Penyakit strongiloidiasis akibat cacing gelang

PENYAKIT STRONGYLOIDISASIS


Apa Itu Penyakit Strongiloidiasis atau Strongyloidiasis ?
  • Strongiloidiasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh infeksi cacing Strongyloides stercoralis atau cacing gelang, yang memberikan gejala klinis berupa ruam atau kemerahan, nyeri uluhati, mual, muntah, batuk, diare dan konstipasi  
  • Manusia merupakan hospes utama atau tuan rumah utama cacing Strongyloides stercoralis dalam perkembangbiakannya, parasit ini dapat mengakibatkan penyakit strongilodiasis. gangguan pada manusia disebabkan Larva cacing ini yang bisa menembus kulit manusia, lalu berkembang jadi cacing dewasa di usus, melaui paru paru, inilah penyebab utamanya.

Apa penyebab Penyakit Strongiloidiasis atau Strongyloidiasis
  • Penyebab penyakit Strongiloidiasis adalah parasit cacing dari cacing nematoda usus yaitu Strongyloides stercoralis atau cacing gelang. Strongyloides stercoralis adalah cacing yang hidup daerah hangat, daerah lembab pada daerah yang dingin jarang. Cacing masuk ke dalam tubuh ketika seseorang menyentuh tanah yang terkontaminasi, jadi cacing ini termasuk Soil Transmitted Helminths. 
  • Cacing Infeksi Strongyloides stercoralis melewati beberapa tahap perkembangan sampai menjadi cacing dewasa yang hidup di usus. Dalam tahap perkembangan biakannya dikenal ada stadium telur, stadium larva larva rabditiform, larva ini lalu berkembang menjadi menjadi larva filariform yang infektif lalu berkembang menjadi cacing dewasa. 
  • Pada manusia, gangguan atau kelainan yang disebabkan oleh infeksi parasit cacing Strongyloides stercoralis dimulai dari stadium larva filariform, dimana stadium larva ini akan menembus kulit lalu masuk ke pembuluh darah vena, larva yang masuk ke kulit ini akan menyebabkan gejala klinis pada manusia yang dikenal dengan creeping eruption. Selain itu larva yang menembus pembuluh darah ini akan sampai ke siklus paru dan menyebabkan batuk, selanjutnya larva ini berkembang menjadi cacing dewasa dan menyebabkan berbagai gangguan di usus manusia. 

 Bagaimana Daur hidup cacing Strongyloides stercoralis atau cacing gelang

Untuk mengetahui bagaimana morfologi cacing Strongyloides stercoralis, ada baiknya kita mempelajari dahulu siklus atau daur hidup cacing ini. Cacing ini mempunyai 3 macam siklus hidup yaitu :
1. Siklus langsung
  • Siklus hidup cacing ini berbeda dengan siklus hidup cacing nematoda usus lainnya, sebab yang keluar bersama feses adalah larvanya, ini berbeda dengan cacing nematoda usus lainya yang biasanya keluar bersama feses adalah stadium telurnya. Jadi pada cacing Strongyloides stercoralis larvanyalah yang keluar bersama tinja manusia. Larva ini disebut larva labditiform, sesudah 2 – 3 hari di tanah, larva rabditiform berubah menjadi larva filariform, bila larva filariform menembus kulit manusia, larva tumbuh dan masuk ke dalam peredaran darah vena dan kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru, dari paru parasit yang mulai menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring. Sesudah sampai di laring reflek batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai diusus halus bagian atas dan menjadi dewasa.
  • Siklus langsung terjadi bila iklim dingin atau keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan bagi perkembangbiakan cacing ini menjadi dewasa dialam bebas, sehingga cacing ini langsung bentuk larva filariformnya masuk langsung ke kulit.
2. Siklus tidak langsung
  • Larva rabditiform yang keluar bersama feses berubah menjadi cacing jantan dan betina bentuk bebas, sesudah pembuahan, cacing betina menghasilkan telur yang menetas menjadi larva rabditiform, larva rabditiform dalam waktu beberapa hari dapat menhasilkan larva filariform yang infektif dan masuk kedalam hospes. Jadi pada siklus ini larva rabditiform akan berkembang dahulu menjadi cacing dewasa dialam bebas, cacing dewasa dialam bebas ini kemudian bertelur dan menjadi larva rabdifor baru yang lalu berkembang menjadi larva filariform yang kemudian menginfeksi manusia.
  • Siklus tidak langsung terjadi bila iklim tropis atau keadaan lingkunagan yang optimal bagi perkembangbiakan cacing ini.
3. Auto infeksi
  • Autoinfeksi berarti memacu pada istilah siklus didalam, yaitu cacing tersebut tidak sempat di tanah. Larva rabditiform menjadi larva filariform di usus atau di daerah sekitar anus (perianal) bila larva filariform menembus mukosa atau kulit perianal, mengalami suatu lingkaran perkembangan di dalam hospes. Auto infeksi menerangkan adanya Strongyloidiasis yang persisten, mungkin selama 36 tahun, di dalam penderita yang hidup di derah non endemik. Jadi dari larva rabdiform menjadi filaform, larva filaforma menembus lapisan kulit disekitar perianal lalau masuk lagi siklus selanjutnya tanpa bersentuhan dengan tanah.
  • Siklus autoinfeksi ini paling berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian, sebab dia terus berkembang jadi banyak didalam tibuh manusia tanpa bersentuhan dengan tanah.
Daur hidup cacing Strongyloides stercoralis 
cacing Strongyloides stercoralis atau cacing gelang, menyebabkan penyakit strongiloidiasis

    Bagaimana Morfologi Cacing Strongyloides stercoralis atau cacing gelang
    • Cacing ini kecil hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Berbeda dengan cacing nematoda lainya, dimana telur cacing gelang langsung menetas didalam usus, sehingga yang keluar bersama tinja adalah bentuk larvanya yaitu larva rabdiform. Larva rabdiforma ini lalu berkembang menjadi larva filiform yang dapat bergerak melalui kulit seseorang dan masuk ke dalam aliran darah ke paru-paru dan saluran udara. Ketika cacing bertambah tua, mereka mengubur diri dalam dinding usus. Kemudian, mereka menghasilkan telur dalam usus. Cacing betina yang dapat bertelur ditemukan kira-kira 28 hari sesudah infeksi Siklus tidak langsung. Daerah di mana cacing masuk melalui kulit dapat menjadi merah dan menyakitkan. 
    • Hanya diketahui cacing dewasa betina yang hidup sebagai parasit di vilus duodenun dan yeyunum. Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2 mm. Cara berkembang biaknya diduga secara partenogenesis. Telur bentuk parasitik diletakkan di mukosa usus, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva labditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja. Cacing betina yang hidup sebagai parasit, dengan ukuran 2,20 x 0,04 mm, adalah seekor nematoda filariform yang kecil, tak berwarna, semi transparan dengan kutikulum yang bergaris halus. Cacing ini mempunyai ruang mulut dan oesophagus panjang, langsing dan silindris. Sepanjang uterus berisi sebaris telur yang berdinding tipis, jenih dan bersegmen. Cacing betina yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang hidup sebagai parasit, menyerupai seekor nematoda rabditoid khas yang hidup bebas dan mempunyai sepasang alat reproduksi. Cacing jantan yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang betina
    • Telur dari bentuk parasitik, sebesar 54 x 32 mikron berbentuk bulat oval dengan selapis dinding yang transparan. Bentuknya mirip dengan telur cacing tambang, biasanya diletakkan dalam mukosa usus, telur itu menetas menjadi larva rabditiform yang menembus sel epitel kelenjar dan masuk kedalam lumen usus serta keluar bersama tinja. Telur jarang ditemukan di dalam tinja kecuali sesudah diberi pencahar yang kuat.
    Distribusi cacing gelang ini terutama terdapat di daerah tropik dan subtropik, sedangkan didaerah yang beriklim dingin jarang ditemukan. Perkembangbiakannya juga pada daerah pedesaan, terutama yang kebersihan lingkungannya tidak terjamin. Pada iklim dingin dia akan mengalami siklus langsung atau autoinfeksi. Daerah yang panas, kelembaban tinggi dan sanitasi yang kurang, sangat menguntungkan cacing Strongyloides sehingga terjadi daur hidup yang tidak langsung. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur, berpasir dan humus.

    Gejala klinis penyakit Strongiloidiasis
    • Banyak orang yang terinfeksi biasanya tanpa gejala pada awalnya. Gejala meliputi dermatitis: bengkak, gatal, currens larva, dan perdarahan ringan di tempat di mana kulit telah ditembus. Jika parasit mencapai paru-paru, dada mungkin merasa seolah-olah itu terbakar atau nyeri epigastrium, dan mengi atau sesak nafas dan batuk bisa terjadi, bersama dengan gejala seperti pneumonia (sindrom Löffler ). Jika cacing menjadi desawa di usus akhirnya bisa menyerang, menyebabkan nyeri terbakar, kerusakan jaringan, sepsis, dan ulkus pada usus. Dalam kasus yang parah, edema diusus dapat menyebabkan obstruksi pada saluran usus, serta hilangnya kontraksi peristaltik.
    • Gejala yang paling khas adalah sakit perut, umumnya sakit pada ulu hati seperti gejala ulcus ventriculi, diare dan urticaria; kadang-kadang timbul nausea, berat badan turun, lemah dan konstipasi. Timbulnya dermatitis yang sangat gatal karena gerakan larva menyebar dari arah dubur; dapat juga timbul peninggian kulit yang stationer yang hilang dalam 1-2 hari atau ruam yang menjalar dengan kecepatan beberapa sentimeter per jam pada tubuh. 
    • Walaupun jarang terjadi, autoinfeksi dengan beban jumlah cacing yang meningkat terutama pada penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dapat menyebabkan terjadinya strongyloidiasis diseminata, terjadi penurunan berat badan yang drastic, timbul kelainan pada paru-paru dan berakhir dengan kematian. Pada keadaan seperti ini sering terjadi sepsis yang disebabkan oleh bakteri gram negatif.  Pada stadium kronis dan pada penderita infeksi berulang serta pada penderita infeksi human T-cell lymphotrophic virus (HTLV-1) ditemukan eosinofilin ringan (10%-25%). Eosinofilia ringan juga dijumpai pada penderita yang mendapatkan kemoterapi kanker, sedangkan pada strongyloidiasis disseminata jumlah sel eosinofil mungkin normal atau menurun.
    Berbagai gejala klinis yang dapat ditimbulkan oleh Strongyloidiasis stercoralis

    Manifestasi gastrointestinal
    Gejala gastrointestinal tidak jelas, termasuk kram perut epigastrium, gangguan pencernaan, anoreksia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare kronis, sembelit, pruritus ani, kembung dan, jarang obstruksi usus halus. Strongyloides merupakan penyebab penting gagal tumbuh dan cachexia di anak imunokompeten.
    Manifestasi paru
    Gejala yang dihasilkan akibat dari migrasi larva.   Migrasi larva melalui paru-paru menghasilkan pneumonitis yang menyerupai sindrom Loeffler. Gejala-gejala termasuk batuk produktif, kadang dengan  dahak darah bisa bercampur darah, dyspnea, nyeri pleuric dan demam. Strongyloidiasis juga dapat menghasilkan sindrom klinis yang meniru baik asma atau pneumonia.
    Manifestasi Dermatologic
    Penetrasi kulit dengan larva infektif dapat menimbulkan gatal, papul papul pada kulit atau lesi papulovesikular. Biasanya, penetrasi larva pada kulit terutama di kulit kaki yang sering bersentuhan dengan tanah, tetapi mungkin juga dibagian tubuh lain yang bersinggungan dengan tanah. bisa juga disekitar anus, jika mengalami daur hidup autoinfeksi
    Manifestasi Neurologis dan lainya  (strongyloidiasis parah)
    Gangguan mental, kejang fokal, meningitis, abses otak atau kaku kuduk mungkin menunjukkan keterlibatan saraf pusat  (SSP). Gejala meningitis mungkin termasuk sakit kepala, mual, muntah, dan, dalam kasus yang ekstrim, koma.
    Granulomatosa hepatitis dan invasi parasit jantung, ginjal, peritoneum, kelenjar getah bening, pankreas, prostat, ovarium, tiroid, paratiroid atau mungkin gangguan lainya.

      Bagaimana Cara-cara Penularan
      • Larva infektif (filaform) yang berkembang dalam tinja atau tanah lembab yang terkontaminasi oleh tinja, menembus kulit masuk ke dalam darah vena di bawah paru-paru. Di paru-paru larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli, bergerak naik menuju ke trachea kemudian mencapai epiglottis. Selanjutnya larva turun masuk kedalam saluran pencernaan mencapai bagian atas dari intestinum, disini cacing betina menjadi dewasa. Cacing dewasa yaitu cacing betina yang berkembang biak dengan cara partogenesis hidup menempel pada sel-sel epitelum mukosa intestinum terutama pada duodenum, di tempat ini cacing dewasa meletakkan telornya. Telor kemudian menetas melepaskan larva non infektif rhabditiform. Larva rhabditiform ini bergerak masuk kedalam lumen usus, keluar dari hospes melalui tinja dan berkembang menjadi larva infektif filariform yang dapat menginfeksi hospes yang sama atau orang lain. Atau larva rhabditiform ini dapat berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina setelah mencapai tanah. Cacing dewasa betina bebas yang telah dibuahi dapat mengeluarkan telur yang segera mentas dan melepaskan larva non infektif rhabditiform yang kemudian dalam 24-36 jam berubah menjadi larva infektif filariform.Kadangkala pada orang-orang tertentu, larva rhabditiform dapat langsung berubah menjadi larva filariform sebelum meninggalkan tubuh orang itu dan menembus dinding usus atau menembus kulit di daerah perianal yang menyebabkan auotinfeksi dan dapat berlangsung bertahuntahun.
      Masa Inkubasi
      • Waktu yang diperlukan mulai saat larva infektif filariform menembus kulit sampai ditemukan larva non infektif rhabiditform dalam tinja penderita adalah 2-4 minggu. Sedangkan waktu dari masuknya larva infeksi sampai timbul gejala tidak pasti, bervariasi dari orang ke orang.
      Masa penularan:
      • Selama cacing dewasa ada dalam usus dan dapat berlangsung hingga 35 tahun jika terjadi autoinfeksi.
      Kerentanan dan kekebalan
      • Setiap orang rentan terhadap penularan cacing ini. Imunitas setelah infeksi cacing tidak terbentuk dalam tubuh manusia, imunitas hanya terbentuk pada percobaan laboratorium. Penderita AIDS dan penderita tumor ganas atau mereka yang mendapatkan pengobatan yang menekan sistem kekebalan tubuh dapat rentan terhadap infeksi cacing ini.

      Bagaimana cara diagnosis Penyakit strongiloidiasis
      • Diagnosis klinis tidak pasti karena strongiloidiasis tidak memberikan gejala klinis yang nyata. Diagnosis pasti ialah bila menemukan larva rabditiform dalam tinja segar, dalam biakan atau dalam aspirasi duodenum. Biakan tinja selama sekurang-kurangnya 2 x 24 jam menghasilkan larva filariform dan cacing dewasa Strongyloides stercoralis yang hidup bebas. 
      • Pada pemeriksaan hematologi dapat dilakukan pemeriksaan Tes antigen darah untuk S. stercoralis melalui tes ELISA, Hitung darah lengkap dengan diferensial, Jumlah jumlah eosinofil dalam darah. Selain itu dapat pula dilakuakan Aspirasi duodenum untuk memeriksa S. stercoralis dan Kultur dahak untuk memeriksa S. stercoralis atau juga Foto toraks juga bisa dilakukan untuk bisa menunjukkan infiltrat paru, konsolidasi atau kavitasi

      Diagnosa Banding penyakit strongiloidiasis
      • Akut Respiratory Distress Syndrome
      • Asma
      • Penyakit Paru Obstruktif Kronik
      • Diverticulitis
      • Ileus
      • Penyakit inflamasi usus
      • Loffler Syndrome
      • Pediatric Kolera
      • Peritonitis dan Sepsis
      • Pneumonia pada Pasien immunocompromised

      Bagaimana penatalaksanaan strongiloidiasis

      Tindakan pencegahan
      • Buanglah tinja di jamban yang saniter. Lakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat untuk benar-benar memperhatikan kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan. Gunakan alas kaki di daerah endemis. Sebelum memberikan terapi imunosupresif kepada seseorang, Pastikan bahwa orang tersebut tidak menderita strongyloidiasis.
      • Periksa semua anjing, kucing, kera yang kontak dekat dengan manusia, obati binatang yang terinfeksi cacing ini. Laporan ke Dinas Kesehatan setempat: Penyakit ini tidak wajib dilaporkan, Kelas 5 (lihat tentang laporan penyakit menular).Tidak diperlukan Isolasi ataupun karantina Tindakan disinfeksi: Membuang feces secara saniter. Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Terhadap anggota keluarga penderita dan penghuni asrama dimana ada penderita dilakukan pemeriksaan Kalau-kalau ada yang terinfeksi.
      Pengobatan spesifik dengan obat 
      • Karena adanya potensi untuk autoinfeksi dan penularan kepada orang lain, semua penderita tanpa melihat jumlah cacing yang dikandungnya harus dilakukan pengobatan dengan ivermectin (Mectizan®), Thiabendazole (Mintezol®) atau albendazole (Zentel®). Perlu diberikan pengobatan ulang.
      • Dahulu tiabendazol merupakan obat pilihan dengan dosis 25 mg per kg berat badan, satu atau dua kali sehari selama 2 atau 3 hari. Sekarang albendazol 400 mg satu/dua kali sehari selama tiga hari merupakan obat pilihan. Mebendazol 100 mg tiga kali sehari selama dua atau empat minggu dapat memberikan hasil yang baik. Mengobati orang yang mengandung parasit, meskipun kadang-kadang tanpa gejala, adalah penting mengingat dapat terjadi autoinfeksi. Perhatian khusus ditujukan kepada pembersihan sekitar daerah anus dan mencegah terjadinya konstipasi

      Prognosis
      • Pada infeksi berat strongilodiasis dapat menyebabkan kematian
      BACA JUGA
              ·         Epidemologi soil transmitted helminth
              ·         Penyakit strongliadiasis
              ·         Penyakit askariasis
              ·         Penyakit akibat cacing kremi
              ·         Penyakit cacing cambuk (trikuriasis)

      DAFTAR PUSTAKA
      1. Gandasuda, Srisasi 2006. Parasit Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
      2. F.Ganong,William.2003.Medical Physiologi.Medical publishing division
      3. Guyton and Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders
      4. Maguire JW. Nematoda usus (cacing gelang). Dalam: Mandell GL, Bennett JE, Dolan R, eds. Mandell, Douglas, dan Prinsip Bennett dan Praktek of Infectious Diseases . 7th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Churchill Livingstone, 2009: chap 287
      5. Diemert DJ. Intestinal nematode infections. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman's Cecil Medicine . 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011: chap 365.