengurangi asam lambung dapat menjadi pengobatan yang efektif.
      • Ulkus duodeni atau tukak duodenum
        • Meskipun dewasa ini telah banyak diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya tukak duodenum, namun patogenesis penyakit ini belum diketahui seluruhnya. Sekresi asam lambung bertanggung jawab atas timbulnya tukak duodenum, namun faktor-faktor yang menyebabkan individu peka terhadap ulserasi duodenum masih belum diketahui. Timbulnya tukak duodenum dianggap sebagai akibat ketidakseimbangan antara sekresi asam lambung-pepsin dengan resistensi mukosa duodenum.
        • Yang khas pada penderita tukak duodenum adalah peningkatan asam lambung pada keadaan basal dan meningkatnya asam lambung pada stimulasi atau lamanya peningkatan asam setelah makan.
        • Keluhan dari ulkus duodeni pada umumnya timbul rasa nyeri, pedih, rasa terbakar, mual. Keluhan ini terutama dirasakan 3-4 jam setelah makan dan pada tengah malam sedang enak-enaknya tidur, sampai terbangun. Rasa nyeri berpusat di perut atas kanan garis media atau dekat umbilikus. Untuk mengurangi rasa nyeri, pedih, biasanya penderita minum susu, atau makan pisang, roti dan lain-lainnya. Jadi rasa nyeri tersebut dirasakan, terutama pada waktu perut kosong.
        • Nyeri di daerah epigastrium yang berkurang setelah diberi makanan atau antasida memberi kesan ke arah tukak duodenum. Pada pengamatan jasmani; teraba nyeri tekan atau palpasi di perut kanan atas dekat umbilikus. 
        • Pengelolaan: Untuk menegakkan diagnosa sebaiknya dibuat foto Rontgen dengan teknik dobel kontras, dan endoskopi. Pemberian diit dan pengobatan adalah sama dengan pada penderita tukak lambung. 
      • Perforasi Ulkus Peptikum 
        • Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya.
        • Tukak peptik atau ulkus peptik mempunyai sifat penetrasi, yang dimulai dari mukosa menembus ke lapisan yang lebih dalam. Bilamana terjadi penetrasi ke pembuluh darah terjadi perdarahan massif atau juga penetrasi seluruh dinding lambung maka terjadi perforasi 
        • Perforasi usus halus dapat berupa perforasi bebas atau terbatas. Perforasi bebas terjadi ketika isi usus halus keluar secara bebas kedalam rongga abdomen, menyebabkan terjadi peritonitis difuse misalnya perforasi duodenum. Perforasi terbatas terjadi peradangan akut menyebabkan perlekatan dengan organ sekitar sehingga terbentuk abses (penetrasi ulkus duodenum ke pankreas). 
        • Perforasi dari usus halus ini mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut ( keadaan ini dikenal dengan istilah peritonitis).
        • Adanya ulkus duodeni yang kemudian menyebabkan peritonitis akan memberikan keluhan mendadak merasa nyeri perut atas yang hebat menjalar ke punggung dan seluruh perut. Perut menjadi tegang. Kadang-kadang penderita pingsan, karena serangan nyeri perut yang hebat, pada keadaan lanjut disertai demam dan mengigil.
        • Pada pengamatan jasmani; tampak penderita sakit berat. Tensi menurun. Perut tampak kembung dan tegang. Nyeri tekan di daerah tempat perforasi. Gejala-gejala tersebut di atas, sesuai dengan laporan Haubrich, Truelove dan Reyner, yang mengemukakan bahwa keluhan tersebut di atas juga ditemukan pada penderita dengan perforasi ulkus ventrikuli
        • Pengelolaannya: harus segera dilakukan pembedahan. Intervensi bedah hampir selalu dibutuhkan dalam bentuk laparotomy explorasi dan penutupan perforasi dengan pencucian pada rongga peritoneum (evacuasi medis).
      • Irritable bowel syndrome atau sindro iritasi usus 
        • Irritable Bowel Syndrome (IBS) dapat diartikan sebagai Sindrom Iritabilitas Usus. IBS merupakan salah satu gangguan pencernaan dari kelompok Functional Gastrointestinal Disorders (Gangguan Fungsional Saluran Pencernaan) atau Functional Motility Disorders (Gangguan Fungsional Pergerakan Usus). 
        • Disebut gangguan karena IBS bukanlah penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri jahat (patogen). Penyebabnya tidak diketahui. IBS di sebut ganguan fungsional berarti ada masalah dengan fungsi bagian tubuh, tetapi tidak ada kelainan dalam struktur.
        • Gangguan akibat IBS umum yang mempengaruhi usus besar (kolon) dan biasanya menyebabkan kram, nyeri perut, kembung gas, diare dan sembelit. Meskipun tanda-tanda dan gejala tidak nyaman, IBS tidak menyebabkan kerusakan permanen pada usus
        • Biasanya, rasa tidak nyaman di perut itu disertai dengan tanda-tanda berikut; nyeri akan membaik setelah buang air besar, terjadi perubahan pola buang air besar (menjadi lebih sering atau lebih jarang), dan terjadi perubahan bentuk tinja (menjadi lebih lembek/cair atau lebih keras). Tanda-tanda lain yang sering menyertai gejala gangguan perut ini adalah rasa tidak nyaman sewaktu buang air besar, seperti mengejang, kebelet, atau rasa tak lega setelah buang air besar. Saat buang air, penderita juga sering mengeluarkan mukus (ingus) saat buang air besar. Kembung atau rasa sebah di sekitar lambung juga dialami oleh penderita.
        • Pengolahan : Diagnosa didasarkan pada keluhan klinis dengan berpacuan pada kriteria yang di buat para ahli di roma, selain itu juga dapat di lakukan pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan darah, endoskopi,Colonoscopy, CT-scan, test intoleransi laktosa dan Sigmoidoskopi fleksibel.
        • Pengobatannya : Karena tidak jelas apa yang menyebabkan sindrom iritasi usus, pengobatan berfokus pada menghilangkan gejala. Penanggulangan biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non-obat dan terapi obat. Terapi non obat bagi penderita IBS Diare dilakukan dengan mengurangi makanan penyebab alergi. Untuk pasien IBS Konstipasi, sangat dianjurkan untuk menambahkan unsur serat di dalam menu makanannya. Apabila terapi non-obat tidak mengurangi gejala IBS, maka terapi dengan obat dapat dipertimbangkan untuk mengatasi gejala nyeri perut, kembung, diare, atau sembelit.  
      • Peritonitis 
        • Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan sebagian atau seluruh selaput peritoneum parietale ataupun viserale pada rongga abdomen. Peritonium merupakan selaput rongga perut atau abdomen, yang di bedakan atas peritoneum parietale ataupun viserale.
        • Perforasi bagian dari saluran pencernaan adalah penyebab paling umum dari peritonitis. Contoh meliputi perforasi esofagus distal (Boerhaave sindrom), perut (ulkus peptikum, karsinoma lambung), dari duodenum (ulkus peptikum), dari usus yang tersisa (misalnya apendisitis, diverticulitis, divertikulum Meckel, penyakit radang usus (IBD) , infark usus, usus pencekikan, karsinoma kolorektal, peritonitis mekonium), atau kandung empedu (kolesistitis). Kemungkinan alasan lain untuk perforasi meliputi trauma abdomen, menelan benda asing yang tajam (seperti tulang ikan, tusuk gigi atau kaca beling), perforasi dengan endoskopi atau kateter, dan kebocoran anastomosis.
        • Kebanyakan pasien datang dengan keluhan nyeri abdomen. Nyeri ini bisa timbul tiba-tiba atau tersembunyi. Pada awalnya, nyeri abdomen yang timbul sifatnya tumpul dan tidak spesifik (peritoneum viseral) dan kemudian infeksi berlangsung secara progresif, menetap, nyeri hebat dan semakin terlokalisasi (peritoneum parietale). Dalam beberapa kasus (misal: perforasi lambung, pankreatitis akut, iskemia intestinal) nyeri abdomen akan timbul langsung secara umum/general sejak dari awal.  Mual dan muntah biasanya sering muncul pada pasien dengan peritonitis. Muntah dapat terjadi karena gesekan organ patologi atau iritasi peritoneal sekunder. Demam, kelelahan, rasa haus, mual dan mutah serta kehilangan nafsu makan juga dapat dialami oleh penderita peritonitis.
        • Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan peritonitis, keadaan umumnya tidak baik. Demam dengan temperatur lebih dari 38 derajat Celcius. Pasien dengan sepsis hebat akan muncul gejala hipotermia. Takikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual damuntah, demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. Dengan adanya dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi semakin hipotensi. Hal ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan dengan adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.
        • Pengobatan yang di lakukan tergantung pada berat ringannya gejala klinis yang dialami, umumnya penderita diberikan intravena rehidrasi dan koreksi gangguan elektrolit, antibiotik ataupun dengan tindakan bedah ( laparotomi )
      • Apendisitis
        • Apendisitis suatu peradangan pada apendiks atau usus buntu yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat katup ileocecal yaitu pertemuan antara usus halus ke usus besar.
        • Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
        • Sering penderita apendisitis akuta maupun kronika memberikan keluhan pertama timbulnya rasa nyeri, pedih di perut atas atau di sekitar umbilikus. Di samping itu juga mengeluh nafsu makan menurun, mual, bahkan kadang-kadang disusul muntah-muntah. Keluhan tersebut untuk apendisitis akuta hanya dirasakan beberapa jam saja, kemudian disusul rasa nyeri berdenyut-denyut menetap di perut kanan bawah, Bahkan keluhan di perut kanan bawah bertambah menyolok sampai penderita gelisah karena kesakitan. Sedangkan untuk penderita apendisitis kronika keluhan nyeri perut atas atau sekitar umbilikus bersamaan timbulnya nyeri perut kanan bawah yang diderita sudah berbulan-bulan bahkan ada yang sudah bertahun-tahun, sehingga tidak jarang dibuat diagnosa gastritis. 
        • Pada pengamatan jasmani: untuk apendisitis akuta tampak penderita yang kesakitan, jalannya agak membungkuk ke depan. Tampak perut agak tegang. Nyeri tekan di perut atas, tetapi lebih jelas nyeri tekan dan nyeri lepas di perut kanan bawah. Sedangkan untuk apendisitis kronika tidak nampak penderita yang kesakitan. Tetapi pada perabaan perut teraba nyeri tekan di perut atas, dan lebih jelas nyeri tekan dan nyeri lepas di perut kanan bawah.
        • Pengelolaannya: Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
      • Hepatitis Virus
        • Hepatitis virus adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis organisme seperti virus. Berbagai jenis virus yang menyebabkan hepatitis yang menyebabkan infeksi sistemik yaitu Virus Hepatitis type A s/d E bahkan hingga G, virus CMV, virus Herpes, Rubella, dll
        • Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati. Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
        • Keluhan yang sering diajukan penderita antara lain; setelah panas 3-5 hari, nafsu makan menurun, mual, tidak enak atau rasa nyeri di perut atas kanan, badan lemah, lekas capai, diketahuinya warna urine kuning tua seperti air teh. Oleh teman atau saudaranya dikatakan tampak kuning pada mata.
        • Pada pengamatan jasmani: sklera mata, kulit tampak ikterik, hati teraba sedikit membesar dan lembek, sedikit nyeri tekan.
        • Pengelolaan: Pemeriksaan laboratorium terhadap tes faal hati, terutama serum bilirubin, SGOT, SGPT, HBs Ag harus dilakukan. Penderita harus istirahat mutlak sampai kadar serum bilirubin dalam batas normal. Pengaturan diit perlu diperhatikan.
      • Abses Hati
        • Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. Dan sering timbul sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu.
        • Secara umum abses hati dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik dan abses hati piogenik di mana kasus abses hati amebik lebih sering terjadi dibanding abses hati piogenik. Abses hati amebik biasanya disebabkan oleh infeksi Entamoeba hystolitica sedangkan abses hati piogenik disebabkan oleh infeksi Enterobacteriaceae, Streptococci, Klebsiella,Candida, Salmonella, dan golongan lainnya.
        • Keluhan yang diajukan para penderita antara lain: nyeri perut atas yang berdenyut-denyut, badan panas. Letak nyeri perut tersebut tergantung dari letak abses. Letak abses hati yang terbanyak ialah di hati lobus kanan. Jadi rasa nyeri tersebut terletak di perut kanan atas. Kalau untuk jalan, untuk mengurangi rasa nyeri, penderita memegang perut yang sakit sambil membungkukkan badan ke depan kanan. Lebih kurang 1/7 penderita letak abses hati di lobus kiri. Rasa nyeri berdenyut-denyut terletak di perut atas. Di samping keluhan tersebut, juga timbul mual, kadang-kadang sampai muntah, nafsu makan berkurang. Semua penderita tersebut mempunyai riwayat penyakit disentri berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang tidak mendapat pengobatan sempurna.
        • Pada pengamatan jasmani, tampak penderita yang kesakitan. Kalau jalan membungkuk ke depan kanan sambil memegang perut yang sakit. Badan teraba panas. Hati membesar dan membengkak. Pada tempat abses teraba lembek dan nyeri tekan.
        • Pengelolaan: untuk membantu menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks, tampak diafragma kanan meninggi. Di samping itu perlu dilakukan; ultrasonografi dan sintigrafi.
        • Pengobatan yang perlu diberikan ialah pemberian obat anti amebika antara lain; emetin, metronidazole, dll. Bila pengobatan medikamentosa tidak berhasil atau absesnya terlalu besar, sebaiknya dilakukan aspirasi.
      • Kanker Hati
        • Kanker hati adalah kanker yang terjadi pada sel – sel hati. Hati yang terkena kanker akan membesar seperti bola kaki yang letaknya pada bagian atas kanan abdomen, dibawah diafragma dan di atas perut. Insidensi kanker hati primer di Indonesia cukup tinggi. 
        • Penderita biasanya merasakan keluhan nyeri perut kanan atas atau di epigastrium, atau di kedua tempat tersebut di atas. Rasa nyeri tersebut tidak akan berkurang dengan pengobatan apapun. Sifat nyeri biasanya sebagai nyeri tumpul, terus menerus, yang makin lama makin bertambah berat, apabila bergerak. Rasa nyeri tersebut timbul karena pembesaran hati, peregangan kapsula Glisoni dan adanya rangsangan pada peritoneum. Di samping keluhan tersebut dirasakan adanya benjolan di perut atas atau di perut kanan atas. Nafsu makan berkurang, badan makin lemah dan mengurus. 
        • Pada pengamatan jasmani, tampak penderita yang lemah. Tampak adanya benjolan di perut atas. Hati teraba membesar, keras, berbenjol-benjol, tepi hati tumpul. Pada auskultasi di daerah tumor, kadang-kadang terdengar bising pembuluh darah (hepatic bruit), dan kadang-kadang terdengar bising gesekan (friction rub), yang disebabkan oleh peri hepatitis. 
        • Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa, selain pengamatan jasmani, perlu diperiksa serum alfa fetoprotein, sintigrafi, ultrasonografi, laparoskopi, dan biopsi hati. 
        • Pada umumnya penderita kanker hati yang datang berobat sudah dalam stadium lanjut, sehingga tidak dapat diobati, baik pengobatan kemoterapi maupun reseksi sebagian dari hati. Pada kanker hepatoseluler dalam fase dini yang masih dapat dilakukan pengobatan kemoterapi atau reseksi sebagian dari hati. Setiap penderita dengan keluhan nyeri perut, riwayat penyakit hati kronis, pembesaran hati, hendaknya dilakukan pemeriksaan ultrasonik.
      • Kholilitiasis
        • Batu empedu adalah timbunan satu atau lebih batu kecil di kandung empedu. Bila batu empedu berada di kandung empedu, kondisinya disebut kolelitiasis
        • Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
        • Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu.
        • Perubahan susunan empedu mungkin merupakan yang paling penting pada pembentukan batu empedu, karena terjadi pengendapan kolesterol dalam kandung empedu. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat meningkatkan supersaturasi progesif, perubahan susunan kimia, dan pengendapan unsur tersebut. Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan sebagian dalam pembentukan batu, melalui peningkatan dan deskuamasi sel dan pembentukan mucus. Sekresi kolesterol berhubungan dengan pembentukan batu empedu. Pada kondisi yang abnormal, kolesterol dapat mengendap, menyebabkan pembentukan batu empedu.
        • Batu kandung empedu biasanya baru menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali tanpa gejala (silent stone)
      • Kholedokholitiasis
        • Adanya batu di dalam saluran empedu sehingga menyebabkan berbagai manifestasi klinis di sebut koledokolitiasis
        • Keluhan yang diajukan penderita, antara lain: timbulnya rasa nyeri hebat seperti diperas-peras di perut kanan atas, menjalar ke epigastrium, punggung dan bahu kanan. Biasanya timbulnya rasa nyeri pada tengah malam atau pagi hari. Pada umumnya rasa nyeri tersebut terjadi setelah penderita makan banyak, setelah makan makanan berlemak. Di samping rasa nyeri juga timbul panas, dan rasa mual. Rasa nyeri kolik merupakan penanda adanya batu pada saluran empedu, sehingga nyerinya hilang timbul.
        • Pada pengamatan jasmani: tampak penderita gelisah, kesakitan kadang-kadang skiera mata ikterik, nyeri tekan di perut kanan atas, tanda Murphy positif. 
        • Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa adanya batu dikandung empedu dan atau salurannya perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi, radiologik.
        • Pengobatan pada saat serangan, sebaiknya diberi pethidin dan atropin. Untuk infeksi (kholesistitis) diberi antibiotik. Dut pada serangan sebaiknya diberikan cairan infus, diit lunak dan pantang lemak. Di samping itu, bila sebagai penyebab  adalah batu, maka sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan.
      • Kolesistitis
        • Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut pada dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas
        • Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis. Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa. Gejala-gejala kolesistitis kronik mirip dengan fase akut, tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Sering kali terdapat riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau flatulen yang berlangsung lama.
        • Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) sedangkan sebagian kecil kasus (10%) timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akuta kalkulus). Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut, yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan kandung empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu.
        • Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan, takikardia serta kenaikan suhu tubuh. Keluhan tersebut dapat memburuk secara progresif. Kadang – kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang ringan sampai dengan gangren atau perforasi kandung empedu.
        • Kolesistitis kronik Manifestasi klinisnya antara lain adanya serangan berulang namun tidak mencolok. Mual, muntah dan tidak tahan makanan berlemak.
        • Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan tertentu. Pemeriksaan USG bisa membantu memperkuat adanya batu empedu, dapat pula dengan CT scan perut dan Kolesistogram oral 
        • Pengobatan pada kondisi kronis pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan, Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi. 
        • Pada kondisi akut pada umumnya dirawat di rumah sakit, diberikan cairan dan elektrolit intravena dan tidak diperbolehkan makan maupun minum secara oral (mungkin akan dipasang pipa nasogastrik), dapat di berikan antibiotik, Jika diagnosis sudah pasti dan resikonya kecil, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengangkat kandung empedu. 
      • Pankreatitis 
        • Pankreatitis adalah radang pada kelenjar pankreas yang terjadi dengan dua bentuk yang sangat berbeda yaitu akut dan kronis. Radang akut terjadi setelah simtoma iskemia dan gangguan sirkulasi mikro pada pankreas. Radang kronis pada pankreas ditandai dengan atrofi grandular, perubahan duktular dan fibrosis yang ekstensif.
        • Gambaran yang khas dari pankreatitis akuta ialah, rasa nyeri di epigastrium yang hebat. Sifat nyeri timbulnya mendadak dan terus menerus, seperti ditusuk-tusuk dan rasa terbakar. Karena sangat nyeri di perut, penderita menjadi gelisah. Perasaan nyeri tersebut mulai di epigastrium kemudian menjalar kepunggung. Beberapa jam kemudian perasaan nyeri tersebut menjalar keseluruh perut dan perut menjadi tegang. Timbul rasa mual, kadang-kadang muntah.
        • Sedangkan penderita pankreatitis kronika juga mengeluh rasa nyeri di perut bagian atas. Rasa nyeri juga seperti ditusuk-tusuk atau diperas-peras, menjalar kepunggung, disertai mual-mual dan muntah. Sering penderita mempunyai keluhan semacam yang sifatnya hilang timbul, sehingga tidak jarang dibuat diagnosa sakit lambung. Pada pankreatitis kronika tidak ada keluhan rasa pedih, melainkan disertai tanda-tanda diabetes millitus atau keluhan steatorrhoe.
        • Pada pengamatan jasmani: tampak penderita gelisah, kesakitan, bahkan ada yang menjerit-jerit. Di daerah perut tampak tegang, nyeri palpatoir di perut atas disekitar umbilikus.
        • Faktor presipitasi timbulnya pankreatitis adalah sebagai akibat makan atau minum terlalu banyak pengandung alkohol, trauma di perut, infeksi bakteria.
        • Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa perlu diperiksa kadar amilase darah dan urine, kadar kalsium. Pemeriksaan radiologik yang dianjurkan adalah foto polos perut (plain foto abdomen).
        • Untuk mengobati pankreatitis akuta dianjurkan diberi infus. Selain daripada itu baik pankreatitis akuta maupun kronika, diberikan suntikan sulfas atropin atau Primperan dan pethidin, untuk mengurangi spasme sphincter odii. Obat-obatan lain yang dianjurkan adalah antasida, spasmolitik. Untuk pankreatitis akuta, menurut Imrie dkk perlu sekali diberi suntikan Trasylol intravena.
      • Kanker Pankreas
        • Kanker pankreas adalah neoplasma ganas pankreas. Umumnya penyebab pasti kanker hampir semuanya belum di ketahui, namun faktor resiko terjadinya kanker pankreas antara lain merokok, keturunan,kurangnya asupan sayur dan buah, tingginya asupan daging merah, gemuk, diabetes mellitus,pankreatitis kronis, infeksi Helicobacter pylori, gingivitis
        • Keluhan yang diajukan penderita adalah timbulnya rasa nyeri di epigastrium, yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk sudah berbulan-bulan. Serangan nyeri dapat terus menerus atau dapat intermiten. Tetapi perasaan nyeri tersebut makin lama makin sering yang dirasakan bertambah berat, dan dirasakan berkurang bila penderita duduk sambil membungkukkan badan. Nafsu makan berkurang, mual, berat badan menurun. Untuk karsinoma pankreas di kaput biasanya disertai keluhan mata dan badan menguning, gatal-gatal.
        • Pada pengamatan jasmani tampak penderita kakhektis, kesakitan, kadang-kadang anemik, ikterik. Di perut teraba suatu massa berbenjol-benjol keras, nyeri tekan di perut atas. Posisi penderita tidur atau duduk membungkukkan badan. Gambaran tersebut sesuai dengan pendapat Seward, Spiro, Gazzard, Keynes dan Keith yang mengemukakan bahwa rasa nyeri berdenyut-denyut menjalar kepunggung, merupakan keluhan terbanyak sekitar 65%.
        • Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa sebaiknya dilakukan ultrasonografi, duodenografi hipotonik, ERCP. Pengobatan hanya bersifat simptomatik yaitu sekedar mengurangi rasa sakit.

      2. Kelainan organ di dalam rongga dada
      • Karsinoma esofagus
        • keluhan: makanan dirasasan sukar turun, dan ada disfagi sudah berbulan-bulan. Di samping itu ada rasa nyeri di perut atas dekat prosesus xiphoideus. Pada permulaaannya makanan padat yang memberikan keluhan tersebut dan dirasakan seperti tersangkut di dada, lama-lama badan bertambah mengurus, dan makin lemah. Keluhan lain yaitu; timbulnya rasa nyeri di retrosternal. Kadangkadang timbul muntah darah.
        • Pada pengamatan jasmani; tampak penderita kurus, enemik, lemah. Teraba nyeri tekan di perut atas dekat prosesus xiphoideus atau di xiphisternum.
        • Kelainan esofagus lain hampir tidak pernah memberikan keluhan nyeri epigastrik.
        • Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa perlu diperiksa radiologik dan endoskopik. Pengobatan satu-satunya hanya tindakan pembedahan.
      • Esophagitis
        • Esophagitis adalah suatu peradangan pada lapisan esofagus yang dapat bersifat akut atau kronis. Esofagitis akut dapat catarrhal atau phlegmonous , sedangkan esofagitis kronis mungkin hipertrofik atau atrofi.
        • Esofagitis disebabkan oleh infeksi atau iritasi di esofagus. Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau penyakit yang melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan iritasi di esofagus disebabkan oleh gastroesophageal reflux disease, cedera kimia oleh basa atau asam, Cedera fisik akibat terapi radiasi atau tabung nasogastrik.
        • Gejala klinis yang dialami penderita esofagitis berupa heartburn (nyeri di ulu hati / perut dan memancarkan mungkin ke leher / rahang), nyeri di perburuk setelah makan, sulit dan / atau sakit saat menelan seperti ada sesuatu di kerongkongan, mual, mulas, dan muntah, dan hilangnya nafsu makan sehingga berakibat pada penurunan berat badan.
        • Pengolahan : Untuk menegakan diagnosis dapat ditegakan dari gejala klinis, endoskopi, biopsi, maupun dengan pencitraan sinar-x dengan barium. Pengobatan untuk esofagitis tergantung pada penyebabnya. Perawatan mungkin termasuk: Obat yang menghalangi produksi asam, Antibiotik, antijamur, atau antiviral untuk mengobati infeksi dan juga Obat kortikosteroid untuk mengurangi peradangan
      • Kelainan Jantung
        • Kelainan jantung yang sering memberikan keluhan nyeri epigastrik adalah infark miokard terutama dinding inferior,  angina pektoris , perikarditis akut, kardiomiopati kongestif, aneurisma, dissecting aorta. 
        • Rasa nyeri ini menjalar ke dada, ke tenggorokan, kemudian disusul nyeri dada yang hebat seperti ditekan, sehingga penderita sukar bernafas. Di samping itu juga timbul pegal di lengan kiri dan berkeringat.
        • Pada pengamatan jasmani; tampak penderita gelisah, sakit berat, berkeringat dingin kadang-kadang tensi menurun, nadi ireguler. Gambaran tersebut sejalan dengan pendapat Seward dan Friedbergl,. yang mengemukakan bahwa setiap penderita berusia lebih dari 40 tahun dengan nyeri perut atas menjalar kedada, tidak boleh melupakan kemungkinannya serangan jantung.
        • Pengelolaan: Penderita harus segera dirawat di rumah sakit. Untuk menegakkan diagnosa harus diperiksa ECG.Diberi infus jaga dengan dextrose 5%, diit lunak, sedikit berulang kali Dalam keadaan kesakitan dapat diberikan pethidin. Penderita perlu cukup istirahat, oleh karena itu perlu diberi obat penenang.
      • Hiatus hernia
        • Hiatus hernia adalah keluarnya organ dalam rongga perut melalui bagian dinding perut yang lemah yang terjadi ketika bagian perut mendorong ke atas melalui diafragma.
        • Penyebab pasti hiatus hernia tidak diketahui. Diperkirakan bahwa sebagian besar terjadi pada orang di atas usia 50 tahun. Ini mungkin terjadi berhubungan dengan usia dimana diafragma menjadi melemah  dan memungkinkan bagian perut untuk menonjol melalui lubang di diafragma. Faktor-faktor yang meningkatkan tekanan di perut, seperti batuk biasa, angkat berat, atau obesitas, bisa meningkatkan risiko terjadinya hiatus hernia.
        • Hernia itu sendiri tidak menimbulkan gejala. Namun, jika ada hernia hiatus, maka faktor-faktor yang biasanya mencegah asam lambung refluks mungkin tidak bekerja dengan baik, akibatnya penderita akan mengeluhkan perasaan terbakar yang naik dari perut bagian atas atau dada bagian bawah ke arah leher, batuk terus-menerus, masalah gusi, bau mulut, sakit tenggorokan, suara serak, dan perasaan benjolan di tenggorokan.
        • Pengolahan : dapat dilakukan endoskopi maupun pencitraan dengan sinar-X. Dalam kebanyakan kasus, penderita tidak mengalami ketidaknyamanan dan pengobatan tidak diperlukan. Namun, ketika hiatus hernia besar, atau jenis paraesophageal, kemungkinan menyebabkan penyempitan kerongkongan dan ketidaknyamanan, dalam kondisi ini dapat di tanggulangi dengan perubahan pola hidup seperti menurukan berat badan pada obesitas,berhenti merokok, jangan mengkonsumsi alkohol, dan menghindari apa pun yang menyebabkan tekanan pada perut, seperti pakaian ketat dan korset. obat inhibitor pompa proton dan 2 H reseptor blocker juga dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam, selain itu prosedur pembedahan juga dapat dilakukan.

      3. Berbagai kelainan yang berhubungan dengan sistem pernapasan yang menyebabkan nyei dada
      • Kelainan yang berhubungan dengan saluran pernapasan seperti Kelainan paru dan pleura,Kelainan dari dinding dada seperti fraktur kosta, kelainan otot dada, kelainan otot interkostalis
      • Untuk berbagai kelainan ini dapat di baca secara lengkap disini

      4. Berbagai penyebab lain yang menimbulkan nyeri ulu hati
      • Kelainan emosi seperti kecemasan, jiwa yang tertekan
      • Pre-eklampsia 
        • Pre-eklampsia merupakan komplikasi kehamilan. Wanita dengan pre-eklampsia memiliki tekanan darah tinggi, adanya protein dalam urin, dan semakin besar risiko komplikasi serius bagi ibu dan bayi.
        • Penyebab pasti pre-eklamsia tidak di ketahui, namun resiko terjadinya pre-eklamsia berhubungan dengan kehamilan pertama atau sudah 10 tahun lebih sejak kehamilan terakhir, wanita hamil berusia 40 atau lebih, wanita hamil dengan obesitas (indeks massa tubuh (BMI) adalah 35 atau lebih), memiliki kehamilan dengan kembar dua, tiga, atau lebih dan juga adanya riwayat pre-eklampsia dalam keluarganya.
        • Pada preeklamsia  nyeri epigastrium sangat signifikan, terutama jika berat atau berhubungan dengan muntah. 
      • Aorta aneurisma
        • Nyeri akut yang menyebar ke bagian belakang atau pangkal paha. Pasien mungkin dalam kolaps kardiovaskuler. Adanya massa dirasakan pembengkakan dan kontrak dengan denyut nadi.  

        Bagaimana cara mendiagnosa nyeri ulu hati??
        • Nyeri ulu hati atau nyeri epigastrium merupakan keluhan yang sering sekali ditemukan dalam praktek sehari-hari. Kebanyakan didiagnosis penyakit lambung. Selain lambung ada organ lain yang menyebabkan keluhan nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrik, diantaranya usus, empedu, liver, pankreas, esofagus, bahkan jantung dapat mengakibatkan keluhan itu. 
        • Sebetulnya organ-organ itu tidak spesifik mengakibatkan keluhan nyeri di daerah epigastrik, tapi umumnya perut bagian atas (kanan atas, epigastrik, kiri atas). Diantara penyakit-penyakit organ itu ada yang merupakan kasus kegawat daruratan (perforasi ulkus duodenum/bocornya usus, appendisitis/usus buntu, kelainan empedu (batu empedu/radang kandung empedu), pankreatitis, infark miokard) dan ada yang bukan (gastritis/maag, tukak lambung, kanker lambung, tukak duodenum, hepatitis, abses hepar, kanker hepar, kanker esofagus).
        • Rasa nyeri atau rasa tidak enak di epigastrium merupakan keluhan umum yang sering ditemukan yang disebabkan kelainan organ di dalam rongga perut.  Untuk menentukan diagnosa rasa nyeri atau rasa tidak enak di epigastrium. harus dilakukan pengambilan anamnesa yang secermat cermatnya, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
        Anamnesis
        • Anamnesis merupakan salah satu metode yang di gunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit, metode ini di lakukan melalui wawancara kepada pasien ataupun lewat orang yang mengantar pasien jika pasien tersebut tidak dapat berkomunikasi dengan dokter. Pada anamnesis akan di kumpulkan identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin,dll), juga di kumpulkan keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. 
        • Yang harus ditanyakan pada anamnesis ialah 
          • Bagaimana sifat nyeri tersebut, apakah ada rasa pedih, merasa nyeri berdenyut-denyut, rasa nyeri hebat, dll. 
            • Timbulnya rasa pedih yang berhubungan dengan makanan biasanya disebabkan oleh kelainan lambung dan duodenum. 
            • Rasa nyeri, disertai panas badan yang berdenyut-denyut disebabkan oleh proses inflamasi dari pankreas, kandung empedu, hati. 
            • Rasa nyeri yang hebat di daerah ulu hati yang menyebabkan penderita gelisah sekali, dapat disebabkan perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akuta.
          • Apakah perasaan nyeri tersebut menyebar ke punggung, ke bahu, atau ke dada. 
            • Timbulnya rasa nyeri di daerah epigastrium yang menyebar ke punggung biasanya disebabkan oleh kelainan di kandung empedu dan pankreas. Apalagi rasa nyeri kolik disertai penjalaran ke bahu kanan akan memperkuat kemungkinannya disebabkan oleh batu kandung empedu. 
            • Lain halnya bila rasa nyeri atau rasa tidak enak di daerah ulu hati, menjalar ke dada yang dapat mengakibatkan sesak nafas, hal ini dapat disebabkan oleh kelainan esofagus dan jantung.
          • Sejak kapan penderita mengeluh rasa nyeri, pedih atau tidak enak di perut atas? Apakah perasaan tersebut terus menerus, menetap, hilang timbul, dipengaruhi oleh perubahan posisi.
            • Sebagai contoh; rasa nyeri di perut atas yang berat, dirasakan berkurang pada posisi membungkuk, biasanya disebabkan oleh kelainan pankreas.
            • Adanya nyeri yang dirasakan selama atau setelah makan atau jika berbaring terlalu cepat setelah makan. Ini merupakan gejala umum penyakit gastroesophageal reflux ( GERD )
          • Di samping keluhan nyeri, pedih tidak enak di perut atas, apakah penderita juga mengeluh mual, muntah, rasa panas seperti terbakar di perut, perut kembung, nafsu makan berkurang, sesak nafas. 
            • Misalnya pada Pankreatitis - nyeri akut yang menyebar ke belakang. Biasanya disertai dengan muntah. Rasa sakit bisa dikurangi dengan duduk ke depan.
          • Apakah penderita dapat melakukan defekasi secara teratur? 
            • Misalnya pada penyakit Irritable bowel syndrome atau Sindrom iritasi usus - menurut definisi ini telah hadir untuk setidaknya 3-6 bulan, penderita biasanya lega dengan defekasi, atau berhubungan dengan frekuensi tinja diubah atau konsistensi.
        • Dengan mengambil anamnesa secermat-cermatnya akan mudah dapat menentukan kelainan salah satu organ yang memberikan keluhan rasa nyeri, pedih, tidak enak di daerah epigastrium.
        Berbagai manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang seperti endoskopi, pencitraan radiologi, biopsi, pemeriksaan darah lengkap, estrofagoduodekopi, test PPI, USG, Angiografi dan lainnya juga dapat menunjang diagnostik.
        BACA JUGA

          DAFTAR PUSTAKA
          1. Seward C. Bedside diagnosis. Edinbrugh : Churchil Livingstone Ltd. 1974;100 — 122.
          2. Sprio HM. Clinical Gastroenterology. London: Mc Milian Ltd, 1978; 126 — 127.
          3. Gazzard BG. Common Symptoms in gastroenterology. Medicine 1980;1—8.
          4. Hadi S. Gastoenterologi, Bandung: PT Alumni, 1981; 20 — 22, 76— 160, 476 — 471, 488 — 505.
          5. Schoen AM. Acute Gastritis. In : Gastroenterology Vol I, ed Bockus HL Philadelphia: WB Saunders Co, 1968; 351—367.
          6. Hadi S, Widjojo J, Abdurachman SA. Ascaris found in stomach during panendoscopy in a patient with hemorrhagic gastritis. Proceedings in APCDE 1980 Sept., 570—574.
          7. Vilardell, Chronic Gastritis. In : Gastroentorology Vol I, ed.Bockus HL Philadelphia : WB Saunders Co 1968; 368—404.
          8. Hadi S. Klasifikasi dan diagnosa klinik Ulkus peptikum. Diajukan pada Simposium Nasional Ulkus Peptikum. Kongres Perkumpulan Gastroenterology Indonesia I, Jakarta: 10—12 September 1980.
          9. Thomson TY. Advances in Gastroentorology. Practitioner 1972; 209; 489—495.
          10. Vakil BJ, Dalai NY. Shah PH, Ahuja N. Medical management of peptic ulcer disease. Proc 5 th Asian Pasific Congress of Gastorentorolgoy Singapore:1976; 45—53.
          11. Langman M, Williams JA. Peptic ulcer and other disorders of the stomach. Med Parke 1980 Jan 19-28.
          12. Byrnes DJ, Hugh TH. Peptic ulcer and other disorders of the stomach. Medicine 1982; 1/5 : 575—582.
          13. Prolla JC, Kobayashi S, Kirsner B. Gastric Ulcer. Arch Intern Med, 1969; 124 : 238—246.
          14. Goldsmith HS, Ghosh BC, Carcinoma of the Stomach. Am J Surg 1970; 120: 317—329.
          15. Shay H ,Sun D. Diagnosis of uncomplicated chronic ulcer. In : Gastroenterology. ed Bockus HL, Philadelphia: WB Saunders 1969; 30. Bank PA. Pankreatitis. Plenum Publ Co 1979; 61—102, 189—205. 466—521.