PENYAKIT JANTUNG REUMATIK (PJR)
Sebelum kita membahas tentang penyakit jantung rematik, ada baiknya kita membahas cara diagnosa penyakit jantung rematik, yaitu:
Anamnesis
Anamnesis
pada penderita demam jantung reumatik harus dilakukan dengan seksama mulai dari
menyanyakan identitas pasien antara lain : nama, alamat, umur, jenis kelamin,
agama, ras, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan sebagainya. Kepentingan dari mengetahui
identitas pasein adalah bagaimana keadaan sosial dan kebiasaan yang sering
dilakukan hal ini terpaut dengan kerentanan adanya infeksi dari Streptococcus
beta hemolitikus grup A. Umur juga menjadi faktor yang cukup penting untuk
mendiagnosis dari demam jantung reumatik karena keseringan kejadian ini terjadi
pada usia 5 hingga 15 tahun. Sedangkan untuk usia diatas 21 tahun kejadiannya
sangat jarang ditemukan.
Riwayat
penyakit yang pernah diderita merupakan salah satu cara mendiagnosis dengan
mengunakan kriteria Jones. Adanya riwayat infeksi saluran nafas yang sering
atau adanya kejelasan bahwa infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh
Streptococcus beta hemolitikus grup A. Riwayat penyakit terdahulu seperti sakit
sendi demam dan cepat lelah juga merupakan salah satu tanda bahwa pernah adanya
infeksi yang patut diduga bahwa hal
terserbut sisebabkan oleh streptococcus beta hemolitikus grup A. Selain itu
yang patut diperhatikan adalah adanya kemungkinan pengobatan eradikasi yang
tidak sempurna pada saat infeksi kuman terserbut.
Keluhan
utama yang sering dikeluhkan pasien adalah adanya sakit pada sendi yang
berpindah dan adanya sesak nafas. Keluhan-keluhan lain yang juga harus diteliti
adalah adanya 5 gejala major antara lain adanya arthritis ditandai dengan
adanya sakit pada sendi yg disertai sakit pada sendi. Karditis yang paling
sering ditandai dengan adanya sesak nafas dan cepat lelah. Chorea yang ditandai
dengan adanya kelemahan pada otot. Nodul subkutan dan adanya eritema marginatum
dimana nodul subkutan yaitu adanya benjolan pada kulit tanpa nyeri dan eritema
marginatum yaitu adanya bercak merah muda pada kulit dengan sisi yang berbatas
tegas.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi pernapasan, denyut nadi, berat
badan, tinggi badan. Pemeriksaan tanda vital pada pasien ini berfungsi untuk
mengetahui kondisi umum dari pasien. Pada penderita demam jantung rematik
dengan komplikasi yang parah seperti insufisiensi mitral akan didapatkan
tanda-tanda gagal jantung yaitu dispneu dan mungkin juga terjadi denyut nadi
yang cepat untuk mengkompenasasi kekuranagan aliran darah yang masuk ke aorta.
Beberapa kelainan dari tanda vital juga akan diketemukan pada penyakit jantung
rematik dengan komplikasi yang lain. Berat badan dan tinggi badan juga
merupakan suatu pertanda penting untuk membedakan suatu penyakit jantung bawaan
maupun didapat. Sebagian besar penyakit jantung bawaan akan menunjukkan
keterlambatan tumbuh kembang dari anak terserbut. Pada skenario yang didapat anak
terserbut termasuk tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan, oleh karena itu
anak tersebut menderita penyakit jantung didapat.
Pada
pemeriksaan inspeksi perlu diperhatikan adanya sesak napas, pernapasan cuping
hidung, sianosis, pembengkakan pada sendi, melihat apakah denyut jantung
terlihat di permukaan kulit atau tidak. Adanya pernapasan cuping hidung,
sianosis merupakan pertanada adanya gejala dari gagal jantung ataupun kelainan
dari pada jantung. Pembengkakan sendi merupakan salah satu kriteria major jones
sehingga patut menjadi perhatian utama untuk mendiagnosis penakit jantung
rematik. Denyut jantung yang terlihat juga dapat terjadi karena beberapa sebab,
mungkin terjadi karena terjadi kardiomegali yang cukup besar atau anak
terserbut sangat kurus. Yang tidak kalah penting adalah mencari adanya eritema
nodusum. Eritema naodusum termasuk dalam salah satu kriteria major berdasarkan
kriteria jones. Bentuk dari eritema ini adalah adanyua lesi yang berbatas tegas
dengan tepi yang lebih aktif dibandingkan dengan bagian tengahnya. Distensi
vena jugularis juga mungkin dapat dilihat pada penderita lanjut yang mengalami
gagal jantung kanan.
Palpasi
berguna untuk menekan sendi, dimana pada arthritis yang disebabkan oleh demam
rematik akan terjadi sakit. Palpasi juga penting untuk memeriksa nodul subkutan, nodul subkutan pada demam
jantung rematuk dapat digerakan dan tidak sakit. Pemeriksaan palpasi yang tidak
kalah penting adalah menentukan ukuran dari hati. Ukuran dari hati akan
membesar apabila terjadi gagal jantung kanan yang merupakan salah satu
komplikasi lanjut dari penyakit jantung rematik.
Perkusi
berguna untuk memeriksa apakan adanya perbesaran dari jantung. Pada penderita
kronis akan terjadi perbesaran jantung karena efek kompensasi yang akan dijelaskan
pada bagian patogenesis.
Pada
pemerikssaan auskultasi berguna untuk mencari suara patologis dari jantung.
Pada penderita jantung rematik biasanya ditemukan murmur holosistolik yang
merupakan akibat dari insufisiensi katup mitral dan mungkin pada penderita yang
lebih lanjut disebabkan oleh insufisiensi katup trikuspidalis. Pada pemeriksaan
auskultasi juga mungkin ditemukan suara jantung ketiga yang disebabkan
keterlambatan penutupan atau percepatan penutupan dari katup-katup jantung.
Yang paling sering adalah kecepatan penutupan dari katup aorta yang disebabkan
oleh insufisiensi dari katup mitral.
Pemeriksaan
Laboratorium
Diagnosis laboratorium pada penyakit
jantung reumatik termasuk dalam kriteria minor dari Jones. Pemeriksaan yang
cukup sering dilakukan adalah menetapkan ada atau pernah adanya infeksi kuman
Streptococcus grup A. Pemeriksaan pertama dilakukan dengan hapusan tenggorok
pada saat akut. Biasanya kultur streptococcus negatif pada fase akut itu. Bila
positif inipun belum pasti membantu diagnosis sebab kemungkinan akibat
kekambuhan dari kuman streptococcus itu atau infeksi streptococcus dengan
strain lain. Kesulitan untuk mendeteksi adanya kuman streptococcus yang lain
karena kuman ini dapat juga berperan sebagai flora normal d berbagai bagian
tubuh manusia. Pemeriksaan lain yang juga sering digunakan yaitu mendeteksi
antibodi streptokosus. Adanya infeksi streptokosus dengan adanya kenaikan titer
ASTO dan anti DNA-se.
Terbentuknya antibodi-antibodi ini
sangat dipengaruhi oleh umur dan lingkungan. Titer ASTO positif bila besarnya
320 Todd pada anak-anak, sedangkan titer pada DNA-se untuk anak-anak adalah 240
Todd. Dan antibodi ini dapat terdeteksi pada minggu kedua sampai minggu ketiga
setelah fase akut demam reumatik atau 4-5 minggu setelah infeksi kuman
streptococcus di tengorokan. Untun inilah pencegahan sekunder dilakukan tiap
3-5 minggu.
Pada fase akut ditemukan
lekositosis, laju endap darah yang meningkat, protein C-reaktif, mukoprotein
serum. Laju endap darah dan protein C-reactive yang tersering diperiksa dan
selalu meningkat atau positif saat fase akut dan tidak dipengaruhi oleh
obat-obat anti reumatik. Pemeriksaan LED pada penyakit jantung reumatik
bersifat sensitif namun tidak spesifik. Peningkatan LED merupakan pertanda
adanya proses inflamasi yang sedang aktif. Tidak berbeda jauh dengan LED,
pemeriksaan C reaktif protein juga berguna untuk mendeteksi fase akut dari
demam reumatik. Perbedaan dari Creaktif protein hanya lebih cepatna dideteksi
fase aktif itu terjadi. Sama halnya dengan pemeriksaan LED, pemeriksaan lab
yang menunjukan adanya leukositosis juga menjadi suatu pertanda adanya infeksi
dari bakteri. Hanya saja ini mejadi kurang bermakna pada penyakit jantung
reumatik karena ini hanya terjaid pada saat proses infeksi dari streptokokus,
sedangkan pada saat fase akut dari penyakit jantung reumatik peningkatan
leukosit tidak terlalu bermakna. Dimana jumlah leukosit yang meningkat biasanya
yang berhubungan dengan adanya reaksi hipersensitivitas tipe III yaitu sel
limfosit.
Radiologi
Rontgen
Cardiomegaly, kongesti paru, dan temuan lain yang sesuai dengan gagal jantung dapat dilihat pada radiografi dada. Ketika pasien mengalami demam dan gangguan pernapasan, radiografi dada membantu membedakan gagal jantung dari radang paru-paru rematik.
Cardiomegaly, kongesti paru, dan temuan lain yang sesuai dengan gagal jantung dapat dilihat pada radiografi dada. Ketika pasien mengalami demam dan gangguan pernapasan, radiografi dada membantu membedakan gagal jantung dari radang paru-paru rematik.
Doppler-echocardiogram
Dalam penyakit jantung akut rematik, Doppler-ekokardiografi mengidentifikasi dan quantitates insufisiensi katup dan disfungsi ventrikel. Studi di Kamboja dan Mozambique menunjukkan peningkatan 10 kali lipat dalam prevalensi penyakit jantung rematik bila echocardiography digunakan untuk skrining klinis dibandingkan dengan ketat temuan klinis.
Dalam penyakit jantung akut rematik, Doppler-ekokardiografi mengidentifikasi dan quantitates insufisiensi katup dan disfungsi ventrikel. Studi di Kamboja dan Mozambique menunjukkan peningkatan 10 kali lipat dalam prevalensi penyakit jantung rematik bila echocardiography digunakan untuk skrining klinis dibandingkan dengan ketat temuan klinis.
Dengan
carditis ringan, bukti Doppler regurgitasi mitral dapat saja muncul selama fase
akut penyakit tetapi menyelesaikan dalam minggu ke bulan.Sebaliknya, pasien
dengan carditis moderat sampai berat memiliki regurgitasi mitral dan / atau
aorta persisten.
Fitur
echocardiographic yang paling penting dari regurgitasi mitral dari valvulitis
reumatik akut dilatasi annulus, perpanjangan dari korda ke anterior leaflet,
dan jet regurgitasi mitral posterolateral diarahkan. Selama demam rematik akut,
ventrikel kiri sering berdilatasi berkaitan dengan pemendekan fraksional normal
atau meningkat.Dengan demikian, beberapa ahli jantung percaya bahwa insufisiensi
katup (dari endokarditis), daripada disfungsi miokard (dari miokarditis),
merupakan penyebab dominan gagal jantung pada demam rematik akut.
Dalam penyakit jantung kronis
rematik, ekokardiografi dapat digunakan untuk melacak perkembangan stenosis
katup dan dapat membantu menentukan waktu untuk intervensi bedah. Selebaran
katup yang terkena menjadi difus menebal, dengan fusi dari komisura dan
tendinea korda.echodensity Peningkatan katup mitral dapat menandakan
kalsifikasi
Gambar ini menggambarkan jet insufisiensi mitral
khas sistolik diamati dengan penyakit jantng reumatik
Parasternal lama-sumbu melihat mendemonstrasikan jet
mitral insufisiensi sistolik khas diamati dengan penyakit jantung rematik (jet
biru memanjang dari ventrikel kiri ke atrium kiri).Jet tersebut biasanya
diarahkan ke dinding lateral dan posterior.(LV = ventrikel kiri; LA atrium kiri
=; Ao = aorta; RV = ventrikel kanan).
Gambar ini menggambarkan jet kekurangan khas diastolik aorta
diamati dengan penyakit jantung rematik
Parasternal lama-sumbu melihat mendemonstrasikan jet diastolik aorta
insufisiensi khas diamati dengan penyakit jantung rematik (jet merah memanjang
dari aorta ke dalam ventrikel kiri).(LV = ventrikel kiri; LA atrium kiri =; Ao
= aorta; RV = ventrikel kanan)
Elektrokardiogram
Pada EKG,
sinus takikardi paling sering menyertai penyakit jantung rematik akut. Atau,
beberapa anak-anak mengembangkan bradikardi sinus dari nada vagal
meningkat.Tidak ada korelasi antara bradikardi dan tingkat keparahan carditis
yang dicatat.
Tingkat
pertama atrioventrikular (AV) block (perpanjangan interval PR) yang diamati
pada beberapa pasien dengan penyakit jantung rematik. Kelainan ini mungkin
berhubungan dengan inflamasi miokard lokal yang melibatkan AV node atau
vaskulitis melibatkan arteri AV nodal. Tingkat pertama blok AV adalah sebuah
penemuan yang spesifik, dan tidak boleh digunakan sebagai kriteria untuk
diagnosis penyakit jantung rematik. Keberadaannya tidak berkorelasi dengan
perkembangan penyakit jantung rematik kronis.
Kedua-derajat
(intermittent) dan ketiga-derajat (lengkap) AV blok dengan kemajuan ke berhenti
ventrikel telah diuraikan.blok Hati dalam pengaturan demam rematik,
bagaimanapun, biasanya menyelesaikan dengan sisa proses penyakit.
Ketika demam
rematik akut dikaitkan dengan perikarditis, elevasi segmen ST dapat hadir dan
ditandai paling di sadapan II, III, aVF, dan V4-V 6.
Pasien
dengan penyakit jantung rematik juga dapat mengembangkan flutter atrium,
takikardia atrium multifokal, atau atrial fibrilasi kronis dari penyakit katup
mitral dan pelebaran atrium.
Epidemiologi
Demam rematik (demam reumatik) masih
sering didapati pada anak di negara berkembang dan sering mengenai anak usia
antara 5 – 15 tahun. Pada tahun 1944 diperkirakan diseluruh dunia terdapat 12
juta penderita demam reumatik dan penyakit jantung reumatik dan sekitar 3 juta
mengalami gagal jantung dan memerlukan rawat inap berulang di rumah sakit.
Prevalensinya dinegara sedang berkembang berkisar antara 7,9 sampai 12,6 per 1000
anak sekolah dan relatif stabil.
Data terakhir
mengenai prevalensi demam rematik di Indonesia untuk tahun 1981 – 1990 didapati
0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh lebih rendah dibanding negara
berkembang lainnya 5,13. Statistik rumah sakit di negara sedang berkembang
menunjukkan sekitar 10 – 35 persen dari penderita penyakit jantung yang masuk
kerumah sakit adalah penderita demam reumatik dan penyakit jantung reumatik.
Data yang berasal dari negara berkembang memperlihatkan mortalitas karena demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik masih merupakan problem dan kematian
karena demam reumatik akut terdapat pada anak dan dewasa muda. Di negara maju
insiden demam reumatik dan prevalensi penyakit jantung reumatik sudah jauh
berkurang dan bahkan sudah tidak dijumpai lagi, tetapi akhir-akhir ini
dilaporkan memperlihatkan peningkatan dibeberapa negara maju 13. Dilaporkan
dibeberapa tempat di Amerika Serikat pada pertengahan dan akhir tahun 1980an
telah terjadi peningkatan insidens demam reumatik, demikian juga pada populasi
aborigin di Australia dan New Zealand dilaporkan peningkatan penyakit ini.
Tidak semua penderita
infeksi saluran nafas yang disebabkan infeksi Streptokokus β hemolitik
grup A menderita demam reumatik. Sekitar 3 persen dari penderita infeksi
saluran nafas atas terhadap Streptokokus β hemolitik grup A di barak militer pada
masa epidemi yang menderita demam reumatik dan hanya 0,4 persen didapati pada
anak yang tidak diobati setelah epidemi infeksi Streptokokus β hemolitik
grup A pada populasi masyarakat sipil. Dalam laporan WHO Expert consultation
Geneva, 29 October–1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004 angka mortalitas
untuk penyakit jantung reumatik 0,5 per 100.000 penduduk di negara maju hingga
8,2 per 100.000 penduduk dinegara berkembang dan didaerah Asia Tenggara
diperkirakan 7,6 per Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan
Indonesia 100.000. Diperkirakan sekitar 2000 – 332.000 yang meninggal
diseluruh dunia karena penyakit tersebut. Angka disabilitas pertahun (The
disability-adjusted life years (DALYs)1 lost) akibat penyakit jantung
reumatik diperkirakan sekitar 27,4 per 100.000 dinegara maju hingga 173,4 per
100.000 dinegara berkembang yang secara ekonomis sangat merugikan.
Diagnosis
Kerja
Arthritis
Arthritis adalah
gejala mayor yang sering ditemukan pada demam reumatik. Sendi yang dikenai
berpindah-pindah tanpa cacat yang biasanya adalah sendi besar seperti lutut,
pergelangan kaki, paha, lengan, panggul, siku dan bahu. Munculnya tiba-tiba
dengan rasa nyeri yang meningkat dan diikuti oleh reaksi radang. Nyeri ini akan
menghilang secara perlahan. Radang dari sendi ini jarang yang menetap dan lebih
dari satu minggu sehingga terlihat sembuh sempurna. Proses migrasi arthritis
ini membutuhkan waktu 3-6 minggu. Sendi-sendi kecil jari tangan dan kaki juga
dapat dikenai tetapi insidensinya sangat jarang. Pengobatan dengan aspirin
dapat merupakan diagnosis teraoetuj oada artgritis yang sangat bermanfaat. Bila
tidak membaik dalam 24-72 jam, maka diagnosis akan diragukan.
Karditis
Karditis merupakan
manifestasi klinis yang penting dan dapat berlanjut menjadi gejala gagal
jantung. Kadang0kadang karditis asimtomatik dan terdeteksi saat adanya nyeri
sendi. Karditis ini bisa hanya mengenai endokardium saja. Endokarditis
terdeteksi saat adanya bising jantung. Katup mitrallah yang terbanyak dikenai
dan dapat bersamaan dengan katup aorta. Katup aorta sendiri jarang dikenai.
Adanya regurgitasi mitral ditemukan dengan bising sistolik yang menjalar ke
aksila, dan kadang-kadang disertai bising mid diastolik. Dengan dua dimensi
ekokardiografi dapat mengevaluasi kelainan anatomi jantung sedangkan dengan
doppler dapat menentukan fungsi dari jantung. Miokarditis dapat bersamaan
dengan endokarditis sehingga terdapat kardiomegali atau gagal jantung.
Perikarditis tak akan berdisi sendiri dan lebih sering berbentuk pankarditis.
Ditemukanya gejala reumatik pada penderita demam reumatik merupakan salah satu
pertanda adanya demam jantung reumatik.
Chorea
Masa laten infeksi
SGA dengan chorea cukup lama yaitu 2-6 bulan atau lebih. Lebih sering dikenai
pada perempuan pada umur 8-12 tahun. Dan gejala ini muncul selama 3-4 bulan.
Dapat juga ditemukan pada anak ini suatu emosi yang labil dimana anak ini suka
menyendiri dan kurang perhatian terhadap lingkungannya sendiri. Gejala yang
sering timbul pada penderita chorea adalah gerakan-gerakan cepat bilateral
tanpa tujuan, sukar dikendalikan dan sering terdapat kelemahan otot. Tetapi
pada saat tidur gerakan-gerakan ini akan berkurang. Gejala yang lainnya adalah
society smile atau gerakan- gerakan pada otot muka yang terlihat seperti sedang
senyum pada setiap saat. Tremor lidah juga dapat terlihat pada penderita
chorea. Manifestasi dari kelemahan otot yaitu terlihatnya tangan
lurus-pergelangan tangan fleksi sedikit, sendi metakarpal hiperekstensi. Dan
pada hipotonia hebat anak tidak dapat berdiri.
Nodul Subkutan
Nodul subkutan
merupakan suatu gejala mayor dari demam jantung reumatik. Gejala dari nodul
subkutan adalah ditemukannya tumor pada bawah kulit yang keras, tidak berasa
sakit dan dapat digerakkan. Nodul subkutan sendiri biasannya ditemukan pada
ekstensor sendi lutut, pergelangan kaki dan tangan, oksipital, dan di atas
prosesus spinosus vertebra torakal dan lumbal. Nodul subkutan sendiri dapat
hilang dengen pemberian kortkosteroid.
Eritema Marginatum
Eritema marginatum
merupakan manifestasi sistem autoimun pada kulit. Manifestasi ini ditandai
dengan bercak-bercak merah muda pada bagian tengah, tepi tegas dan tdak tanpak
indurasi, dan tepi dari lesi ini dapat reguler maupun ireguler. Pada eritema
marginatum ini terdapat fase aktif dan fase inaktid dan ketikan ditekan akan
berwarna pucat. Lesi ini biasanya ditemukan berpindah-pindah antara dada,
lengan dalam, dan paha.
Pada skenario yang didapat terdapat kesamaan seperti yang
telah ditunjukan pada tabel diatas. Dua gejala mayor yang terlihat adalah
adanya arthritis dan adanya karditis. Arthritis ditandai dengan adanya sakit
pada daerah sendi dan terjadi pembengkakan pada daerah sendi. Untuk karditis
ditemukan anak terserbut cepat lelah dan yang cukup penting adalah adanya
bising holosistolik yaitu terdengarnya suara murmur sepanjang sistolik.
Gejala-gejala minor lain yang terlihat dalam skenario adalah adanya demam,
artralgia, dan adanya riwayat sakit tengorokan. Dengan gejala-gejala klinis
yang timbul dapat sisimpulkan dengan mengungakan kriteria Jones yang telah
dimodifikasi pada tahun 1992 bahwa anak terserbut menderita penyakit jantung
reumatik.
Diagnosis
Banding
Miocarditis
Miokarditis adalah penyakit
inflamasi pada miokard yang penyebabnya dapat primer maupun sekunder.
Miokarditis primer diduga karena infeksi viral akut ataupun respons autoimun
pasca infeksi viral. Miokarditis sekunder adalah inflamasi miokard yg
disebabkan oleh pathogen spesifik, misal: jamur, bakteri, protozoa, dll.
Etiologi miokarditis yang tersering akibat infeksi virus enterovirus coksakie
B. Patofisologi dari miokarditis disebabkan oleh 2 fase berbeda dari kerusakan
sel miokard: pertama akibat infeksi virus langsung; kedua akibat respons imun
pejamu (autoimun). Manifestasi kliniknya bervariasi ada yg asimptom dan
simptomatik. Gejala yg khas pada miokarditis adl adanya sindrom infeksi viral
dengan demam, nyeri otot, nyeri sendi, malaise. Sebagian besar pasien tidak
memilki keluhan karvas yg spesifik tapi mungkin memiliki kelainan segmen ST dan
gelombang T pada EKG.
Beberapa perbedaan yang membedakan
miocarditis dengan penyakit jantung rematik adalah letak lokasi gejalanya. Pada
miokarditis gejalanya hanya terdapat pada otot jantung saja dan tidak ada
gejala sistemik. Gejala-gejala yang terdapat pada miocarditis hanya lah berupa
jantung berdebar, cepat lelah, dan adanya murmur holosistolik saja. Sedangkan
pada demam rematik yang lbh disebabkan karena reaksi autoimun sehingga
gejalanya lebih merupakan gejala sistemik. Gejala sistemik yang timbul pada
demam jantung rematik yang meliputi poliarthritis, eritema marginatum, nodul
subkutan dan adanya cholera tidak diketemukan pada penderita miocarditis.
Gejala demam juga jarang diketemukan pad penderita miocarditis yang sangat
berbeda dengan penderita penyakit jantung rematik dimana kelainan itu hampir
selalu ditemukan. Riwayat adanya infeksi tengorokan oleh sreptococcus beta
hemolitikus grub A juga tdk menjadi suatu indikator untuk mendiagnosis
miocarditis..
Etiologi
Telah lama diketahui
demam reumatik mempunyai hubungan dengan infeksi kuman Streptokokus β hemolitik
grup A pada saluran nafas atas dan infeksi kuman ini pada kulit mempunyai
hubungan untuk terjadinya glomerulonefritis akut. Kuman Streptokokus β hemolitik
dapat dibagi atas sejumlah grup serologinya yang didasarkan atas antigen
polisakarida yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut. Tercatat saat ini
lebih dari 130 serotipe M yang bertanggung jawab pada infeksi pada manusia,
tetapi hanya grup A yang mempunyai hubungan dengan etiopatogenesis demam
reumatik dan penyakit jantung reumatik. Hubungan kuman Streptokokus β hemolitik
grup A sebagai penyebab demam reumatik terjadi secara tidak langsung, karena
organisme penyebab tidak dapat diperoleh dari lesi, tetapi banyak penelitian
klinis, imunologis dan epidemiologis yang membuktikan bahwa penyakit ini
mempunyai hubungan dengan infeksi Streptokokus β hemolitik grup A, terutama serotipe
M1,3,5,6,14,18,19 dan 24 2,4,6,7,. Sekurang-kurangnya sepertiga penderita
menolak adanya riwayat infeksi saluran nafas karena infeksi streptokokkus
sebelumnya dan pada kultur apus tenggorokan terhadap Streptokokus β hemolitik
grup A sering negatif pada saat serangan demam reumatik. Tetapi respons
antibodi terhadap produk ekstraseluler streptokokus dapat ditunjukkan pada
hampir semua kasus demam reumatik dan serangan akut demam reumatik sangat
berhubungan dengan besarnya respons antibody. Diperkirakan banyak anak yang
mengalami episode faringits setiap tahunnya dan 15-20 persen disebabkan oleh
Streptokokus grup A dan 80 persen lainnya disebabkan infeksi virus.
Insidens infeksi
Streptokokus β hemolitik grup A pada tenggorokan bervariasi diantara berbagai negara
dan di daerah didalam satu negara.
Insidens tertinggi didapati pada anak usia 5 -15 tahun. Oleh karena
hasil peneliatian itulah dapat disimpulakan beberapa faktor predisposisi lain
yang berperan pada penyakit ini adalah keadaan sosio ekonomi yang rendah,
penduduk yang padat, golongan etnik tertentu, faktor genetik, golongan HLA
tertentu, daerah iklim sedang, daerah tropis bercuaca lembab dan perubahan suhu
yang mendadak.
MENGENAI PATOFISIOLOGI ATAU PERJALANAN PENYAKIT PJR.....
DAPAT DI BACA DI SINI......