Penyakit akibat Cacing kremi atau Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)

Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)


Sejarah
  • Enterobius vermicularis telah diketahui sejak dahulu dan telah banyak dilakukan penelitian mengenai biologi, epidemiologi dan gejala klinisnya.
  • Enterobius vermicularis disebut juga Cacing kremi  pinworm, seatworm merupakan cacing nematoda usus dan merupakan parasit obligat.
Hospes dan Nama Penyakit
  • Manusia adalah satu-satunya hospes dan penyakitnya disebut enterobiasis atau oksiuriasis. Penyakit yang disebabkan oleh cacing kremi merupakan penyakit cacingan yang sangat susah untuk diberantas.
  • Meskipun sering dianggap bukan penyakit berbahaya, dampak yang timbul dari infeksi cacing ini bisa sangat mengganggu. Tidak sekedar rasa gatal yang ditimbulkannya. Garukan untuk mengurangi rasa gatal secara menerus dapat mengakibatkan lecet pada kulit yang apabila dibiarkan bisa berakibat pada peradangan dan infeksi di sekitar area yang gatal. Infeksi cacing kremi juga bisa menyebabkan nafsu makan menurun dan gangguan tidur penderitanya.
  • Infeksi cacing kremi dapat terjadi apabila menelan telur matang atau infektif yaitu telur yang mengandung larva ataupun melalui larva yang telah menetas di perianal lalu tertelan dan berimigrasi ke usus besar. Infeksi cacing kremi tidak memerlukan perantara. Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan makanan yang terkontaminasi telur cacing ini. 
  • Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan oleh penderita sendiri. Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal. Jika penderita sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi cacing kremi akan terjadi kembali (autoinfeksi)
Distribusi Geografik dan Epidemologi
  • Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini ditunjang oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya serta lingkungan yang sesuai.
  • Penyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Telur cacing dapat diisolasi dari debu di ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian dan tilam. Hasil penelitian maenunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3% – 80%. Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita enterobiasis adalah kelompok usia antara 5 – 9 tahun yaitu 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.
  • Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang negro. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Kuku hendaknya selalu dipotong pendek, tangan dicuci bersih sesudah makan. Anak yang mengandung cacing kremi sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur supaya alas kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat menggaruk daerah perianal. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung parasit. Pakaian dan alas kasur hendaknya dicuci bersih dan diganti setiap hari.
Penularan dapat dipengaruhi oleh :
  • Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (auto-infeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi.
  • Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.
  • Retrofeksi melalui anus; larva dari telur yang menetas di sekitar anus kembali masuk ke usus.
  • Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.
    Morfologi dan Daur Hidup
    • Telur Cacing kremi berbentuk lonjong dan lebih datar pada salah satu sisi (asimetris), berukuran 50-60 m dengan 20-30 m. dan akan matang setelah 6 jam keluar dari suhu badan. Telur memiliki lima membran: satu bagian dalam, lapisan lipoidal, tiga lapisan tengah yang dikenal sebagai membrana lucida, dan satu luar, membran yang melapisi zat putih telur telur. Adanya membran inilah yang membuat telur menjadi lengket pada anal dan membuat host menggaruk. Telur tahan terhadap disinfektan dan udara dingin, dalam keadaan lembab telur bertahan sampai 13 hari. Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur menetas di duodenum, kemudian larva cacing bergerak dan menetap sebagai cacing dewasa di yeyenum dan bagian atas ileum. Larva berbeda dari orang dewasa hanya dalam bahwa mereka lebih kecil dan melingkar.
    • Cacing betina berukuran 8 – 13 mm x 0,4 mm. Pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti sayap yang disebut alae. Seperti halnya nematoda usus yang lain, kutikula dengan tiga lapisan luar utama terbuat dari kolagen dan senyawa lainnya, disekresikan oleh epidermis. Lapisan kutikula melindungi nematoda sehingga dapat menyerang saluran pencernaan host. Bulbus esofagus jelas sekali, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh dengan telur. 
    • Cacing jantan berukuran 2 – 5 mm, juga mempunyai sayap dan ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya (?); spikulum pada ekor jarang ditemukan. 
    • Habitat cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan rongga sekum. Makananannya adalah ini dari usus. Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur.
    Daur hidup cacing kremi
    • Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang berimigrasi ke perianal, berlangsung kira-kira dua minggu sampai dua bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung kira-kira 1 bulan karena telur-telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu sesudah pengobatan.
    • Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 – 15.000 butir telur, bermigrasi ke daerah perinatal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya, migrasi ini karena cacing hanya bisa bertelur apabila ada oksigen yang cukup dan dilakukan pada waktu malam yang dipicu akibat penurunan suhu tubuh manusia pada malam hari. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan di dalam tinja, telur diletakan disekitar lipatan kulit sekitar anus, hal inilah makanya disebut pruritus ani.
    • Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang, atau bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duedonum keluar menjadi larva rabditiform berubah dua kali sebelum menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum. Setelah kopulasi cacing betina yang gravid akan berimigrasi ke prianal dan seterusnya menjadi suatu daur hidup.
     
    Daur hidup cacing kremi atau Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)
      Gejala klinis yang ditimbulkan akibat cacing kremi
      • Enterobiasis relatif tidak berbahaya, jarang menimbulkan lesi yang berarti. Gejala klinis yang paling penting dan sering ditemukan adalah rasa gatal pada anus (pruritus ani) yang timbul terutama pada malam hari. Rasa gatal ini harus dibedakan dengan rasa gatal yang disebabkan jamur, alergi dan pikiran. Rasa gatal ini akibat telur yang dilepaskan di sekitar perianal, dimana telur tersebut mengandung lapisan membran sehingga melekat pada kulit perianal dan juga karena suhu tubuh manusia turun pada malam hari, maka cacing dewasa yang mau bertelur berimigrasi ke daerah perianal, sehingga gatalnya biasanya malam.
      • Selain rasa gatal pada daerah perianal, juga rasa gatal dapat dirasakan di sekitar perineum ataupun vagina. Rasa gatal ini terjadi dikarenakan cacing dewasa bertelur di daerah perianal, dalam pengembaraannya menuju anus inilah, cacing dewasa sering tersesat lalu bersarang di bagian-bagian yang tidak seharusnya kemudian bersarang di sana untuk bertelur. Salah satunya adalah vagina, yang sering menjadi tempat bersarang cacing kremi dewasa khususnya yang betina. Di vagina, cacing kremi bisa menyebabkan gatal atau bahkan radang yang pada tingkat keparahan tertentu bisa disertai koreng. Infeksinya bahkan bisa lebih jauh lagi, cacing-cacing itu kadang menyebar hingga saluran telur sehingga bisa mengganggu sistem reproduksi.
      • Keadaan rasa gatal ini sering terjadi pada waktu malam hari hingga penderita terganggu tidurnya dan menjadi lemah. Kadang-kadang cacing dewasa muda dapat bergerak ke usus halus bagian proksimal sampai ke lambung, esofagus dan hidung sehingga menyebabkan gangguan di daerah tersebut. Cacing betina gravid mengembara dan dapat bersarang di vagina dan di tuba Fallopii sehingga menyebabkan radang di saluran telur. Cacing sering ditemukan di apendiks tetapi jarang menyebabkan apendisitis.
      • Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobius vermucularis dikemukakan oleh beberapa penyidik yaitu kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia dan masturbasi, tetapi kadang-kadang sukar untuk membuktikan hubungan sebab dengan cacing kremi.
      Diagnosis infeksi cacing kremi
      • Cacing kremi dapat dilihat dengan mata telanjang pada anus penderita, terutama dalam waktu 1-2 jam setelah anak tertidur pada malam hari. Cacing kremi berwarna putih dan setipis rambut, mereka aktif bergerak.
      • Infeksi cacing sering diduga pada anak yang menunjukkan rasa gatal di sekitar anus pada waktu malam hari. Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa. Telur cacing dapat diambil dengan mudah dengan alat anal swab yang ditempelkan di sekitar anus pada waktu pagi hari sebelum anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok). Anal swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada ujungnya dilekatkan Scotch adhesive tape. Bila adhesive tape ini ditempelkan di daerah sekitar anus, telur cacing akan menempel pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tiga hari berturut-turut.
      • Pemeriksaan hematologi darah tepi umumnya normal, hanya ditemukan sedikit peningkatan eusinofil.
      Pengobatan infeksi cacing kremi

      Perawatan umum : 
      • Penularan infeksi cacing kremi sering melalui kontak tubuh, pakaian atau sprei yang terkontaminasi parasit atau telur cacing kremi. Oleh karena itu, apabila salah satu anggota keluarga ada yang terinfeksi parasit cacing kremi, pengobatan sebaiknya dilakukan juga pada semua anggota keluarga. Hal ini diperlukan untuk mencegah penyebarannya secara menyeluruh
      • Kesehatan pribadi perlu diperhatikan terutama kuku jari dan pakaian tidur.
      • Toilet sebaiknya di bersihkan dan disiram dengan disinfektans, bila perlu setiap hari.
      Pengobatan spesifik
      • Albendazol. Diberikan dosis tunggal 400mg, diulang setelah dua minggu. bagus juga untuk pengobatan infeksi cacing kremi yang menyerang vagina.
      • Mebendazol, diberikan dosis tunggal 500 mg, diulang setelah dua minggu. Mebendazol efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi
      • Piperazin sitrat, diberikan dengan dosis 2x1g/hari, selama 7 hari berturut-turut. Dapat diulang dengan interval 7 hari. Pada anak dosisnya 25 mg/kg berat badan, sangat efektif bila diberikan padi hari diikuti minum segelas air sehingga obat sampai ke sekum dan kolon. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah.
      • Pirantel palmoat, diberikan dengan dosis 10mg/kg BB, sebagai dosis tunggal dan maksimum 1mg. Pirantel dan piperazin dosis tunggal tidak efektif terhadap stadium muda. Pengobatan sebaiknya diulang lagi 2 – 3 minggu kemudian.
      • Pirvium pamoat. Obat ini diberikan dengan dosis 5mg/KgBB (max 0,25g) dan diulangi 2 minggu kemudian. Obat ini dapat menyebabkan rasa mual, muntah dan warna tinja menjadi merah. Bersama mebendazol obat ini efektif terhadap semua stadium perkembangan cacing kremi.
      Komplikasi dan prognosis
      • Bila jumlah cacing dewasa yang cukup banyak akan dapat menyebabkan apendisitis atau usus buntu. Cacing dewasa pada wanita dapat berimigrasi kedalam vagina, uterus dan tuba fallopi dan dapat menyebabkan peradangan pada daerah tersebut.
      • Pengobatan secara periodik memberikan prognosis yang baik.



        BACA JUGA
               ·         Epidemologi soil transmitted helminth
               ·         Penyakit strongliadiasis
               ·         Penyakit askariasis
               ·         Penyakit akibat cacing kremi
               ·         Penyakit cacing cambuk (trikuriasis)

        DAFTAR PUSTAKA
        1. Buku parasitologi FK UI
        2. Al-Rufaie, H., G. Rix, P. Clemente, T. Al-Shawaf. 1998. Pinworms and postmenopausal bleeding. Journal of Clinical Pathology, 51(5): 401-402.
        3. Barnes, R. 1987. Invertebrate Zoology. Orlando, Florida: Dryden Press.
        4. Bogitsh, B., T. Cheng. 1998. Human Parasitology. San Diego: Academic Press.
        5. Brusca, R., G. Brusca. 2003. Invertebrates. Sunderland, Massachusetts: Sinauer Associates, Inc..
        6. Wen LY, Yan XL, Sun FH, Fang YY, Yang MJ, Lou LJ. A randomized, double-blind, multicenter clinical trial on the efficacy of ivermectin against intestinal nematode infections in China. Acta Trop. Jun 2008;106(3):190-4.
        7. Ariyarathenam AV, Nachimuthu S, Tang TY, et al. Enterobius vermicularis infestation of the appendix and management at the time of laparoscopic appendectomy: case series and literature review. Int J Surg. 2010;8(6):466-9.