MENINGITIS
Meningitis adalah
infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater, arakhnoid dan dalam
derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial
Berdasarkan lapisan selaput
otak yang mengalami radang maka meningitis dibagi menjadi
- Pakimeningitis : yang mengalami radang adalah
duramater.
- Leptomeningitis
: yang mengalami radang adalah araknoid dan piamater.
Selanjutnya
yang dimaksud dengan meningitis adalah leptomeningitis.
Berdasarkan penyebabnya
meningitis dibagi menjadi :
1.
Meningitis karena bakteri .
2.
Meningitis karena virus
3.
Meningitis karena riketsia
4.
Meningitis karena jamur
5.
Meningitis karena cacing
6.
Meningitis karena protozoa.
Menurut perubahan yang terjadi
pada cairan otak, meningitis dibagi menjadi 2 golongan yaitu
- Meningitis purulenta
Likuor serebrospinal keruh
karena mengandung pus atau nanah. Nanah ialah campuran leukosit hidup dan yang
mati, jaringan yang mati dan bakteri. Penyebab yang
umum adalah Streptoccocus, Staphyloccocus,
kadang-kadang Pneumoccocus.
- Meningitis serosa
- Likuor serebrospinal jernih
meskipun mengandung jumlah sel dan protein yang meninggi. Penyebab paling
sering dijumpai adalah kuman tuberkulosis. Kausa lain adalah virus.
Penyebab meningitis
Umum
Neisseria meningitides
Streptococcus
pneumoniae
Staphylococcus
Haemophilus
influenzae
Enteroviruses
Mumps virus
Penyebab yang jarang
Mycobacterium tuberculosis
Listeria monocytogenes
Gram negative bacilli
Leptospira
Borrelia
burgdorferi
HIV
Cryptococcus neoformans
Pada neonatus
Group B streptococci
Escherichia coli
Other gram
negative bacilli
Listeria monocytogenes
Staphylococcus aureus
Gejala-gejala umum meningitis :
Keluhan pertama biasanya nyeri
kepala. Rasa nyeri dapat menjalar ke tengkuk dan punggung. Demam, fotofobia
tengkuk menjadi kaku. Kesadaran menurun. Kaku kuduk disebabkan karena
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus,
yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung berada dalam
sikap hiperekstensi. Tanda Kernig’s dan Brudzinski positif.
Pada meningitis bakteri yang berat juga terdapat
tanda seperti edema otak dan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai
penurunan kesadaran, mual, muntah dan kejang. Pada neonatus terdapat apatis, iritabilitas, letargi, pada
orang tua atau pada pasien immunocompromised dapat berupa demam, bingung.
Komplikasi
- “Disseminated intravascular coagulation (DIC)”
- Encephalitis
- Kejang
- Demam yang menetap
- “Syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)”
Pengobatan yang cepat dan tepat dapat mengurangi resiko kerusakan otak dan
komplikasi lebih lanjut, yaitu:
- Perubahan tingkah laku dan kepribadian
- Hilangnya penglihatan(sebagian / total)
- Cerebral palsy
- Hilangnya pendengaran (sebagian / total)
- Retardasi mental
- Paralisis (sebagian / total)
- “Speech loss (partial / total)”
Meningitis
bakteri yang berat juga dapat menyebabkan opistotonus, koma, dan kematian.
Diagnosis
suatu meningitis pertama kali ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan analisis
cairan cerebrospinal .
Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kaku leher, sakit kepala yang berat, dan demam
merupakan indikasi dari meningitis. Bisa saja terdapat sakit yang sangat pada
saat menggerakkan leher. Leher dapat menjadi sangat kaku sehingga pada saat
digerakkan tubuh juga akan ikut bergerak. Tanda fisik lain yang dapat dilihat
adalah mata yang membengkak / edema
menandakan adanya peningkatan tekanan intrakranial, dan dapat juga ada ‘skin
rash’.
Computed
tomography (CT scan) / magnetic resonance imaging
(MRI scan) dari otak dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa.
Tes
laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, kultur darah, dan
“spinal tap”. Pada pemeriksaan
hitung jenis akan memperlihatkan leukosit yang meningkat apabila ada infeksi di
dalam tubuh. Kultur darah dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri yang ada
dalam darah.
“Spinal tap”, atau lumbal punksi, merupakan pemeriksaan yang
penting untuk meningitis.
Penatalaksanaan
Pengobatan
dilakukan sesuai dengan tipe meningitis dan organisme yang menyebabkan.
Meningitis virus
Biasanya dilakukan pengobatan secara paliatif. Pengobatan paliatif meliputi tirah baring, terapi
cairan untuk mencegah dehidrasi, dan analgetika (misal aspirin, acetaminophen)
untuk mengurangi demam.
Meningitis
yang disebabkan oleh virus herpes dapat diobati dengan menggunakan
antiviral seperti acyclovir atau ribavirin. Efek samping dari
pengobatan ini antara lain mual, muntah, dan sakit kepala.
Meningitis bacterial
Biasanya pengobatannya adalah antibiotik intravena di
rumah sakit untuk mencegah komplikasi yang serius dan kerusakan neurologi..
Bila sakit sangat parah maka
diobati dengan antibiotik yang dikombinasi. Penicillin yang dikombinasikan
dengan cephalosporin,
cefotaxime biasa digunakan. Karena beberapa bakteri resisten terhadap obat ini,
vancomycin, dengan atau tanpa rifampin, ampicillin, dan gentamicin dapat
ditambahkan untuk mencegah resistensi pneumococcal strains dan Listeria
monocytogenes.
Efek samping yang dapat terjadi adalah sakit pada perut, mual, muntah, dan diare. Bila hasil kultur dari cairan
cerebrospinal telah diketahui kuman penyebabnya maka antibiotik yang diberikan
disesuaikan dengan jenis kumannya.
Amphotericin B
dan fluconazole merupakan obat yang efektif untuk penyakit yang disebabkan oleh
jamur dan merupakan obat lini pertama yang digunakan untuk meningitis yang disebabkan fungi. Obat tersebut dapat diberikan
tunggal atau dikombinasi.
Efek samping
yang mungkin ditimbulkan oleh fluconazole adalah mual dan muntah, diare, sakit
kepala, “skin rash”, dan sakit pada abdomen. Pengobatan melalui intravena untuk amphotericin B juga
dapat menimbulkan efek yang sama, seperti keringat dingin dan demam, nadi yang
lambat, hipotensi, sakit seluruh badan dan berat badan menurun.
Meningitis karena parasit umumnya diobati dengan derivat benzimidazole atau obat antihelmintik.
Komplikasi yang timbul juga harus diobati. Kortikosteroid (misal, dexamethasone) dapat mengurangi
faktor resiko hilangnya pendengaran. Peningkatan tekanan intrakranial mungkin
dapat dikurangi dengan diuretik (misal, mannitol) dan pembedahan pemasangan
shunt.
Prognosis
Meningitis
karena bakteri mencapai 25% dari kasus yang ada. Pasien dengan meningitis yang
disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan pasien yang berumur kurang
dari 2 tahun atau di atas 60 tahun mempunyai prognosis yang buruk. Pengobatan
yang tepat dengan pemberian antibiotik dapat mengurangi resiko kematian pada
meningitis bakteri sampai dengan 15%.
Meningitis
virus yang menetap dalam 7–10 hari akan
fatal (1% dari kasus).
Pencegahan
Imunisasi
dengan vaksin dibawah ini efektif untuk mencegah meningitis:
- Haemophilus influenzae tipe B
- MMR (measles, mumps, rubella)
- Neisseria meningitides
- Pneumococcal (anak berumur 2 tahun
dan yang lebih muda)
- Streptococcus pneumoniae
- Varicella (chickenpox)
Pengobatan seperti
rifampin, ceftriaxone , dan ciprofloxacin juga digunakan untuk mencegah
berkembangnya meningitis bakteri pada orang yang terpapar/ terekspose untuk terkena
penyakit.