Macam tingkat kesadaran dan penyebab penurunan kesadaran

                         PENYEBAB GANGGUAN KESADARAN PADA ANAK


PENDAHULUHAN


           Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Interaksi antara hemisfer serebri dan formatio retikularis yang konstan dan efektif diperlukan untuk mempertahankan fungsi kesadaran.
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
  • Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
  • Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
  • Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
  • Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
  • Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
  • Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

PENYEBAB PENURUNAN TINGKAT KESADARAN PADA ANAK

Trauma
        Trauma dapat menyebabkan gangguan kesadaran lewat beberapa mekanisme, yaitu pendarahan subdural, pendarahan epidural serta kontusio. Pendarahan subdural paling sering disebabkan trauma dan harus dicurigai pada setiap kasus gangguan kesadaran setelah trauma kepala. Diagnosis pasti dengan CT-Scan (gambaran bulat sabit) dan terapi dengan evakuasi surgikal. Pendarahan subdural, terutama bila terjadi bilateral, disebabkan trauma non-kecelakaan, misalnya shaken baby syndrome atau kekerasan pada anak. Gejala pada infant biasa tidak spesifik, sedang anak biasa datang dengan sakit kepala hebat, meningismus, fotofobia dan tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial. Pasien juga bisa mengalami demam tidak tinggi, leukositosis dan pendarahan retina subhyaloid. CSF mengandung darah dan glukosa rendah. CSF xantokromia menunjukkan pendarahan sudah terjadi lebih dari 10 jam.

            Hematoma epidural karena robeknya arteri meningea media juga paling sering disebabkan oleh trauma. Setelah trauma sering terjadi interval lusid di mana tidak ada gejala klinis yang muncul, diikuti sakit kepala, muntah, kejang dan defisit neurologis fokal. Diagnosis dengan CT-Scan yang menunjukkan gambaran bayangan bikonveks yang menekan hemisfer serebri. Terapi dengan evakuasi surgikal. Kontusio menyebabkan defisit neurologis lewat edema korteks.

        Anak dengan gangguan status mental, demam, muntah dan/atau kekakuan leher harus dicurigai mengalami infeksi SSP. Pada neonatus kecurigaan harus lebih ditingkatkan karena tidak khasnya gejala pada neonatus.  Jika ada kecurigaan infeksi SSP, harus dilakukan pungsi lumbal. Pungsi sebaiknya dilakukan sebelum terapi, namun pungsi tidak boleh menunda pemberian terapi. Tekanan awal harus diukur dengan pasien berbaring posisi lateral dekubitus dan kaki ekstensi. CSF harus diperiksa sitologi, kadar glukosa, protein dan kultur. Kultur darah juga perlu dilakukan, mengingat sebagian besar meningitis bakteri memberikan hasil positif. Sebelum hasil kultur keluar, dapat langsung diberikan terapi empirik. Untuk anak berusia di bawah 3 bulan diberikan ampicillin dan cefotaxime/gentamicin, sedang di atas 3 ulang ceftriaxone/cefotaxime dan acyclovir.

Vaskular/Stroke
            Anak juga bisa mengalami stroke hemoragik dan iskemik. Yang berbeda adalah faktor resiko terjadinya stroke. Penyebab tersering stroke iskemik anak adalah penyakit jantung kongenital dan penyakit jantung didapat (penyakit jantung rematik, atrial myxoma, endocarditis). Penyebab lain misalnya gangguan darah (koagulopati, sickle cell disease), penyakit vaskular, vaskulopati, diseksi aorta dan trauma. Namun ada 25% anak dengan stroke iskemik tidak memiliki penyebab yang jelas.
               Untuk stroke hemoragik, penyebab terseringnya adalah rupturnya malformasi arterivena atau aneurisma. Pasien datang dengan tanda-tanda kenaikan tekanan intrakranial seperti pusing dan muntah. Ini berbeda dengan pasien stroke iskemik yang biasanya datang dengan defisit neurologis fokal. Jika darah terdapat di ruang subaraknoid, biasanya setelah beberapa jam juga terdapat meningismus dan fotofobia.  

Tumor
          Tumor SSP adalah tumor solid tersering pada anak. Pada anak di bawah 1 tahun, kebanyakan tumor terletak supratentorial, sedang pada anak yang lebih tua tumornya terletak infratentorial. Tumor otak menyebabkan gejala lewat kenaikan tekanan intrakranial atau lewat efek lokal massa pada struktur sekitarnya. Gejala bisa terjadi dalam hitungan bulan, atau akut jika terjadi masalah pendarahan. Tidak seperti pada orang dewasa, pada anak sangat jarang didapati tumor dari metastasis. Kortikosteroid sangat berguna dalam mengurangi edema otak vasogenik terkait tumor dan memperbaiki defisit neurologisnya. Terapi lain adalah eksisi, radioterapi dan kemoterapi, tergantung lokasi dan perjalanan lesi.

Kenaikan Tekanan Intrakranial/Hidrosefalus
             Kenaikan TIK harus dicurigai pada anak dengan perubahan status mental dan sakit kepala yang memberat dengan bersin, batuk, membungkuk atau berbaring. Tanda lain misalnya perubahan kepribadian, muntah, diplopia dan gangguan melirik ke atas (sunset sign). Diplopia terjadi karena regangan N.VI. Gangguan melirik ke atas disebabkan tekanan pada regio pretektal midbrain. Lingkar kepala serta ubun-ubun harus diperiksa untuk mencari tanda kenaikan TIK. 
         Pasien hidrosefalus dengan shunt yang mengalami kenaikan TIK bisa saja mengalami kegagalan shunt. Pasien ini harus menjalani CT-Scan. Jika terdapat massa dengan efek SOL, edema serebri unilateral atau hidrosefalus obstruktif, dibutuhkan tindakan oleh bedah saraf. Terapi pada kondisi lain bisa berupa elevasi kepala, mengurangi prosedur invasif, penggunaan zat hiperosmolar dan hiperventilasi.

Metabolik
          Ada banyak sekali gangguan metabolik yang bisa menyebabkan gangguan kesadaran: hipo/hipernatremia, hipo/hiperkalsemia, hipo/hiperglikemia, uremia, gagal hati, dll. Oleh karena itu, setiap pasien dengan gangguan kesadaran harus diperiksa serum elektrolit, glukosa serta fungsi hati dan ginjal. Hipoglikemia merupakan kondisi yang harus dengan cepat ditangani. Tubuh bisa mengkompensasi hipoglikemia selama 60-90 menit, namun setelah munculnya kelemasan (flaccidity) dan hiporefleks, glukosa harus diberikan dalam 15 menit. Pada hipoglikemia, pemberian glukosa biasanya akan segera memperbaiki tampilan klinis (hitungan detik untuk pemberian per IV dan 15-30 menit untuk per NGT). Infant atau anak dengan gangguan perkembangan, letargi, gangguan makan, muntah, kuning, apnea, hipo/hipertonia, ataksa, gangguan perkembangan, kejang dan gangguan kesadaran perlu dicurigai inborn error of metabolism dan dievaluasi AGD, serum laktat, piruvat, amonia dan urinalisis.

Ingesti/Intoksikasi Substansi
        Ingesti substansi toksik sering datang dengan gangguan kesadaran. Tanyakan riwayat pengobatan anak, serta obat-obatan yang ada di rumah mengingat adanya kemungkinan ingesti disengaja atau tidak. Pada pemeriksaan fisik juga harus dicari tanda-tanda yang mengarahkan dugaan ke zat tertentu. Tanda-tandanya bisa dilihat pada tabel di bawah ini. Namun apapun dugaan zatnya, sangat penting untuk mengambil sample urin untuk menyingkirkan dugaan intoksikasi zat multiple. 
Lehman RK, Mink J. Altered mental status. Pediatric emergency medicine 2008: Jun; 9(2): 68-75






Inflammatory
Acute disseminated encephalomyelitis (ADEM) adalah penyakit demyelinisasi yang biasanya terjadi setelah infeksi atau imunisasi. Biasa terjadi paska rubeola, rubella, varicella, herpes zoster, gondongan, ISPA atas dan M. pneumonia. Pasien datang dengan kesadaran menurun, kejang dan defisit neurologis fokal. MRI menunjukkan adanya banyak plak demyelinisasi, dan bisa sampai meliputi substansi grisea.

 Hyperthermia
Pada temperatur 42-43oC, tubuh tidak mampu mencukupi kebutuhan metabolik neuron SSP sehingga terjadi gangguan kesadaran. Penyebab hipertermia tersering adalah kenaikan temperatur lingkungan, biasa disebut heat stroke. Penyebab lain adalah status epileptikus, rekasi idiosinkrasi terhadap anestesi inhalasi, obat antikolinergik dan kerusakan hipotalamus. Pemeriksaan fisik menunjukkan pupil yang masih reaktif dan kenaikan tonus otot menyeluruh. Terapi dengan mendinginkan tubuh pasien dengan spons sampai 39oC dengan air dingin atau dengan evaporasi.

Demikianlah posting saya kali ini, mengenai penyebab penurunan kesadaran pada anak.