Fisiologi dan penyakit yang berhubungan dengan sistem endokrin

ENDOKRIN DAN METABOLIK

PENDAHULUAN

Makhluk hidup terus mengembangkan struktur dan fungsinya yang kompleks, oleh karena itu integrasi berbagai komponen dalam diri makhluk hidup menjadi penting sekali bagi kelangsungan hidupnya. Integrasi ini dipengaruhi oleh dua sistem: (1) sistem saraf pusat dan (2) sistem endokrin.

Kedua sistem ini berhubungan secara embriologis, anatomis, dan fungsional. Contohnya, banyak kelenjar endokrin juga berasal dari neuroektodermal, yaitu lapisan embrional yang juga merupakan asal dari sistem saraf pusat. Selain itu, terdapat hubungan anatomis antara sistem saraf pusat dan sistem endokrin, terutama melalui hipotalamus. Akibatnya, rangsangan yang mengganggu sistem saraf pusat seringkali juga mengubah fungsi sistem endokrin. Sebaliknya, perubahan fungsi sistem endokrin dapat berakibat pada fungsi SSP. Paduan kerja sama antara sistem neuroendokrin membantu organisme memberikan reaksi maksimal terhadap rangsangan internal dan eksternal.

FUNGSI SISTEM ENDOKRIN

Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang menyekresi hormon yang membantu memelihara dan mengatur fungsi-fungsi vital seperti (1) respons terhadap stres dan cedera, (2) pertumbuhan dan perkembangan, (3) reproduksi, (4) homeostasis ion, (5) metabolisme energi, dan (6) respons kekebalan tubuh.

Jika terjadi stres atau cedera, sistem endokrin memacu serangkaian reaksi yang ditujukan untuk
mempertahankan tekanan darah dan mempertahankan hidup. Yang terutama terlibat dalam reaksi ini adalah aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal.

Tanpa sistem neuroendokrin akan terjadi gangguan pertumbuhan dan mencapai kedewasaan; demikian juga infertilitas. Yang paling banyak terpengaruh adalah aksis hipotalamus-hipofisis-gonad.

Sistem endokrin penting untuk mempertahankan homeostasis ion. Organisme mamalia hidup dalam lingkungan eksternal yang senantiasa mengalami perubahan. Tetapi sel-sel dan jaringan harus hidup dalam lingkungan internal yang konstan. Sistem endoknn ikut berperan dalam pengaturan lingkungan internal dengan mempertahankan keseimbangan natrium, kalium, air, dan asam-basa. Fungsi ini diatur oleh hormon aldosteron dan antidiuretik (ADH).

Konsentrasi kalsium juga diatur oleh fungsi endokrin. Kalsium diperlukan untuk pengaturan banyak reaksi biokimia di dalam sel-sel hidup dan untuk pengaktifan saraf normal dan fungsi sel otot. Kelenjar paratiroid mengatur homeostasis kalsium.

Sistem endokrin bertindak sebagai regulator metabolisme energi. Metabolisme basal dapat meningkat karena hormon tiroid, dan kerja sama antara hormon-hormon gastrointestinal dan pankreas akan menyediakan energi yang dipergunakan oleh sel-sel tubuh.

Terdapat interaksi antara sistem neuroendokrin dan respons kekebalan tubuh. Pengaturan kortisol dan pengeluaran sitokin berpengaruh dalam imunitas yang diperantarai oleh sel, dan sitokin seperti interleukin 6 (IL-6) dapat merangsang hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan sekresi kortisol.

HORMON

Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang mensintesis dan mensekresi zat-zat yang disebut hormon. Hormon-hormon menyebabkan perubahan fisiologik dan biokimia yang menjadi perantara berbagai pengaturan seperti yang telah dibicarakan sebelumnya. Ketika dilepaskan ke dalam aliran darah, hormon akan diangkut ke jaringan sasaran tempatnya menimbulkan efek. Efek-efek ini seringkali berupa pengaturan reaksi enzimatik yang berlangsung terus menerus.

Hormon pada umumnya disekresi dalam konsentrasi rendah sekali. Contohnya, hormon terdapat dalam darah pada konsentrasi 10-6 hingga 10-12 molar. Sebaliknya, komponen darah lainnya seperti natrium, biasanya terdapat dalam konsentrasi 10-1 molar. Meskipun konsentrasinya rendah, hormon menimbulkan efek metabolik dan biokimia yang nyata pada jaringan sasaran.

Hormon- terbagi dalam dua golongan utama: (1) steroid dan tironin, yang larut dalam lemak, dan (2) polipeptida dan katekolamin, yang larut dalam air. Selain itu, beberapa hormon tergolong sebagai glikoprotein, suatu senyawa campuran gula dan protein

Ciri utama dari hormon steroid adalah adanya struktur multisiklik, yaitu inti sikloperhidrofenantren
(Gbr. 1). Contoh-contoh hormon steroid adalah hormon korteks adrenal dan hormon yang diproduksi oleh gonad. Hormon-hormon polipeptida terdiri atas rantai-rantai asam-asam amino spesifik yang berbeda-beda panjang, berat molekul, dan komposisi asam-asam aminonya.

Suatu inti steroid. lnti ini mempunyai empat cincin: A, B, G, dan D. Nomor-nomor menunjukkan karbon-karbon di dalam molekul. Adanya gugus yang berikatan dengan karbon-karbon ini dapat diketahui dari nomor yang dipakai, Contohnya, steroid 17- hidroksi berarti mempunyai gugus hidroksi yang berikatan dengan karbon pada posisi 17.
Suatu inti steroid. 

Beberapa hormon polipeptida seperti insulin, mempunyai struktur yang lebih kompleks dengan dua rantai asam amino yang diikat oleh jembatan disulfida. Struktur molekul insulin digambarkan pada Gbr. 2. Hormon-hormon polipeptida lainnya adalah parathormon atau hormon paratiroid (PTH), hormon-hormon tropik kelenjar hipofisis (kecuali thyroid-stimulating hormone [TSH], atau tirotropin dan gonadotropin), vasopresin, dan glukagon. Contoh-contoh hormon glikoprotein adalah TSH dan gonadotropin (contohnya luteinizing hormone [LT] dan folicle-stimulating hormone [FSH]).

Struktur molekul insulin, hormon polipeptida. Hormon tersebut memiliki dua rantai, A dan B. Rantai A memiliki 21 asam amino, sedangkan rantai B memiliki 30 asam amino. Dua rantai tersebut berikatan satu sama lainnya dengan ikatan disulfida.
Struktur molekul insulin, hormon polipeptida. 

Kebanyakan hormon disintesis dalam bentuk prekursor dengan berat molekul lebih besar dan bekerja pada tahap-tahap awal yaitu sebagai prohormon. Contohnya, insulin disintesis sebagai proinsulin, suatu peptida yang-setelah melepaskan sebagian dari molekulnya, yaitu peptida C berubah menjadi struktur dua rantai. Hormon adrenokrotikotropik (ACTH) berasal dari proopiomelanokortin (POMC), suatu glikoprotein dengan berat molekul 31.000, yang setelah rangkaian proses pemecahan oleh enzim akan menghasilkan serangkaian peptida, termasuk opiat dan peptida 39 asam amino ACTH.

Selain dari hormon-hormon klasik yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar endokrin spesifik dan bekerja pada organ sasaran tertentu, masih ada sejumlah zat yang dihasilkan oleh kerja hormon, dan bekerja langsung pada sel-sel serta merangsang pertumbuhan. Beberapa zat ini mempunyai kerja yang mirip insulin, sedangkan yang lain bekerja menjadi perantara dari kerja hormon-hormon lain, seperti hormon pertumbuhan. Faktor-1 pertumbuhan yang mirip dengan insulin (IGF-1) adalah faktor pertumbuhan yang dikenal dengan baik, dihasilkan dalam jaringan di bawah pengaruh hormon Pertumbuhan, yang dapat membantu pertumbuhan jaringan. Juga ada senyawa-senyawa yang mekanisme kerjanya mirip hormon, tetapi dihasilkan oleh darah sendiri. Contohnya, angiotensin II, suatu hormon protein yang merangsang korteks adrenal, untuk menyekresi aldosteron. Angiotensin I disintesis dalam darah dari substrat renin (suatu protein hati) akibat efek katalitik renin, yaitu suatu enzim yang disekresi oleh sel-sel ginjal. Dengan hilangnya dua asam amino di paru, angiotensin I kemudian berubah menjadi angiotensin II, reaksi tersebut disebabkan oleh angiotensin- converting enzyme (ACE).

Meskipun kebanyakan hormon jelas disintesis oleh kelenjar-kelenjar endokrin, tetapi ada organ-organ tertentu yang tidak lazim dianggap sebagai kelenjar endokrin namun mengandung sel-sel yang dapat mensintesis hormon. Banyak sel itu berasal dari krista neuralis yang mampu mengambil prekursor amino, dan melakukan dekarboksilasi untuk sintesis hormon. Sel-sel ini dikatakan sebagai bagian dari sistem dekarboksilasi dan ambilan prekursor amino (APUD). Tumor-tumor yang berasal dari sel-sel ini mampu menyekresi hormon, namun karena berasal dari sel-sel yang tidak tergolong sebagai kelenjar endokrin yang lazim, maka hormonyang dihasilkan itu disebut hormon-hormon ektopik.

Banyak yang telah diketahui mengenai cara kerja hormon pada jaringan atau sel-sel sasaran. Hormon memengaruhi proses metabolik selular baik secara langsung maupun tak langsung melalui interaksi awal dengan reseptor-reseptor sel spesifik. Kombinasi dari hormon dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan-perubahan di dalam sel melalui salah satu dari dua mekanisme ini: (1) menghasilkan messenger kedua di dalam sel, atau (2) translokasi dari kompleks hormon-reseptor ke dalam inti sel, dan kemudian kompleks ini menginduksi atau mencegah sintesis protein baru oleh sel.

Hormon-hormon polipeptida dan katekolamin tampaknya bekerja melalui mekanisme messenger kedua, sedangkan hormon-hormon steroid bebas menembus membran sel dan mempengaruhi inti sel secara langsung. Secara lebih spesifik, hormon-hormon polipeptida bekerja melalui interaksi awal dengan reseptor membran sel khusus, dan akibat interaksi ini, suatu enzim yang terikat pada membran yaitu adenilat siklase teraktivasi sehingga adenosin trifosfat (ATP) diubah menjadi adenosin 3',5'-monofosfat (AMP siklik). AMP siklik kemudian berikatan dengan suatu subunit regulator dari protein kinase yang akan melepaskan suatu subunit katalitik dari enzim ini. Selanjutnya, peristiwa ini akan mengawali proses fosforilasi dari enzim kunci tertentu, maupun aktivasi atau inaktivasi potensi biologik dari enzimenzim ini (Gbr.3).

Mekanisme kerja hormon adrenokortikotropik (ACTH) yaitu satu hormon protein. ACTH mengaktivasi adenilat siklase, meningkatkan sintesis 3',5'-c AMp. Sebaliknya cAMP merangsang protein kinase, yang mengaktivasi pemutarbalikan protein dengan cepat. protein ini mempercepat pelepasan kolesterol yang digunakan dalam biosintesis dan stimulasi steroid pada konversi kolesterol menjadi pregnenolon dalam mitokondria sel. AIE adenosin trifosfat.
Mekanisme kerja hormon adrenokortikotropik (ACTH) 

Macam-macam hormon polipeptida mengaktivasi mekanisme enzim yang berbeda pula, yang menjadi perantara kerja hormon. Contohnya glukagon mengaktivasi enzim fosforilase melalui proses seperti di atas, yang menyebabkan pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi glukosa 1-fosfat. ACTH meningkatkan steroidogenesis dengan mengaktivasi satu atau beberapa enzim pada jalur steroidogenesis. Insulin terikat pada subunit alfa dari reseptor insulin, suatu glikoprotein heterotetramerik pada membran sel dan merangsang fosforilasi tirosin dari subunit beta. Maka terjadilah rangkaian fosforilasi yang menjadi sinyal untuk transpor glukosa dan perpindahan ion-ion tertentu menembus membran sel. Berbeda dengan hormon-hormon peptida, dalam menimbulkan pengaruhnya hormon-hormon steroid bekerja langsung di dalam sel dengan menembus membran sel dan berikatan dengan protein-protein reseptor sitosol. Kompleks reseptor steroid kemudian ditranslokasi ke inti sel, tempat kompleks tersebut akan terikat secara khusus pada lokusnya dalam deoksiribonukleat (DNA) dan merubah transkripsi serta menyebabkan sintesis satu atau beberapa messenger RNA (mRNA) spesifik. Produk-produk ini keluar dari inti dan berjalan ke ribosom, selanjutnya mengarahkan sintesis protein. Dengan mengubah mRNA, steroid-steroid dapat mengubah jalan sintesis protein

Mekanisme kerja hormon steroid. Hormon ini terikat pada Brotein reseptor intraselular yang nantinya akan membawa molekul steroid ke inti sel. Dalam inti sel, steroid akan memodifikasi bentuk mRNA dan mensistesis protein. DNA, asam deoksiribonukleat; Sl,hormon steroid; R protein reseptor.
Mekanisme kerja hormon steroid. 

Kesimpulannya, kerja hormon melibatkan kombinasi hormon dengan reseptor spesifiknya di dalam sel-sel yang merupakan sasaran dari kerja hormon. Fisiologi kerja hormon dan spesifisitas hormon erat berkaitan dengan interaksi hormon dengan reseptor spesifiknya.

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Sistem saraf pusat dihubungkan dengan hipofisis melalui hipotalamus; ini adalah hubungan yang
paling nyata antara sistem saraf pusat dan sistem endokrin. Kedua sistem ini saling berhubungan baik melalui hubungan saraf maupun vaskular.

Sistem portal hipofisis-hipotalamus
Sistem portal hipofisis-hipotalamus.

Seperti yang diperlihatkanpada gambar diatas, hipofisis dibagi menjadi lobus anterior dan posterior. Pada hewan pengerat, terdapat juga lobus intermedius, tetapi pada manusia, lobus tersebut berdegenerasi dan tidak benar-benar terpisah dari lobus anterior. Pembuluh darah menghubungkan hipotalamus dengan.sel-sel kelenjar hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berakhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya, dan karena itu dikenal sebagai sistem portal. Dalam hal ini, sistem yang menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut sebagai sistem portal hipotalamus-hipofisis.

Sistem portal merupakan saluran vaskular yang penting karena memungkinkan pergerakan hormon pelepasan dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis, sehingga memungkinkan hipotalamus mengatur fungsi hipofisis. Rangsangan yang berasal dari otak mengaktifkan neuron dalam nukleus hipotalamus yang menyintesis dan menyekresi protein dengan berat molekul rendah. Protein atau neurohormon ini dikenal sebagai hormon pelepas dan penghambat. Hormon-hormon ini dilepaskan ke dalam pembuluh darah sistem portal dan akhirnya mencapai sel-sel dalam kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis memberi respons terhadap hormon pelepas dengan melepaskan hormon-hormon tropik hipofisis. Dalam rangkaian kejadian ini, hormon-hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkut bersama darah dan merangsang kelenjar-kelenjar lain, menyebabkan pelepasan hormon-hormon kelenjar sasaran. Akhirnya hormon-hormon kelenjar sasaran bekerja pada hipotalamus dan sel-sel hipofisis yang memodifikasi sekresi hormon.

Sistem regulasi umpan balik tempat hormon kelenjar target mengumpan balik hipotalamus. Hipofisis melepaskan hormon tropik berikut A. corticotropin releasing hormone (cRH). B. gonadotropin-releasing hormone (GnRH). c. TSH-releasing hormone (TRA), ACTH,FSH,LH, tyrotropin
 Sistem regulasi umpan balik tempat hormon kelenjar target mengumpan balik hipotalamus. 

Gbr. 6 menggambarkan modalitas pengaturan umpan balik, tempat produk hormonal dari kelenjar
sasaran bekerja menghambat pelepasan hormon tropik hipofisis yang berhubungan, pengaturan sekresi hormon jenis ini dikenal sebagai sistem pengaturan umpan balik negatif . Pada sistem hipotalamus- hipofisis-adrenal, corticotropin- releasing hormone (CRH) menyebabkan hipofisis melepaskan ACTH. Kemudian, ACTH merangsang korteks adrenal untuk menyekresi kortisol. Selanjutnya kortisol kembali memberikan umpan balik terhadap aksis hipotalamus-hipofisis, dan menghambat produksi CRH-ACTH. Sistem mengalami fluktuasi, bervariasi menurut kebutuhan fisiologis akan kortisol. Jika sistem menghasilkan terlalu banyak ACTH, sehingga terlalu banyak kortisol, maka kortisol akan memengaruhi kembali dan menghambat produksi CRH dan ACTH. Sistem ini peka, karena produksi kortisol atau pemberian kortisol atau glukokortikoid sintetik lain secara berlebihan dapat dengan cepat menghambat aksis hipotalamus-hipofisis dan menghentikan produksi ACTH. Konsep pengaturan umpan balik mempunyai implikasi yang praktis pada pasien-pasien dengan terapi kortikosteroid menahun. Pada pasien-pasien ini, pelepasan ACTH tertekan. Jika steroid dihentikan dengan tiba-tiba, pasien dapat mengalami insufisiensi adrenal.

Contoh lain pengaturan umpan balik adalah kerja gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang merangsang hipofisis untuk menyekresi FSH dan LH. Pada perempuan estrogen mula-mula diproduksi oleh ovarium dalam jumlah kecil; kemudian estrogen mengumpan balik hipotalamus, merangsang sekresi GnRH. GnRh selanjutnya memicu pelepasan FSH dan LH, ovulasi, dan sekresi estrogen dan progesteron. Kerja estrogen merupakan salah satu contoh dari pengaturan umpan balik positif. Contoh ketiga dari pengaturan umpan balik adalah pelepasun TSH-releasing hormone (TRH) yang disekresi oleh hipotalamus dan menyebabkan hipofisis mensekresi TSH. TSH selanjutnya merangsang tiroid untuk mengeluarkan tiroksin. Tiroksin akan mempengaruhi kembali hipofisis dan menghambat produksi TRH dan TSH.

Walaupun interaksi antara hormon hipofisis dan hormon-hormon dari kelenjar sasaran terjadi melalui sirkulasi sistemik (sistem simpai panjang), tetapi ada juga interaksi lain yang terjadi antara hormon-hormon hipofisis dan hormon pelepasannya melalui sistem vaskular lokalnya (sistem simpai pendek).

Terdapat pula sistem lain yang mengatur produksi hormon yang tidak bergantung pada aksis hipotalamus-hipofisis. Salah satu contohnya adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron. Seperti yang digambarkan , ginjal memiliki sel-sel julstaglomerular (JG) yang terletak pada dinding arteriola aferen glomerulus. Sel-sel ini menyekresi enzim renin. Tekanan perfusi dalam arteriola ginjal memengaruhi produksi renin. Perubahan-perubahan tekanan darah yang mengalir melalui arteriola aferen menuju glomerulus diterima oleh reseptor yang berada dekat sel-sel JG. Kejadian ini menyebabkan perubahan dalam sekresi renin yang selanjutnya akan mengaktifkan angiotensin II, Angiotensin II merangsang produksi aldosteron oleh korteks adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi natrium pada tubulus ginjal. Bersamaan dengan reabsorpsi natrium, volume akan meningkat, tekanan di arteriola aferen meningkat, dan produksi renin terhenti. Jadi pelepasan renin, angiotensin, dan aldosteron ditentukan oleh perubahan volume dan tekanan yang terjadi pada sel-sel JG.

Regulasi sekresi aldosteron dengan sistem renin angiotensin. 1. penurunan Extracellular fluid space (ECF), penurunan tekanan arteri, perangsangan nervus, norepinefrin, dan peningkatan Na urine merangsang pelepasan renin.2. perluasan ECF, dengan melawan faktor-faktor ini, menekan pelepasan renin.
Regulasi sekresi aldosteron dengan sistem renin angiotensin. 

Gambar diatas menggambarkan modalitas pengaturan umpan balik yanglain yaitu zat-zat metabolik yang diatur oleh hormon, bekerja langsung terhadap pelepasan hormon tersebut. Pada Gbr.58, A, insulin dan glukosa digambarkan. Respons terhadap insulin akan mengubah kadar glukosa dalam darah. Ketika kadar glukosa meningkat, insulin disekresi. Jika kadar glukosa turun, insulin dihentikan, Walaupun beberapa hormon hipofisis dapat memengaruhi pelepasan insulin secara tidak langsung, tetapi tidak ada bukti yang jelas menunjukkan bahwa kelenjar hipofisis secara langsung dan spesifik mengendalikan sekresi insulin.
PTH dan kalsium juga mempunyai sistem pengaturan yang unik (lihat Gambar dibawah). Penurunan kadar kalsium merangsang sekresi PTH. Sebaliknya, peningkatan kadar kalsium akan menekan produksi PTH.

Sistem regulasi timbal balik, tempat kerja hormon substrat metabolik mengontrol pelepasan hormon. PTH, hormon paratiroid, atau parathormon
Sistem regulasi timbal balik, tempat kerja hormon substrat metabolik mengontrol pelepasan hormon. PTH, hormon paratiroid, atau parathormon.

Karakteristik fisiologis lain dari aksis hipotalamus-hipofisis adalah adanya irama. Irama merupakan gambaran umum pada banyak produksi hormon, dan irama ini berasal dari struktur otak. ACTH merupakan contoh irama yang baik, atau siklus pelepasan hormon. Pada pengukuran kadar ACTH dan kortisol setiap jam selama 24 jam, terlihat adanya peningkatan pada pagi hari, kemudian menurun dan meningkat lagi pada malam hari untuk mencapai puncaknya pada esok paginya. Tipe irama ini disebut sebagai irama diurnal atau sirkandian. Karena pelepasan hormon oleh kelenjar hipofisis terjadi dengan cepat, maka pelepasan hormon ini dikatakan juga sebagai pelepasan hormonal episodik.

lrama sirkadian sekresi kortisol
lrama sirkadian sekresi kortisol.

Gonadotropin, hormon tropik kelenjar hipofisis yang mengatur fungsi gonad, mempunyai siklus atau irama yang berbeda. Pada perempuan, pelepasan gonadotropin merupakan suatu siklus dan terjadi setiap bulan bukannya diurnal. Adanya siklus pelepasan gonadotropin yang normal merupakan ciri khas fungsi endokrin reproduksi perempuan. Sebaliknya, pada laki-laki, pelepasan gonadotropin yang sama ini tidak mempunyai sifat siklik, dan terjadi secara konstan. Jika pelepasan siklik gonadotropin pada perempuan dihentikan, terjadi penghentian siklus menstruasi normal dengan penekanan ovulasi dan fertilitas.

Siklus pelepasan gonadotropin bulanan pada menstruasi perempuan yang normal. Puncaknya adalah pertengahan siklus ketika FSH dan LH meningkat secara tiba-tiba.n
Siklus pelepasan gonadotropin bulanan pada menstruasi perempuan yang normal. Puncaknya adalah pertengahan siklus ketika FSH dan LH meningkat secara tiba-tiba.n

Ada hormon-hormon lain yang tidak dilepaskan dengan irama spontan, tetapi akibat respons terhadap rangsangan metabolik. Misalnya, hormon insulin dilepaskan akibat respons terhadap makanan yang dimakan.

PENYAKIT-PENYAKIT SISTEM ENDOKRIN

Hormon-hormon tidak langsung bekerja pada sel-sel atau jaringan, tetapi harus terlebih dulu berikatan dengan reseptor spesifik pada membran sel atau sitosol dari sel. Untuk terjadinya suatu peristiwa metabolik, seluruh langkah-langkah selanjutnya setelah interaksi hormon dan reseptor harus dalam keadaan yang utuh. Dengan demikian, jelas bahwa yang penting bukan hanya konsentrasi hormon agar dapat tercapai hasil yang baik pada aktivitas selular, tetapi juga jumlah dan afinitas reseptor terhadap hormon.

Oleh karena itu, ada dua mekanisme untuk penyakit endokrin: (1) gangguan primer yang mengubah konsentrasi hormon dan (2) gangguan primer pada mekanisme reseptor dan pasca reseptor. Umumnya penyakit-penyakit endokrin dapat dipahami melalui aktivitas-aktivitas metabolik dari hormon yang terlibat, akibat kelebihan atau kekurangan produksi atau kerja hormon. Dengan demikian, pengetahuan tentang akibat metabolik sekresi hormon yang berlebihan atau terlalu sedikit akan membantu mengenali gambaran klinis yang timbul akibat gangguan- gangguan ini. Contohnya, bila terdapat pembentukan tiroksin yang berlebihan, yaitu hormon tiroid, seseorang dapat mengalami peningkatan metabolisme basal dan produksi panas. Akibabrya, penderita hipertiroidisme memperlihatkan tingkat metabolisme basal yang tinggi, tidak tahan panas, dan berkurangnya beral badan. Sebaliknya, kekurangan tiroksin mengakibatkan efek metabolisme yang berlawanan seperti metabolisme basal yang rendah dan peningkatan kepekaan terhadap suhu dingin. Gangguan primer pada tingkat reseptor menimbulkan sindrom resistensi hormon.

Mutasi pada reseptor kortisol menurunkan ikatan hormon pada reseptor spesifiknya dan menyebabkan sindrom resistensi glukokortikoid primer. Mutasi pada reseptor hormon tiroid menyebabkan sindrom resistensi hormon tiroid. Jenis yang kedua dari gangguan perantara reseptor ini adalah penyakit Graves, yaitu suatu proses autoimun membentuk antibodi terhadap reseptor TSH, sehingga meningkatkan fungsi tiroid. Antibodi yang dihasilkan untuk melawan reseptor insulin menyebabkan sindrom resistensi insulin yang berat.

Pengobatan Penyakit Endokrin

Penanganan penyakit-penyakit endokrin didasarkan atas perubahan produksi hormon yang mendasari terjadinya penyakit tertentu. Secara sederhana, pasien dengan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya sekresi hormon diobati dengan penggantian hormon. Misalnya, pasien diabetes yang pankreasnya tidak dapat membuat insulin dalam jumlah yang cukup. Penanganan konsekuensi metabolik akibat kekurangan insulin adalah dengan pemberian insulin atau zat yang merangsang insulin. Demikian pula seorang pasien yang tidak dapat membuat cukup hormon tiroid dan menjadi hipotiroid, diobati dengan pemberian tiroksin.

Penanganan penyakit-penyakit kelebihan hormon lebih rumit karena banyaknya pilihan pengobatan yang tersedia. Pengangkatan seluruh atau sebagian kelenjar yang menghasilkan hormon yang berlebihan merupakan salah satu alternatif. Akan tetapi, pengangkatan seluruh kelenjar mengakibatkan defisiensi hormon total, sehingga harus diberikan terapi penggantian hormonal untuk memperbaiki kadar hormon sampai menjadi normal kembali. Kelenjar hipofisis dapat memberikan contoh akibat pengangkatan kelenjar seluruhnya. Karena kelenjar hipofisis mempunyai banyak fungsi-antara lain, lobus anterior menyekresi hormon-hormon tropik dan lobus posterior menyekresi hormon antidiuretik-pengangkatan kelenjar hipofisis akan mengakibatkan berhentinya sekresi dari banyak hormon atau panhipopituitarisme. Sebaliknya, pengangkatan sebagian dari kelenjar dapat menghilangkan kelebihan hormon, dan menyisakan produksi hormon yang cukup untuk memelihara fungsi normal.

Teknik pembedahan modern memungkinkan pengangkatan hanya sebagian dari kelenjar yang
mengalami kelainan. Teknik ini digunakan bila suatu tumor kecil kelenjar hipofisis menyebabkan produksi hormon yang berlebihan. Tumor dapat direseksi dengan teknik bedah mikroskopik tanpa mengangkat atau mengistirahatkan sisa kelenjar hipofisis. Pada kasus lain, pengangkatan sebagian kelenjar saja tidak mungkin dilakukan. Contohnya bila kelenjar adrenal diangkat, maka baik korteks maupun medula adrenal harus diangkat. Walaupun tubuh dapat berfungsi dengan baik tanpa medula adrenal, kapasitas tubuh untuk menyekresi katekolamin mungkin terganggu.

Alternatif lain dalam menghadapi kelebihan hormon adalah pemberian obat-obatan yang menghambat produksi hormon baik dengan menghalangi atau merusak jaringan yang menghasiikan hormon. Misalnya, pasien dengan hipertiroidisrne dapat diberikan yodium radioaktif konsentrasi tinggi. Yodium radioaktif terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid dan akan merusak sel-sel yang memproduksi tiroksin, sehingga terjadi remisi. Contoh lain adalah hiperfungsi adrenal tempat kelenjar dapat dihambat dengan obat-obatan yang mengganggu biosintesis hormon-hormon korteks adrenal.

Penekanan pembentukan hormon juga terjadi pada pemberian kontrasepsi oral. Estrogen dan pragesteron diberikan untuk menghambat pelepasan gonadotropin hipofisis, selanjutnya hal ini akan menekan fungsi ovarium dan ovulasi normal.

Singkatnya, penyakit endokrin adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan hormon; defisiensi diobati dengan mengganti hormon yang kurang, sedangkan kelebihan diobati dengan mengangkat secara pembedahan seluruh atau sebagian kelenjar yang bekerja berlebihan, atau dengan memberikan obat-obatan yang menghambat atau merusak jaringan yang membuat hormon.

DAFTAR PUSTAKA

Hubungin penulis