I.
DEFENISI DISLOKASI
Dislokasi
sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi tulang yang membentuk sendi
tidak lagi dalam posisi anatomis. Secara kasar adalah tulang terlepas dari
persendian. Subluksasi adalah dislokasi parsial permukaan persendian. Kadang
luksasi disertai dengan fraktur luksasi / dislokasi, misalnya fraktur panggul
dengan fraktur pinggir acetabulum.
Dislokasi disertai dengan kerusakan simpai sendi atau ligament sendi. Bila kerusakan tersebut tidak sembuh dengan baik, luksasi muda terulang kembali seperti sendi bahu. Pada sendi panggul perdarahan dicaput femur mungkin terganggu karena kerusakan pada trauma luksasi sehingga terjadi nekrosis avasculer.
Dislokasi disertai dengan kerusakan simpai sendi atau ligament sendi. Bila kerusakan tersebut tidak sembuh dengan baik, luksasi muda terulang kembali seperti sendi bahu. Pada sendi panggul perdarahan dicaput femur mungkin terganggu karena kerusakan pada trauma luksasi sehingga terjadi nekrosis avasculer.
II.
KLASIFIKASI DISLOKASI
1.
Dislokasi congenital.
Terjadi sejak
lahir akibat kesalahan pertumbuhan yang paling sering terjadi pada panggul.
Dislokasi panggul cogenital merupakan suatu keadaan dimana caput femoris
posisisnya dalam acetabulum tidak normal sejak lahir. Caput femoris biasanya
kecil dan sering kali terletak diluar superior dan lateral acetabulum.
Perkembangan panggul normal yang harmonis membutuhkan hubungan antara caput
femoris dan acetabulum. Disosiasi jangka panjang dapat menyebabkan perkembangan
yang tak memadai baik caput femoris maupun acetabulum sehingga akhirnya
menyebabkan cacat.
2. Dislokasi traumatic
Dislokasi
traumatik adalah suatu kedaruratan ortopedi, yang memerlukan pertolongan
segera, karena struktur sendi yang terlibat pasokan darah dan saraf rusak
susunannya dan mengalami stres. Bila tidak ditangani segera dapat
terjadinekrosis avasculer ( kematian jaringan akibat anoksia dan hilangnya
pasokan darah ) dan paralylisis saraf.
Trauma sendi dapat berupa :
- Kontusio sendi
biasa terjadi oleh benturan.
- Joint srain oleh
trauma kecil yang berulang ( otot tertarik akibat penggunaan yang berlebihan,
peregangan berlebihan dan atau stres yang berlebihan ).
- Joint sprain / keseleo ada robekan mikroskopis dari ligament atau kapsul sendi yang tidak mengganggu stabilitas akibat gerakan memutar.
- Ruptur ligament
- Joint sprain / keseleo ada robekan mikroskopis dari ligament atau kapsul sendi yang tidak mengganggu stabilitas akibat gerakan memutar.
- Ruptur ligament
- Dislokasi.
3
Dislokasi spontan atau patologik
Terjadi akibat
penyakit struktur sendi dan jaringan sekitar sendi
III.
DIAGNOSIS DISLOKASI
1. Anamnesis
- Ada trauma
- Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan
eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.
- Ada rasa sendi keluar.
- Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren
atau habitual.
2. Pemeriksaan klinis.
- Deformitas.
hilangnya tonjolan tulang normal, misalnaya deltoid yang rata pada
dislokasi bahu dan perubahan panjang ekstremitas
dislokasi bahu dan perubahan panjang ekstremitas
- Kedudukan yang khas pada dislokasi tertentu, misalnya dislokasi
posterior sendi panggul kedudukan sendi panggul endorotasi, fleksi
dan abduksi.
posterior sendi panggul kedudukan sendi panggul endorotasi, fleksi
dan abduksi.
- Nyeri
- Funtio laesa gerak terbatas.
Fraktur Klavikula
·
Mekanisme trauma
1. Sebagian besar terjadi karena jatuh dengan
tangan yang terulur.
2.
Dapat juga terjadi karena
hantaman langsung pada bahu, seperti: terjatuh pada posisi samping.
·
Manifestasi klinis :
1.
Nyeri Tekan pada lokasi fraktur
2.
Deformitas dengan pembengkakan
lokal.
·
X Ray: bisaanya Foto AP bahu
cukup adekuat.
·
Komplikasi
: jarang, fragment fraktur dapat membahayakan struktur neurovascular
subklavial.
Terapi: Broad
arm sling dan control ke klinik ortopedik 5 hari kemudian
Dislokasi Sternoklavikula
·
Mekanisme
trauma : bisaanya akibat jatuh atau hantaman pada daerah anterior bahu:
1.
Asimetri dari inner end klavikula
2.
Nyeri tekan lokal
·
Manifestasi klinis:
1. Nyeri tekan dan bengkak pada sendi
sternoklavikular
2.
Nyeri pada saat lengan
digerakkan dan pada saat kompresi bahu ke lateral.
3. Dengan cedera berat, klavikula medial
bergeser relative terhadap manubrium.
4. Dispneu, disfagi, atau tersedak (pada
dislokasi posterior karena kompresi struktur mediastinal).
·
X ray : AP dan Oblique view
sulit untuk diinterpretasi. Diagnosa
biasanya berdasarkan pemeriksaan klinis. Namun tomogram
atau CT mungkin dapat dilakukan.
·
Komplikasi : jarang, dislokasi
mungkin dapat membahayakan pembuluh darah posterior dari klavikula.
·
Terapi:
1. Subluksasi minor : Broad arm sling,
Analgesic dan control ke klinik ortopedi setelah 3 hari.
2.
Gross Displacement : MRS
dibagian Ortopedi untuk eksplorasi / reduksi di bawah GA.
Catatan : Cedera yang
mengancam nyawa, bila mengenai struktur didekatnya terjadi pada 25% kasus
dislokasi posterior.
Cedera Sendi
akromioklavikula
·
Mekanisme trauma : bisaanya
karena jatuh dengan menumpu pada bahu dengan lengan teraduksi atau jatuh pada
lengan yang terulur.
·
Manifestasi
: penonjolan lateral end dari klavikula dan adanya nyeri lokal.
·
X Ray
: Foto AP dari sendi AC (bagian/sisi inferior dari akromion dan klavikula harus
membentuk suatu garis lurus).
Catatan : Weight Bearing view
menunjukkan hasil tambahan yang hanya sedikit, dan hanya akan menyebabkan nyeri
serta tidak akan mengubah terapi yang diberikan.
·
Terapi
: Broad arm sling dan control ke klinik ortopedi setelah 5 hari.
Fraktur Skapula
·
Mekanisme
trauma : bisaanya karena trauma langsung pada dada posterolateral.
·
Manifestasi klinis : nyeri
local dan pembengkakan serta adanya associated
injury.
·
X ray : AP bahu, dengan atau
tanpa Scapular View.
·
Komplikasi
: Fraktur scapular bisaanya terkait dengan cedera intrathorax yang signifikan
seperti kosta, fraktur vertebral, fraktur klavikular, cedera pembuluh darah
pulmonal dan pleksus brachialis.
·
Terapi :
1.
Isolated Scapular Fracture : Broad arm sling dan analgesic, kontrol
ke klinik ortopedi setelah 3 hari.
2.
Bersamaan dengan cedera intratoraks
yang lain: MRS ke bedah umum.
Dislokasi bahu
Secara statistic : 96% dislokasi anterior, 3,4% posterior, 0,1%
inferior (luxatio ercto).
Dislokasi Anterior
·
Mekanisme trauma : jatuh yang
menyebabkan rotasi eksternal bahu.
·
Manifestasi :
1. Khas : penderita bisaanya menyangga lengan
yang cedera pada bagian siku dengan menggunakan tangan sebelahnya .
2.
lengan dalam posisi abduksi
ringan
3.
Kontur terlihat ‘squared off’
4.
Nyeri yang sangat.
·
X ray : AP dan axial atau
Y-Scapular view akan membantu membedakan dislokasi anterior dengan posterior.
Catatan : X ray sangat penting menurut standar
medikolegal untuk menyingkirkan fraktur lain yang terjadi sebelum dilakukannya
manipulasi dan Reduksi ( M & R). ada peningkatan bukti yang menunjukkan
bahwa dislokasi bahu yang rekuren dan atraumatis tidak membutuhkan pre-M&R
X ray. Namun, keadaan ini
tidak diterima secara luas dalam kalangan ahli ortopedi.
·
Komplikasi :
1.
Rekuren
Catatan :
Hill-Sachs lesion (fraktur kompresi aspek posterolateral dari humeral head)
dapat terlihat pada px yang sebelumnya menderita dislokasi anterior.
2. Avulsi Tuberositas mayor (banyak terjadi
pada px > 45 tahun).
3.
Fraktur anterior Plenoid lip
4. Kerusakan arteri aksilaris dan pleksus
brakialis.
Catatan : Harus memeriksa :
1. Fungsi Nervus axillaris dengan memeriksa
sensasi jarum pada deltoid atau ‘regimental badge’area.
2.
Pulsasi pada pergelangan tangan
3.
Fungsi Nervus radialis.
·
Terapi :
1.
Isolated anterior dislocation :
M&R (dengan bermacam-macam teknik) dibawah conscious sedation.
2.
Dislokasi anterior dengan
fraktur tuberositas humerus mayor atau minor : M&R dibawah conscious
sedation.
3. dislokasi anterior dengan fraktur
proksimal shaft humeral : M&R dibawah GA, pertimbangkan ORIF.
·
Manajemen
lanjutan : analgesic IV, BUKAN IM (tempatkan IV plug untuk antisipsi M&R),
kemudian X ray yang diikuti M&R dibawah conscious sedation.
·
M&R
: merupakan teknik traksi yang disukai untuk digunakan daripada teknik
terdahulu seperti maneuver
Hippocratic/Kocher’s.
Traksi harus dilakukan pada area critical care atau intermediate care dimana px dapat dimonitoring, dan px berada pada
kondisi conscious sedation (lihat bab Conscious
sedation).
1.
Teknik Cooper-Milch
a.
Dibawah conscious sedation, tempatkan penderita pada posisi supine dengan
siku fleksi 90o.
b.
Luruskan siku dan dengan sangat
perlahan pindahkan lengan pada posisi abduksi penuh yang ditahan pada traksi
lurus dimana seorang asisten mengaplikasikan tekanan yang lembut pada sisi
medial dan inferior dari humeral head.
c.
Adduksi lengan secara bertahap.
d.
Pasang collar dan cuff,
kemudian lakukan X ray post reduksi.
2.
Teknik Stimson’s
Metode yang
memanfaatkan gaya gravitasi, yang sering dilakukan pada ED yang sangat sibuk.
a. berikan analgesik IV dimana penderita
berbaring pada posisi pronasi dengan lengan tergantung di sebelah trolley
dengan beban seberat 2,5-5kg terikat pada lengan tersebut.
b. Perlahan setelah 5-30 menit, lakukan
relokasi bahu.
c.
Pasang collar dan cuff, periksa
x ray post reduksi.
3.
Teknik Countertraction
Bermanfaat sebagai sebuah maneuver
back-up ketika cara-cara diatas gagal.
a.
Dibawah conscious sedation,
tempatkan px berbaring supine dan tempatkan rolled
sheet dibawah aksila dari bahu yang terkena.
b.
Abduksi lengan sampai 45o
dan aplikasikan sustained in line
traction sementara. Asisten memasang traksi pada arah yang berlawanan
menggunakan rolled sheet.
c.
Setelah relokasi, paang collar
dan cuff, periksa X ray post reduksi.
d. Penempatan : klinik ortopedik setelah 3
hari.
4. Teknik Spasso, walaupun teknik ini tidak
dikenal secara luas, namun teknik ini telah digunakan pada departemen kami, dan
kami anggap bahwa metode ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan
dengan angka keberhasilan yang tinggi.
a.
Dibawah conscious sedation, letakkan lengan yang sakit dengan dengan
dinding dada.
b.
Fleksikan lengan pada bahu, dan
lakukan rotasi eksternal secar simultan. Pada kebanyakan kasus, sebelum bahu
mencapai fleksi kedepan 90o, akan terdengar bunyi ‘clunk’, dan head humerus telah kemabali pada posisinya.
c.
Adduksi lengan
d.
Pasang collar & cuff dan
periksa X ray post reduksi.
Dislokasi posterior
·
Mekanisme Trauma
1.
Bisaanya karena jatuh pada
tangan yang terotasi ke dalam serta terjulur atau karena hantaman pada bagian
depan bahu.
2. Terkait dengan kontraksi otot saat kejang
atau cedera akibat tersetrum listrik.
·
Manifestasi
1. Lengan terletak berotasi internal dan
adduksi
2. Px merasakan nyeri, dan terdapat penurunan
peregerakan dari bahu
·
X ray : AP (Gambar 2a) dan Y
scapular view (Gambar 2b)
Catatan : sangat mudah terjadi
missdiagnosa dislokasi bahu posterior pada bahu AP. Suspek dislokasi posterior
jika terdapat ‘light bulb sign’ karena
rotasi internal bahu dan terdapat overlap antara head humerus dan glenoid
labrum pada foto bahu AP.
·
Komplikasi : kerusakan arteri
aksilaris dan nervus brakialis.
·
Terapi : prinsip sama dengan
dislokasi anterior
1.
Untuk isolated dislokasi
posterior, coba M&R dibawah IV conscious sedation.
2.
Untuk dislokasi posterior
dengan fraktur tuberositas, coba M&R dibawah conscious sedation.
3. Untuk dislokasi posterior dengan fraktur
humeral shaft, MRS untuk M&R di bawah GA, pertimbangkan ORIF.
·
Teknik :
1.
Dibawah kondisi IV conscious sedation, pasang traksi pada
lengan pada posisi abduksi 90o.
2.
Kadang countertraction dengan seorang asisten menggunakan rolledsheet
dibawah aksilla perlu dilakukan.
3. Secara perlahan lengan dirotasikan ke
eksternal.
4. Setelah relokasi dilakukan pada kasus yang
pertamakali terjadi pada seorang dewasa muda, aplikasikan strapping bersama dengan collar dan cuff.
5. Setelah relokasi pada lansia, aplikasikan collar & cuff dan
pertimbangkan early mobilization.
Disposisi : Klinik ortopedi setelah 3 hari
Dislokasi Inferior
- Mekanisme trauma : bisaanya karena
jatuh dengan lengan berada pada posisi abduksi.
- Manifestasi klinis :
1.
Abduksi lengan atas dengan
posisi ‘hand over head’
2. Hilangnya kontur bulat dari bahu.
·
X ray : foto AP cukup untuk
mendiagnosa.
·
Komplikasi : kerusakan arteri
aksilaris dan nervus brakialis.
·
Terapi : prinsipnya sama dengan
dislokasi yang lain:
1.
Untuk dislokasi dengan atau
tanpa fraktur tuberosita, coba M&R dibawah IV conscious sedation.
2. Untuk dislokasi dengan fraktur humeral
neck, coba M&R dibawah GA, KIV ORIF>
·
Teknik :
1.
Dibawah kondisi IV conscious sedation, aplikasi traksi yang
steady pada lengan yang dibduksi.
2. kadang diperlukan counter traction dengan
seorang asisten menggunakan rolled sheet yang ditempatkan pada akromion.
3.
Setelah relokasi, pasang collar
& cuff.
·
Disposisi : kontrol ke poli
ortopedi setelah 3 hari.
Fraktur Humeral Proksimal
Fraktur ini mungkin melibatkan struktur anatomi neck humeral juga tuberositas atau dengan kombinasi yang
bermacam-macam.
·
Mekanisme trauma : jatuh pada
satu sisi, pukulan langsung pada area tersebut, atau jatuh dengan tangan yang
terulur.
·
Manifestasi klinis:
1. Nyeri tekan, pembengkakan pada proksimal
humerus.
2. Lebih lanjut, akan terdapat memar yang
besar yang menuju pada bagian bawah lengan karena gravitasi.
·
X ray : foto AP dan
lateral humerus
·
Komplikasi :
1.
Adhesive capsulitis (frozen
shoulder)
2.
Cedera struktur neurovascular
3.
Nekrosis avascular humeral
head.
·
Terapi : pasang collar &
cuff
·
Disposisi :
1.
Fraktur displaced tuberositas
mayor yang berat mungkin membutuhkan MRS untuk ORIF dengan GA.
Fraktur displaced yang ringan dapat KRS,
kemudian control ke klinik ortopedik dalam 3 hari.
Fraktur Shaft Humeral
·
Mekanisme trauma: bisaanya
karena indirect force, seperti jatuh
pada saat tangan terulur, atau hantaman langsung pada area tersebut.
·
Manifestasi :
1.
Nyeri tekan local dan
pembengkakan
2.
Mungkin dapat timbul
deformitas.
·
X ray : Foto AP dan lateral
humerus
·
Komplikasi : Palsy nervus
radialis (drop wrist) dan vascular compromise.
·
Terapi :
1.
untuk fraktur angulasi minimal,
pasang U slab, lebih mudah dilakukan pada saat px duduk pada trolley daripada
pada saat px berbaring terlentang, kemudian diikuti dengan collar& cuff,
serta control ke klinik ortopedi setelah 3 hari.
2.
Untuk fraktur displaced yang
parah, lakukan M & R dibawah IV conscious sedation, pasang U salb dan
Collar & cuff, kemudian rujuk ke klinik ortopedi setelah 3 hari.
3. Untuk kasus dengan komplikasi kerusakan
neurovascular, MRS dibagian ortopedi.
Fraktur Shaft Humerus
Supracondylar
·
Mekanisme
trauma : jatuh dengan tangan terulur, bisaanya pada anak kecil.
·
Manifestasi klinis :
1. Nyeri tekan dan bengkak pada distal
humerus dan siku.
2.
Deformitas mungkin terjadi
3.
Bentukan segitiga yang disusun
oleh olekranon, epikondilus lateral dan medial.
·
X ray
: AP dan lateral siku (waspada terhadap adanya fraktur kondilus lateralis,
sarankan ORIF). Cari tanda ‘fat pad’
·
Komplikasi :
1.
Kerusakan arteri brakialis
a.
Cek pulsasi radialis dan capillary refill.
b.
Cari adanya kepucatan dan
dingin pada ekstremitas, nyeri, parestasi atau paralysis pada lengan bawah.
2.
Cek jari dan ibu jari untuk
mencari deficit neurologist terkait dengan kerusakan Nervus radialis, ulnaris
atau medianus.
Catatan : Dokumentasikan
hasil pemeriksaan tersebut.
- Terapi :
1.
Jika terdapat displacement
minimal (<10-15o) pasang long arm back slab dan control ke klinik
ortopedi setelah 1-2 hari. Berikan KIE yang jelas mengenai ancaman Compartment
syndrome (gejala dan tandanya).
2.
Jika terdapat pembengkakan pada
daerah siku dengan minimal angulated fracture. Pertimbangkan meng-MRS-kan px
untuk observasi sirkulasi.
3.
Jika displacement > 15o,
pasang long arm backslab dan rencanakan M&R.
Fraktur Epicondilus
Medialis Humerus
·
Mekanisme trauma :
1.
dapat terjadi avulse oleh
ligamentum collateral ulnaris ketika siku dipaksakan untuk berposisi abduksi.
2. Avulsi karena kontraksi otot fleksor
lengan bawah secara mendadak.
3.
trauma langsung
·
manifestasi
klinis : pembengkakan dan nyeri tekan local.
·
X ray : AP dan lateral siku
·
Komplikasi : disposisi/terapi
cedera nervus ulnaris.
1.
jika minimal atau tidak ada
displacement, pasang long arm back slab dan control ke poli ortopedi setelah 3
hari.
2. Jika fraktur disertai displaced yang lebih
parah, pertimbangkan M&R dibawah GA, KIV ORIF.
Fraktur Condilus Lateralis Humerus
Catatan : sering terlewatkan karena
dikaburkan dengan fraktur suprakondiler.
- Mekanisme trauma : cedera adduksi
pada siku
- Manifestasi
: nyeri tekan dan pembengkakan local
- X ray : AP dan lateral siku
- Komplikasi
: tidak ada komplikasi akut, komplikasi yang terlambat, a.l:
1.
mal-union dan non-union
menyebabkan posisi cubitus valgus dan tardy ulnar nerve palsy.
2. Kekakuan siku terutama pada dewasa.
·
Terapi :
1.
Fraktur undisplaced atau minimal
displaced, pasang long arm backslab
: control ke klinik ortopedi setelah 3 hari.
2.
jika fraktur displaced > 2mm
atau terotasi, MRS pada bagian ortopedi untuk M7R di bawah GA, ORIF.
Dislokasi Siku
·
Mekanisme
trauma : karena pada posisi tangan terulur, yang paling sering ditemukan adalah
dislokasi posterolateral.
·
Manifestasi :
1. Deformitas siku dengan nyeri tekan dan
bengkak
2.
Bentukan segitiga antara
olekranon, epicondilus lateral dan medial mengalami kerusakan.
·
X ray : AP dan lateral siku.
·
Komplikasi
: cedera arteri brakialis, nervus ulnaris atau medianus
·
Terapi : M & R di bawah IV conscious sedation
1.
Dengan posisi px supine, paang
traksi pada garis lengan
2. Fleksi ringan siku mungkin dipelukan
selama mempertahankan traksi.
3.
setelah relokasi, pasang long arm back slab
4.
Jika tidak ada bukti kerusakan
neurovascular, control ke klinik ortpedi setelah 3 hari.
5.
jika terdapat kerusakan
neurovascular walaupun sangat ringan, MRS di bagian ortopedi untuk observasi.
6.
pastikan bahwa sendi telah tereduksi, X ray kadang bisa menipu.
Pulled Elbow (Subluksasi Radial head)
·
Mekanisme trauma : bisaanya
terjadi pada anak usia 9 bulan-6 tahun, karena tarikan yang kuat pada tangan
yang terulur, yakni adanya tenaga yang menarik dengan kuat pada ligament annular di radial head.
·
Manifestasi :
1.
Lengan tergantung lemah
2. Anak mengeluh nyeri pada lengan dan tidak
mau menggerakkannya.
3.
Nyeri tekan local pada bagian
proksimal lengan bawah.
4. Nyeri yang ditimbulkan sat memfleksikan
siku atau men-supinasikan lengan bawah.
5.
tidak ada pembengkakan dan
deformitas
·
X ray : pada situasi klasik
tidak dibutuhkan, namun bila terdapat riwayat jatuh atau adanya hantaman
langsung pada lengan bawah pada posisi foto AP dan lateral siku.
·
Terapi : manipulasi tanpa
anestesi dapat dilakukan.
1. Pegang tangan dari lengan yang cedera
dengan posisi berjabat tangan sementara tangan pemeriksa yang lain memegang
belakang siku dengan ibu jari terletak pada head radius.
2. Secara lembut dan perlahan, dorong lengan
bawah ke dalam siku, dan paksa untuk mensupinasikan lengan atau secara cepat
ganti ke posisi pronasi dan supinasi sampai mendengar atau merasakjan bunyi ‘pop’. Tidak diperlukan sling karena anak akan mulai
menggunakannya secara normal dalam 5-10 menit.
3. jika maneuver tersebut tidak berhasil,
lengan harus diistirahatkan pada sebuah sling, dan reduksi spontan bisaanya
terjadi dalam waktu 48 jam.
4. Tidak dibutuhkan control ke klinik
ortopedi. KIE pada keluarga bahwa mereka jangan mengangkat anak mereka secara
langsung dengan menarik lengannya.
Fraktur Olekranon
·
Mekanisme trauma : bisaanya
karena jatuh pada siku, juga karena kontraksi yang kuat pada otot trisep.
·
Manifestasi
klinis : nyeri tekan local dan bengkak/bruising (memar) di daerah olekranon.
·
X ray : AP dan lateral siku.
·
Terapi :
1.
Jika tidak terdapat displacement
dari fraktur, atau ada tapi minimal, pasang long arm back slab dan control ke
klinik ortopedi setelah 5 hari.
2.
Jika fraktur displaced, pasang
long arm back slab dan MRS untuk M&R dibawah GA, KIV ORIF
Fraktur Radial Head/Neck
·
Mekanisme
trauma : karena jatuh dengan tangan terulur atau hantaman langsung pada lengan
bawah.
·
Manifestasi
klinis : nyeri local dan nyeri tekan, dengan pembengkakan pada siku lateral.
·
X ray : AP dan Lateral siku
Catatan : Occult fracture dari radial
neck/head mungkin hanya menunjukkan ‘positive
posterior fat pad sign’ pada foto lateral
Terapi :
1. Jika fraktur undisplaced, pasang long arm
backslab dan control ke klinik ortopedi setelah 5 hari.
2. Jika fraktur displaced, pasang long arm back slab dan MRS ke bagian
ortopedi untuk M & R dibawah GA, KIV ORIF.
Fraktur Lengan Bawah
·
Mekanisme
trauma : bisaanya karena trauma langsung, namun juga karena jatuh dengan tangan
terulur.
·
Manifestasi
klinis : Nyeri tekan dan pembengkakan lengan bawah, dengan deformitas jika
fraktur displaced.
·
X ray : AP dan lateral view
lengan bawah
Catatan :
Pastikan bahwa film menampakkan siku dan peregelangan tangan sehingga fraktur
monteggia atau Galeazzi dapat dieksklusi. Jangan pernah memebrikan terapi pada single fore arm bone fracture sampai
anda telah menyingkirkan fraktur-dislokasi yang tersebut di atas.
1. Fraktur-dislokasi Monteggia adalah fraktur
pada ulna disertai dengan dislokasi radial head.
Catatan :
banyak gugatan hukum diajukan karena
missed dx bowed ulna (green stick)!
2. fraktur-dislokasi Galeazzi adalah fraktur
radius dengan dislokasi pada inferior
radio-ulnar joint.
·
Komplikasi : cedera vascular
atau compartment syndrome.
·
Terapi :
1. untuk fraktur dengan minimal atau tidak
ada displacement, pasang ong arm back slab dan rujuk ke klinik ortopedi setelah
3 hari.
2. Untuk fraktur displaced, lakukan M&R
di bawah Bier Block.
Fraktur Colles
·
Mekanisme
trauma : bisaanya karena jatuh dengan tangan terulur.
·
Manifestasi
klinis : khas : Deformitas bentuk ‘dinner fork’ dengan nyeri tekan local.
·
X ray : lateral (gambar 4a) dan
AP (gambar 4b) pergelangan tangan.
·
Komplikasi : malunion : delayed
rupture dari M. Extensor pollicis longus; kompresi nervus medianus; sudeck’s
atrophy.
·
Terapi reduksi :
1.
pasang longitudinal traction
untuk ‘disimpact’ fracture.
2.
Kemudian pasang flexion and
ulnar deviation force pada fragmen menggunakan jari atau ibu jari.
3.
Setelah reduksi pasang short arm backslab dengan posisi lengan
bawah pronasi, ulnar deviasi dan fleksi ringan pada pergelangan tangan.
4. Jika X ray ulang menunjukkan reduksi yang
memuaskan, pasang sling dansarankan px untuk mobilisasi bahu, siku dan jari.
·
Disposisi:
1. jika reduksi memuaskan : control ke klinik
ortopedi dalam 2 hari.
2. Jika fraktur terbuka atau intraartikular,
MRS ke bagian ortopedi untuk M&R dibawah GA atau ORIF.
Fraktur Smith’s (Reverse Colle’s)
·
Mekanisme
trauma : bisaanya karena jatuh pada punggung tangan, dan fragmen distal miring
ke depan.
·
Manifestasi
klinis : nyeri tekan local, bengkak dan deformitas.
·
X ray
: AP (gambar 5a) dan lateral (gambar 5b) dari pergelangan tangan.
·
Terapi :
1. Reduksi di bawah Bier’s block, jika fraktur tertutup dan bukan intraartikular.
2. Membutuhkan monitoring tanda vital dan EKG
·
Teknik reduksi :
1. traksi dengan lengan pada posisi supinasi
sampai dis-impaksi tercapai.
2. Aplikasikan tekanan ke arah dorsal dari
fragmen.
3. Pasang short
arm volav slab dengan lengan bawah pada supinasi penuh, pergelangan tangan
pada posisi dorsiflexion dan siku dalam posisi ekstensi, kemudian pasang long arm backslab dengan siku fleksi
90o.
Disposisi :
1. Jika reduksi memuaskan control ke klinik
ortopedi setelah 2 haru.
2. Jika fraktur terbuka atau intraartikular,
MRS ke bagian ortopedi untuk M & R dibawah GA atau ORIF.
Fraktur Barton’s
Merupakan bentuk fraktur Smith dimana
hanya bagian anterior radius yang terlibat.
- Mekanisme
trauma : karena jatuh pada saat tangan terulur.
- Manifestasi
klinis: nyeri tekan local, pembengkakan dan deformitas.
- X ray : foto AP dan lateral
pergelangan tangan.
- Terapi : pasang short arm volar
slab dan MRS pada bagian ortopedi untuk ORIF.
Fraktur Scaphoid (Carpal
Navicular)
- Mekanisme trauma :
1. bisaanya karena jatuh pada posisi tangan
terulur
2. kadang karena ‘kickback’ ketika menggunakan ‘starting
handle’, pompa atau kompresor.
·
Manifestasi klinis
1.
Nyeri pada tepi radial
pergelangan tangan
2. nyeri tekan pada anatomical snuffbox dan aspek ventral serta dorsal
dari scapoid.
·
X ray : AP dan lateral view
dari pergelangan tangan (gambar 7b), juga Scaphoid view (gambar 7a).
Catatan : Scaphoid view harus dilakukan
pada semua px dengan nyeri tekan pada ‘snuffbox’
area.
·
Komplikasi : nekrosis avaskular
nekrosis/ non-union/osteoarthritis/suddeck’s atrophy.
·
Terapi :
1.
pada kasus fraktur scaphoid
definitive : pasang scaphoid spica splint dan control pada klinik ortopedi
setelah 5 hari.
2.
Pada kasus dengan kecurigaan
fraktur scapoid namun tidak ada gambaran fraktur pada X ray, maka paang
scaphoid spica splint dan control pada klinik ortopedi setelah 10-14 hari.
Dislokasi Lunate
·
Mekanisme
trauma : bisaanya karena jatuh dengan tangan yang terulur.
·
Manifestasi
klinis : nyeri tekan local dan bengkak
·
X ray
: AP dan lateral pergelangan tangan (gambar 8)
·
Komplikasi : palsy nervus
medianus/avaskularnekrosis/sudeck’s atrophy.
·
Terapi :
1.
Reduksi dibawah Bier’s Block
2. Monitor tanda vital dan EKG.
·
Teknik Reduksi
1. Pasang traksi untuk mensupinasi
pergelangan tangan
2. Luruskan pergelangan tangan, pertahankan
tarikan tersebut.
3.
Aplikasikan tekanan dengan ibu
jari pada lunate.
4. Fleksikan pergelangan tangan secepatnya
ketika anda merasakan lunate masuk ke dalam tempatnya.
5. Pasang short arm back slab pada posisi
pergelangan tangan agak fleksi.
·
Disposisi
1. bila reduksi berhasil, control ke klinik
ortopedi setelah 2 hari.
2. Jika percobaan reduksi tidak berhasil,
pasang backslab dan MRS untuk ORIF
Dislokasi Perilunate
·
Mekanisme trauma : karena jatuh
saat tangan terulur atau hantaman langsung pada tangan.
·
Manifestasi
klinis : nyeri tekan local, bengkak, dan deformitas.
·
X ray : AP dan oblique view
dari metacarpal.
·
Terapi :
1. Jika fraktur undisplaced, pasang short arm
backslab dan control ke klinik ortopedi dalam 2-3 hari.
2.
Jika
fraktur displaced, coba reduksi di bawah Bier’s block, diikuti dengan aplikasi
backslab. Control ke klinik ortopedi dalam 2-3 hari.
3.
Jika fraktur melibatkan
metacarpal neck, splint harus diluruskan diluar PIPJ dengan MCJP pada saat
fleksi 90o. control ke klinik ortopedi dalam 2-3 hari.
Fraktur Rennett’s
Merupakan fraktur metacarpal ibu jari, dimana ada fragmen medial
kecil dari tulang yang miring, namun tetap terhubung dengan ‘trapezium’.
- X ray : AP dan Lateral view dari
metacarpal ibu jari.
Catatan : garis vertical fraktur
melibatkan trapezo-metacarpal joint dan terdapat subluksasi proksimal dan
lateral dari metacarpal ibu jari.
- Terapi : pasang scaphoid thumb
spica backslab dan MRs pada bagian hand surgey untuk ORIF.
Fraktur Phalang proksimal dan tengah dari jari
- Jika
fraktur displaced, lakukan M&R dengan Entonox atau digital block.
- Kemudian
pasang alumunium splint, dari bagian pergelangan tangan sampai ke ujung
jari, dengan MCJP pada posisi fleksi 90o dan IPJ diluruskan.
- Jika
fraktur undisplaced, pasang alumunium splint tanpa M&R.
Fraktur Phalang terminalis
- Terapi
cedera jaringan lunak harus diutamakan.
- Fraktur
tertutup : tidak butuh M&R; pasang short alumunium splintpada bagian posterior
jari.
- Fraktur
terbuka (hanya pada bagian terminal tuft) :
1. Irigasi dengan saline minaml 500ml.
2. berikan IV Cefazolin 1 g dalam 1 jam sejak
kedatangan px, sebelum dilakukannya X ray.
3.
pasang short alumunium splint
pada bagian posterior, control ke klinik Hand surgery dalam 3 hari.
·
Fraktur
terbuka (shaft atau basis) : berikan antibiotik IV seperti diatas, pasang kassa
atau alumunium splint dan MRS ke bagian Hand surgery untuk ORIF.
FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
Fraktur Collum Femur
Fraktur
femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua, terutama
wanita umur 60 tahun keatas, disertai tulang yang osteoporosis. Ini merupakan
fraktur yang sulit, semakin dekat fraktur ke kaput femur, semakin kecil
kemungkinan terjadi penyatuan (kecuali pada kasus impacted valgus fracture yang
stabil) dan kemungkinan nekrosis avaskular pada kaput lebih besar. Suplai darah ada kaput femur kecil dengan kalus yang terbentuk
sedikit. Sebagian besar adalah fraktur collum femur tidak stabil dan komplit.
Klasifisikasi fraktur collum femur :
- Fraktur intrakapsuler
- Fraktur extrakapsuler
Mekanisme fraktur
Dapat disebabkan oleh trauma langsung ( direct ) dan trauma tidak
langsung (indirect )
Disebabkan gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam acetabulum oleh ligamen
iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah collum femur.
Kebanyakan terjadi pada wanita tua ( 60 tahun keatas ) karena adanya
osteoporotik, dan biasanya merupakan kecelakaan ringan ( jatuh terpeleset di
kamar mandi ). Pada dewasa
muda fraktur intrakapsuler terjadi bila traumanya cukup hebat. 1,2,3
Berdasarkan lokasi anatomi , dibagi menjadi :
n Fraktur subcapital
n Fraktur transcervical
n Fraktur basis collum femur
Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :
- Tipe I : sudut 30o
- Tipe II : sudut 50o
- Tipe III : sudut 70o
Berdasarkan dislokasi atau tidak fragment dibagi menurut Garden
- Garden I : incomplete ( impacted )
- Garden II : fraktur collum femur tanpa dislokasi
- Garden III : fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi
- Garden
IV : fraktur collum femur dan
dislokasi total.1,2,3,5
Gambaran
Klinis
Ditandai dengan adanya trauma.
Pasien tidak dapat berdiri karena rasa sakit yang sangat pada panggul. Posisi
panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi.Didapatkan juga adanya perpendekan
dari tungkai yang cedera. Paha dalam posisi abduksi, fleksi dan eksorotasi.
Pada palpasi sering ditemukan adanya hematoma.
Radiologi
Setiap pasien yang tidak dapat
berjalan setelah terjatuh harus dilakukan pemeriksaan foto Roentgen pelvis
dengan tungkai dipertahankan pada rotasi interna maksimal agar mendapatkan
posisi terbaik dari collum femur. Rotasi eksterna membuat collum femur tampak
pendek.
Terapi
Impacted
Fraktur
Pada collum femur, periosteumnya
sangat tipis sehingga daya osteogenesisnya sangat kecil, sehingga seluruh
penyambungan fraktur collum femur tergantung pada pembentukan callus endosteal.
Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati collum femur pada fraktur femur
terjadi kerusakan, apalagi adanya haemarthrosis, akan menyebabkan terjadinya
avaskuler nekrosis.
Penanggulangan
Impacted
Fraktur
Penderita masih dapat berjalan
selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah panggul.
Kalau impactednya cukup kuat penderita dirawat 3-4 minggu, kemudian
diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8 minggu.Operasi yang
dikerjakan dengan multipin teknik percutaneus.
Penanggulangan dislokasi
fraktur collum femur
Segera dirawat di Rumah Sakit, tungkai yang sakit dilakukan skin
traction dengan Buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan reposisi yang
dilanjutkan dengan internal fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dahulu
dengan reposisi tertutup dengan cara Leadbetter. Kalau reposisi awal gagal
dapat diulang sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka
setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi.
Bila pasien
bersedia dilakukan operasi, akan dilakukan prinsip pengobatan, yaitu dilakukan
tindakan operasi arthroplasty dengan pemasangan prothese Austine Moore. Bila pasien tidak bersedia dioperasi, dilakukan
prinsip pengobatan tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya pasien
dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang, kemudian
pasien dilatih dengan menggunakan tongkat.
Jika artrodesis atau prostesis tidak dapat digunakan, maka dapat
dilakukan prosedur Girdlestone baik dengan operasi definitif atau temporer
sebelum dipasang prothese.
Indikasi dilakukan operasi Girdlestone :
1)
Fraktur collum femur yang tidak
menyatu
2)
Osteoartritis dengan collum
femur yang osteoporotik
3) Nekrosis avaskuler setelah fiksasi
interna pada penyakit sel sickle
Fraktur
intertrochanter femur
Merupakan fraktur antara
trochanter mayor dan trochanter minor femur. Termasuk fraktur ekstrakapsuler.
Banyak terjadi pada orang tua terutama pada wanita (diatas umur 60 tahun).
Biasanya berupa trauma ringan, jatuh terpeleset, daerah pangkal paha terbentur
lantai. Pada dewasa muda disebabkan oleh trauma dengan kecepatan tinggi (tabrakan
motor). Trochanter minor kadang-kadang terpisah menjadi 1/3 fragmen atau
terdapat fragmen multiple. Angulasi menyebabkan berkurangnya angulasi varus
dari normal 1450 collum femur
pada korpus menjadi 900 dan tungkai memendek.
Klasifikasi
Menurut Evan-Massie dibagi menjadi 2 :
- Stabil
- Tidak Stabil
Stabil
·
Garis fraktur
intertrochanter-undisplaced
·
Garis fraktur intertrochanter
displaced menjadi varus.
Unstabil
- Garis fraktur comminutiva dan
displaced varus
- Garis fraktur intertrochanter dan
subtrochanter.
Fraktur trokanter
diklasifikasikan atas empat tipe
q
Tipe I
Fraktur melewati trokanter mayor dan
minor tanpa pergeseran
q
Tipe II
Fraktur melewati trokanter mayor
disertai pergeseran trokanter minor
q
Tipe III
Fraktur disertai dengan fraktur
communitif
q
Tipe IV
Fraktur
yang disertai dengan fraktur spiral femur 1,3,5.
Gejala Klinis
Sering pada wanita tua dengan riwayat setelah jatuh terpeleset,
penderita tidak dapat berjalan. Pada pemeriksaan kaki yang cedera dalam posisi
external rotasi. Tungkai yang cedera lebih pendek. Pangkal paha sakit dan
bengkak.
Radiologi
Dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dengan roentgent foto
dapat ditentukan stabil atau tidak stabilnya jenis patahnya.
Penanggulangan
Umumnya fraktur trochanter mudah menyambung kembali karena daerah
trochanter kaya akan vaskularisasi.
Non Operatif
Dengan balance traksi umumnya memerlukan waktu 12 sampai 16 minggu.
Pada penderita yang sudah tua penanggulangan dengan traksi akan menimbulkan
penyulit yaitu terjadi komplikasi berupa pneumonia hipostatik, bronchopneumonia,
dekubitus, emboli paru, thrombosis arterifemoralis, untuk menghindarinya
dilakukan cara operasi. Pada fraktur tidak stabil dilakukan tindakan
medialisasi menurut Dimon dan Hughston baru dilakukan internal fiksasi dengan
alat internal fiksasi, seperti Jewett nail atau angle blade plate ( Ao ). Pada
tipe yang stabil tidak perlu dilakukan medialisasi langsung dilakukan internal
fiksasi dengan alat Jewett nail dan angle blade plate ( Ao ).
Komplikasi
Komplikasi dini sama pada fraktur
collum femur. Komplikasi
lanjut berupa deformitas varus dan rotasi eksterna serta nonunion, tetapi
kelainan ini jarang ditemukan.
Fraktur
Subtrochanter femur
Adalah fraktur dimana garis patah
berada 5 cm distal dari trochanter minor. Biasanya disebabkan oleh trauma. Pada
orang tua disebabkan oleh trauma yang ringan (jatuh terpeleset). Dan pada orang
muda biasanya karena trauma dengan kecepatan tinggi.
Klasifikasi
- Menurut Zickel
- Menurut Scinshaemer
- Menurut Fielding & Magliato
Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan trochanter minor
Tipe
2 : Garis patah berada 1-2 inch di bawah
dari batas atas trochanter minor
Tipe
3 : Garis patah berada 2-3 inch di distal
dari batas atas trochanter minor
Pemeriksaan Fisik
Tungkai bawah yang cedera
lebih pendek dan rotasi eksternal ( ekosorotasi ) di daerah panggul ditemukan
hematoma atau echymosis disertai nyeri pada pergerakan.
Radiologi
Dibuat proyeksi anteroposterior dan
lateral. Pada fraktur subtrochanter dimana trochanternya masih utuh biasanya
kedudukan fragment bagian atas dalam posisi abduksi dan fleksi dan fragment
distal dalam posisi adduksi.
Penanggulangan
Dilakukan terapi non operatif dan operatif.
Penanggulangan
non operatif
Dengan melakukan skeletal traksi dan sistem balance dengan posisi
tungkai bagian distal dibuat abduksi dan fleksi. Apabila alignment fragmen masih terlihat maka dapat dilakukan traksi
Perkins. Jika muskulus iliopsoas fleksi terhadap fragmen proksimal dan muskulus
gluteus adduksi sehingga bergeser maka digunakan metode lain. Pada anak-anak
dan dewasa muda dilakukan traksi tiang gantungan, sedangkan pada pasien yang
lebih tua dilakukan “traksi 90-90” dengan lutut difleksikan pada 900 .
Penanggulanan
operatif
Ini banyak kelemahannya yaitu morbiditas lama dan mortalitas yang
lebih tinggi. Untuk mengatasinya dilakukan open reduksi dengan pemasangan
internal fiksasi.
Komplikasi
q
Malunion
q
Non union
Komplikasi ini dapat diatasi dengan
koreksi osteotomi atau bone grafting.
Fraktur
Batang Femur ( Dewasa )
Mekanisme
Trauma
Daerah tulang ini sering mengalami
patah. Biasanya karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu-lintas atau jatuh
dari ketinggian. Lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah
ini dapat menimbulkan pendarahan yang cukup banyak, dan menyebabkan syok.
Fraktur spiral terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki melekat erat pada dasar
sambil terjadi putaran yang diteruskan pada femur. Fraktur yang bersifat transversal dan obliq
terjadi karena trauma langsung dan trauma angulasi.
Klasifikasi
fraktur batang femur
- Tertutup
- Terbuka
Fraktur Femur Terbuka
Adalah bila terdapat hubungan antara
tulang yang patah dengan dunia luar. Dibagi menjadi 3 derajat :
Derajat 1 : Luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragment tulang
dari dalam menembus keluar.
Derajat 2 : Luka lebih besar ( > 1 cm ), disebabkan karena benturan
benda dari luar.
Derajat 3 : Lebih luas dari derajat 2, lebih kotor, jaringan lunak
banyak yang rusak
( otot, saraf, pembuluh darah )
Pada umumnya penanggulangan fraktur terbuka dilakukan tindakan debridement, kemudian penanggulangan untuk tulangnya.
Pemeriksaan
Fisik
Daerah paha yang patah akan terlihat
membengkak, ditemukan fungsiolaesa, nyeri tekan, nyeri gerak. Tampak ada deformitas
angulasi ke lateral atau angulasi anterior, rotasi (exo/endo). Pada tungkai
bawah terdapat perpendekan tungkai. Pada fraktur 1/3 tengah femur perlu
diperhatikan kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamen
daerah lutut. Periksa juga saraf sciatica dan arteri dorsalis pedis.
Radiologi
Dengan proyeksi AP dan Lateral.
Pembuatan foto harus mencakup 2 sendi ( panggul ) dan ( lutut ).
Penanggulanagan
Pada fraktur femur tertutup,
sementara dilakukan skin traksi dengan metode Buck Extension atau pemakaian
Thomas Splint, tungkai ditraksi dalam keadaan extensi. Tujuan skin traksi
adalah untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut
dari jaringan lunak sekitar daerah yang patah. Setelah
dilakukan skin traksi dapat dipilih pengobatan non operatif atau operatif.
Traksi Kulit Dengan
Ekstensi
Indikasi : 1. Fraktur
pada korpus femur pada 3- 18 tahun
2. Fraktur intertrochanter pada dewasa
3. Pemisahan epifisis femoris atas
4. Panggul tidak
stabil setelah reduksi dislokasi
Non Operatif
Dilakukan skeletal traksi. Yang sering digunakan adalah metode
Perkins dan balance skeletal traction.
Operatif
Pada fraktur 1/3 tengah sangat baik dipasang intramedullary nail.
Macam-macam intramedullary nail diantaranya :
-
Kuntscher nail
-
Sneider nail
-
Ao nail
Yang paling terkenal adalah Kuntscher nail.
Pemasangan intramedullary nail dapat secara terbuka dan tertutup.
Terbuka dengan cara menyayat kulit-fascia sampai ke tulang yang patah, pen
dipasang secara retrograde. Cara tertutup tanpa menyayat daerah yang patah, pen
dimasukkan melalui ujung trochanter mayor dengan bantuan image intersifier (
C.arm ), tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragment bagian
distal. Keuntungannya tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan
terbatas.
Indikasi Operatif
- Penanggulanagn non operatif gagal
- Multiple fraktur
- Robeknya arteri femoralis
- Patologik fraktur
- Pada orang tua.
Fraktur
Supracondyler Femur
Daerah supracondiler adalah daerah
antara batas proximal condilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur.
Disebabkan oleh trauma langsung, karena kecepatan tinggi ( tabrakan sepeda
motor ). Terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya
rotasi.1,3
Pemeriksaan Fisik
Ditemukan pembengkakan daerah lutut, deformitas lutut dan krepitasi.
Radiologi
Proyeksi Anteroposterior dan Lateral.
Penanggulangan
Non operatif
Traksi : Dilakukan skeletal
traksi dengan sistem balance traksi. Untuk mengatasi dislokasi posterior
fragment distal femur di bawah lutut diganjal dengan bantalan lunak supaya
lututnya menjadi fleksi. Traksi dipertahankan sampai terjadi callus (8-12
minggu).
Operasi
Dilakukan open reduksi, dipasang internal fiksasi. Keuntungan
operasi : sendi dapat digerakkan lebih bebas dan masa perawatan yang lebih
singkat. Alat untuk fiksasi diantaranya Condylar Plate Ao. 3,4,5
Fraktur Intercondylar
Biasanya fraktur intercondular diikuti fraktur supracondular,
sehingga umumnya terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
Tanda Klinis
Adanya pembengkakan pada daerah lutut dan adanya deformitas. Gerakan
patela terhambat, ditemukan dengan jelas adanya krepitasi.
Radiologi
Proyeksi Anteroposterior dan Lateral.
Penanggulangan
Tujuan utama penanggulangan fraktur intraarticular/intracondylar
adalah menbentuk permukaan sendi seanatomis mungkin. Bila terjadi fraktur
undisplaced dapat dilakukan penanggulangan dengan skeletal traksi. Pada
displaced fraktur dicoba juga dengan
skeletal traksi, bila belum berhasil lakukan tindakan open reduksi dan
pemasangan internal fiksasi. Internal fiksasi yang sering digunakan : Condylar
Blade Ao atau Sliding Compresion Screw.
Fraktur Condylar Femur
Lebih jarang ditemukan dibandingkan fraktur Supracondylar femur dan
intracondylar femur.
Pemeriksaan Fisik
q
Trauma berat
q
Lutut haemarthrosis
q
Tampak deformitas varus pada
lutut
q
Krepitasi jelas dirasa.
Radiologi
Proyeksi Anteroposterior dan proyeksi Lateral.
Penanggulangan
Pada fraktur undisplaced dapat dilakukan non operatif, yaitu dengan
dilakukan skeletal traksi. Sedangkan
pada displaced fraktur dilakukan open reduksi dengan pemasangan internal
fiksasi dengan cancellous screw.1,3
Fraktur
Patella
Patela merupakan tulang sesamoid
yang paling besar pada tubuh dan mempunyai fungsi mekanis dalam ekstensi
anggota gerak bawah. Di
sebelah proksimal melekat otot quadriceps dan di bagian distal melekat ligamen
patela.1,2,3
Mekanisme fraktur
Dapat disebabkan karena trauma langsung atau tidak langsung.
Trauma tidak langsung disebabkan karena tarikan yang sangat kuat
dari otot quadriceps yang membentuk muskulotendineus melekat pada patela. Hal
ini sering disertai pada penderita yang jatuh dimana tungkai bawah menyentuh
tanah terlebih dahulu dan otot quadriceps kontraksi secara keras, untuk
mempertahankan kestabilan lutut. Pada trauma tidak langsung garis patahnya transversal atau avulsi ujung
atas atau ujung bawah dari
patela.
Fraktur langsung disebabkan
penderita jatuh dalam posisi lutut fleksi, dimana patela terbentur dengan
lantai. Biasanya jenis patahnya comminutiva ( stelata ). Pada jenis patah ini
medial dan lateral quadriceps expansion umumnya tidak ikut terobek. Ini yang menyebabakan penderita masih
dapat melakukan gerakan ekstensi lutut melawan grafitasi.
Klasifikasi
- Tipe I : Fraktur tanpa adanya pergeseran dan bersifat transversal (
fraktur crack )
- Tipe II : Fraktur transversal dengan pergeseran
- Tipe
III: Fraktur transversal pada kutub atas/bawah
- Tipe IV: Fraktur communitif
- Tipe V : Fraktur vertical.
Gejala Klinik
Dari anamnesa ditemukan adanya trauma.
Pada lutut terlihat pembengkakan disebabkan
haemarthrosis. Pada perabaan ditemukan patela mengambang ( floating patella ).
Penderita tidak dapat melakukan extensi lutut. Hal ini biasanya terjadi pada
trauma yang indirek dimana patahnya transversal dan quadriceps mekanisme robek.
Pada trauma direk yang
patahnya comminutiva medial dan lateral quadriceps expansionnya masih utuh,
penderita masih bisa melakukan extensi.
Radiologi
Dengan proyeksi anteroposterior dan lateral. Terkadang diperlukan
proyeksi sky line view untuk memeriksa adanya fraktur patela incomplete.
Penanggulangan
Non operatif
- Untuk fraktur patela yang
undisplaced
- Bila terjadi haemorthrosis
dilakukan fungsi terlebih dahulu
- Kemudian dilakukan immobilisasi
dengan pemasangan gips dari pangkal paha sampai pergelangan kaki. Posisi
lutut dalam fleksi sedikit ( 5-10 ) dipertahankan 6 minggu.
Operatif
Pada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi
dengan teknik tension band wiring
Bila jenis fraktur comminutiva dilakukan rekonstruksi
dilakukan patellektomi, ini akan menimbulkan kelemahan quadriceps expansion.3,4
Dislokasi Sendi Lutut
Sendi lutut termasuk sendi yang sering mengalami dislokasi setelah
sendi panggul dan sendi bahu. Sering disebabkan oleh trauma yang berat (
kecelakaan lalu lintas).
Akibat dislokasi
terjadi juga ruptur ligamen collateral medial disertai ligamen collateral
lateral. Kadang-kadang disertai ligamen cruciatum anterior atau
ligamen cruciatum posterior.
Gejala
Klinik
Tampak adanya deformitas pada lutut
yang cedera ( varus atau valgus ). Daerah lutut sangat bengkak
Radiologi
Proyeksi anteroposterior dan
lateral. Perhatikan kemungkinan adanya avulsi dari ujung fibula dan fraktur
tibial spine.
Pengobatan
Segera lakukan reposisi dengan
anestesi umum. Tujuan reposisi untuk menghindarkan kerusakan yang lebih parah
dari arteri poplitea atau saraf poplitea. Kalau ditemukan adanya rupture
ligamen collateral medial atau collateral lateral disertai ruptur ligamen
criciatum anterior atau posterior dilakukan repair ligamen dengan operasi.
Dislokasi Patella
Biasanya terjadi ke arah lateral, berupa :
1. Dislokasi akut
Dislokasi akut sering terjadi pada saat lutut dalam posisi fleksi
atau semi fleksi dan patela bergeser ke arah lateral dengan condylus femur.
Gambaran Klinis
Sendi lutut tidak dapat
diextensikan. Reposisi dapat terjadi secara spontan atau dilakukan secara
manual.
Pengobatan
Setelah dilakukan reposisi sebaiknya dipertahankan dengan gips
silinder selama 6 minggu.
2. Dislokasi Rekuren
Sering terjadi pada wanita dewasa muda.
Penyebabnya
·
Kadangkala lekukan
intercondyler femur
·
Letak patela yang tinggi dan
kecil
·
Genue valgum
Pengobatan
Apabila terjadi
dislokasi yang berulang-ulang maka
dianjurkan untuk operasi
3. Dislokasi Habitual
Lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi pada
anak-anak. Penyebab utama adalah pemendekan otot
quadriceps terutama komponen vastus lateralis karena fibrosis setelah injeksi
muskulus quadriceps.
Pengobatan
Dengan
operasi.
Robekan ligamen pada lutut
Biasa terjadi pada atlet dan
olahragawan, dapat menimbulkan kecacatan disertai ketidakmampuan untuk berolah
raga secara professional.
Trauma ligamen pada lutut dibagi
dalam empat kelompok :
1) Robekan pada ligamen medial
Mekanisme
trauma
Robekan pada ligamen medial lebih sering ditemukan. Robekan terjadi sewaktu tibia
mengalami abduksi pada femur disertai trauma rotasi.
Urutan robekan ligamen tergantung beratnya trauma, yaitu :
a.
Robekan pada selaput sendi
bagian superficial
b.
Robekan pada ligamen kolateral
medial
c. Robekan pada ligamen crusiatum
anterior; terjadi apabila trauma berlanjut dengan tibia rotasi ke arah
eksterna.
Robekan ligamen kolateral medial dan crusiatum
anterior dapat disertai dengan robekan meniscus medialis dan disebut Trias O’
Donoghue.
Gambaran
Klinis
Pembengkakan pada lutut disertai
efusi pada sendi lutut. Nyeri tekan bagian medial pada daerah ligamen medial
terutama bagian proksimal yang melekat pada femur.
Radiologis
Dilakukan di bawah pembiusan dengan
foto AP dan foto stress AP
Pengobatan
a)
Konservatif
Bila robekan tidak hebat dapat dilakukan aspirasi lutut
dan pemasangan gips silinder.
b)
Operatif
Dilakukan apabila robekan besar dengan penjahitan pada
ligamen yang robek.
1) Robekan pada ligamen lateral
Lebih jarang ditemukan dan terjadi akibat adduksi tibia
terhadap femur ( strain varus ).
2) Robekan pada ligamen Crusiatum
Robekan ligamentum crusiatum anterior dapat bersama-sama
dengan robekan ligamen kolateral medial. Hal ini terjadi karena pergerakan
bagian proksimal tibia terhadap femur ke depan secara keras atau terjadi akibat
pergerakan hebat bagian proksimal tibia ke belakang.
Pengobatan
Dengan cara operasi dan
rekonstruksi kembali biasanya kurang memuaskan. Pengobatan pada robekan ligamen
crusiatum posterior dapat dilakukan rekonstruksi dari ligamen sendiri atau
dengan operasi lain yang memberikan stabilitas pada sendi. Operasi dapat secara terbuka atau dengan menggunakan alat
artroskopi.
3) Strain ligamen medial dan lateral
Terjadi bila trauma yang ada tidak cukup kuat untuk menyebabkan
suatu robekan total pada ligamen ini. Strain pada ligamen medial lebih sering
terjadi daripada ligamen lateral.
Mekanisme
trauma
Robekan pada bagian medial terjadi karena trauma abduksi sedangkan
robekan bagian lateral karena trauma adduksi.
Gambaran
Klinis
Ditemukan adanya riwayat trauma abduksi atau adduksi disertai nyeri
pada daerah ligamen. Terdapat pembengkakan pada daerah luutut serta nyeri tekan
pada daerah ligamen yang terkena. Dengan pemeriksaan stress, penderita mengeluh
lebih sakit tetapi sendi lutut stabil. Mungkin ditemukan sedikit caiaran dalan
sendi lutut.
Pemeriksaan artroskopi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis.
Pengobatan
Pemakaian gips silinder selama 2-3
minggu.
FRAKTUR PROKSIMAL TIBIA (bumper fracture atau fraktur plato
tibia)
Bagian proksimal tibia merupakan
tulang yang lemah yang terdiri dari tulang spongiosa dan dibatasi korteks yang
tipis. Bagian ini mudah terkena cedera, terutama pada orang berusia lebih dari
50 tahun dengan kondisi tulang osteoporotik.
Oleh sebab itu, trauma langsung di daerah lutut mudah menyebabkan
fraktur intraartikular tibia (plato tibia).
Mekanisme trauma
Biasanya terjadi akibat tabrakan
pada sisi luar kulit oleh bumper mobil saat orang sedang berjalan. Trauma terjadi langsung dari arah samping
lutut dengan kaki terfiksasi pada permukaan tanah. Trauma menekan lutut ke arah valgus medial
dan mendorong kondilus femur di plato tibia bagian lateral, yang akhirnya
menyebabkan fraktur intraartikular atau terjadi ambalsnya permukaan sendi bagian lateral tibia.
Kemungkinan lain penderita jatuh
dari ketinggian, terjadi penekanan vertikal pada permukaan sendi tibia dan
menyebabkan patah intraartikular berbentuk T atau Y.
Klasifikasi sederhana menurut Adam
:
1. fraktur kompresi komunitif
2. tipe depresi plato
3. fraktur oblik
Gambaran klinis
-
Riwayat
trauma pada lutut
-
Bengkak dan
nyeri pada lutut
-
Hemartrosis
-
Gerak sendi
lutut terbatas
Pemeriksaan
radiologis
Dengan foto rontgen posisi AP dan lateral dapat
diketahui jenis fraktur, tetapi kadang-kadang diperlukan foto oblik.
Pengobatan
1. Konservatif / non operatif
Hemartrosis yang besar, tegang, dan
nyeri harus diaspirasi dalam kondisi aseptik.
Untuk fraktur yang tidak mengalami
dislokasi dapat ditanggulangi dengan beberapa cara, antara lain dengan
memasang:
a. verban elastis
b. gips sirkuler
c. Traksi
2. Operatif
Apabila terjadi
dislokasi yang cukup lebar dan apabila permukaan sendi tibia amblas lebih dari
8 mm, dilakukan reduksi terbuka dan dipasang fiksasi interna dengan butress plate dan cancellous screw.
Permukaan sendi tibia
yang amblas direkonstruksi dengan mengangkat kembali permukaan yang amblas dan
bekas lubangnya diisi dengan tulang spongiosa dari tempat lain (autogenous bone graft).
Fraktur
Diafisis
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering
ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat
juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja.
Fraktur ini merupakan akibat terbanyak dari kecelakaan lalu lintas.
Mekanisme
trauma
Terjadi trauma angulasi yang menimbulkan fraktur
tipe transversal atau oblik, kadang dengan fragmen kominutif, sedangkan trauma
rotasi akan menimbulkan fraktur tipe spiral.
Tenaga rotasi dapat terjadi pada olahragawan seperti pemain bola.2 Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit
ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka.
Pembagian lain dari mekanisme trauma:
1. Trauma langsung :
-
Energi tinggi
: akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian lebih dari 4 m.
Biasanya terjadi fraktur terbuka.
-
Energi rendah
: akibat cedera pada waktu olah raga. Biasanya terjadi fraktur tertutup
2. Trauma tidak langsung :
Disebabkan oleh gaya gerak tubuh
sendiri. Biasanya berupa torsi tubuh,
kekuatan trauma disalurkan melalui sendi.
Garis patah biasanya berbentuk spiral dan tidak sama tinggi pada tibia
di bagian distal sedangkan pada fibula di bagian proksimal.
Gambaran
klinis
-
Pembengkakan
-
Nyeri dan
nyeri tekan pada daerah yang patah
-
Penonjolan
tulang ke luar kulit
-
Tampak
deformitas angulasi atau endo/eksorotasi.
Pemeriksaan
radiologis
Umumnya cukup dibuat 2 proyeksi anterior posterior
dan lateral.
Pengobatan
1. Konservatif
Berupa reduksi fraktur secara tertutup
kemudian dipasang gips sirkuler. Pasien
dapat berjalan dan menahan beban berat dengan tiga jenis gips. Sesuai dengan urutan berkurangnya stabilitas,
tetapi meningkatkan mobilisasi dan kenyamanan, maka terdapat :
a. Long leg
walking cast (gips tungkai
panjang), dari lipat paha sampai ke basis jari kaki. Tujuannya adalah untuk melakukan imobilisasi
fragmen dan agar pasien dapat berjalan sesegera mungkin.
b. Short leg
walking cast (gips tungkai
pendek), dari tepat di bawah lutut sampai ke basis jari kaki. Bertujuan melindungi fraktur pada tibia
sepertiga tengah atau sepertiga bawah segera setelah fraktur mejadi stabil dan
pembengkakan menghilang.
c. Plaster
gaiter, dari tepat di bawah lutut
sampai tepat di atas pergelangan kaki.
Tujuannya adalah melindungi fraktur pada sepertiga tengah tibia saat
menyembuh.
Long leg cast dipasang
dahulu, dan jika diperlukan dapat diganti, diikuti gips tungkai yang lebih
pendek saat fraktur menyembuh.
Prinsip reposisi :
-
Fraktur
tertutup
-
Ada kontak 70
% atau lebih
-
Tidak ada
angulasi. Apabila ada, koreksi dilakukan
setelah 3 minggu (union secara fibrosa).
-
Tidak ada
rotasi.
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan pada :
-
Fraktur
terbuka
-
Kegagalan
terapi konservatif
-
Fraktur tidak
stabil
-
Adanya
nonunion
Metode operasi :
-
Pemasangan plate and screw
-
Nail intrameduler
-
Pemasangan screw
-
Pemasangan
fiksasi eksterna → indikasi :
Ø Fraktur tibia terbuka derajat II dan III terutama bila terdapat kerusakan jaringan
yang hebat atau hilangnya fragmen tulang
Ø Pseudoartrosis yang mengalami infeksi.1
Fraktur
tertutup pada korpus tibia pada orang dewasa
Dua jenis cedera dapat mematahkan tibia dewasa
tanpa mematahkan fibula :
- Jika tungkai
mendapat benturan dari samping, dapat mematahkan secara transversal atau
oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan intak, sehingga dapat membidai
fragmen, dan pergerseran akan sangat terbatas.
- Kombinasi
kompresi dan twisting dapat
menyebabkan fraktur oblik spiral hampir tanpa pergeseran, dan cedera
jaringan lunak sangat terbatas.
Fraktur ini biasanya sembuh dengan cepat.
Penanganan :
-
Jika terdapat
pergeseran yang signifikan, maka dilakukan reduksi. Jika pergeseran minimal, fragmen dibiarkan
sebagaimana adanya.
-
Fraktur oblik
panjang → pemasangan long leg walking cast selama 6 minggu, dan plaster gaiter selama 2 minggu setelahnya.
-
Fraktur
tansversal → waktu penyembuhan selama 12-16
minggu.
-
Fraktur oblik
pendek → Long leg walking cast dilepas
pada minggu ke-8.
Fraktur
tertutup pada korpus fibula
Gaya yang diarahkan pada sisi luar tungkai pasien
dapat mematahkan fibula secara transversal.
Biasanya disebabkan oleh trauma langsung sewaktu pertandingan sepak
bola. Tibia dapat tetap dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi pergeseran
atau hanya sedikit pergeseran ke samping.
Biasanya pasien masih dapat berdiri.
Otot-otot tungkai menutupi tempat fraktur, sehingga diperlukan sinar-X
untuk konfirmasi diagnosis.
Untuk
fraktur ini tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu
selama persendian lutut normal, pasien dibiarkan berjalan segera setelah cedera
jaringan lunak memungkinkan. Penderita
cukup diberi analgetika dan istirahat dengan tungkai tinggi sampai hematom
diresorbsi.
Fraktur Dan Fraktur Dislokasi Sendi Pergelangan
Kaki
MEKANISME TRAUMA
Penyelidikan-penyelidikan mekanisme trauma pada
sendi talocrural ini telah dilakukan sejak lama sekali. Tapi baru setelah tahun
1942 oleh penemuan-penemuan berdasarkan penyelidikan eksperimental pada preparat-preparat anatomik,
LAUGE HANSEN dari Denmark berhasil melakukan pembagian dari
jenis-jenis trauma serta berdasarkan pembagian ini hampir semua fraktur serta
trauma dapat dibagi dalam 5 dasar mekanismenya.
a. Trauma supinasi/Eversi.
Dalam
jenis ini termasuk lebihdari 60% dari fraktur sekitar sendi talocrural.
b. Trauma Pronasi/Eversi
Tidak begitu sering, hanya kurang lebih 7 - 8% fraktur sekitar sendi talocrural.
c. Trauma Supinasi/Adduksi. Antara 9 - 15% dari
fraktur sendi talocrural termasuk
golongan ini.
d. Trauma
Pronasi/Abduksi
Sekitar 6 - 17% fraktur sendi talocrural.
e. Trauma
Pronasi/Dorsifleksi
Sangat jarang terjadi tapi perlu disebutkan. Banyak pengarang telah
melakukan penyelidikan pada material klinis mereka berdasarkan pembagian dari
LAUGE HA NSEN ini. Satu hal yang penting yang dapat
selalu ditarik dari dasar pembagian ini adalah kita dapat mengenal mekanismenya
dari trauma dan kemudian setelah melihat penemuan radiologik, menghubungkan trauma
yang terdapat pada ligamen-ligamennya. Mengenai trauma inversi juga telah
dilakukan penyelidikan-penyelidikan eksperimental dan memang dapat dihasilkan
secara eksperimental tapi suatu trauma inversi hampir tidak pernah akan
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Perlu ditekankan kembali bahwa sprain ,
robekan ligamen serta patah tulang pada sendi talocrural adalah suatu kesatuan
etiologi. Kekuatan-kekuatan indirek yang sama, tergantung dari
kedudukan kaki pada saat itu serta arah rotasi sendi talocrural/yang bekerja
pada setiap jenis trauma. Kekuatan indirek ini sebenarnya kecil, dibanding dengan
panjang lever yang misalnya satu meter sudah dapat menimbulkan fraktur. LESIS menemukan
bahwa untuk fulcrum 1 m cukup kekuatan sebanyak 5 - 8 kg saja. Sedangkan suatu
kekuatan direk yang diperlukan untuk menyebabkan kerusakan yang sama, harus kurang
lebih 100 kali lebih kuat.
Diagnosa Klinik
Diagnosa pasti
mengenai trauma pada sendi talocrural tidak dapat didasarkan secara radiologik
saja, karena pemeriksaan ini hanya akan memberikan keterangan yang sedikit sekali mengenai kerusakan
pada ligament. Diagnosa pada sendi talocrural membutuhkan palpasi secara metodik
oleh karena kebanyakan struktur yang penting berada langsung dibawah permukaan
kulit. Lakukanlah palpasi pertama pada daerah yang paling tidak memberikan rasa
nyeri, dan singkirkan kemungkinan adanya kerusakan dengan tidak terdapatnya
nyeri tekan setempat serta tidak adanya pembengkakan pada daerah tersebut.
Misalnya kedua malleoli dapat diraba, dan bilamana tidak memberi
rasa nyeri pada penekanan maka kemungkinan fraktur pada keduanya kecil sekali. Ligamenta
yang mudah diperiksa antara lain adalah :Medial ligamen. Komponen
fibulocalcaneal serta talofibular anterior dari ligamen lateral. Ligamen
tibiofibular inferior. Bilamana ligamenta ini tidak nyeri pada perabaan dan
dapat ditegangkan tanpa memberi rasa sakit, kemungkinan kerusakan adalah kecil.
Pada setiap pemeriksaan, lingkup gerak sendi harus diperiksa secara teliti.
Batasan dari gerak atau adanya rasa nyeri harus diperhatikan. Untuk mengetahui
stabilitas sendi talocrural perlu hubungan talus dengan kedua tangkai garpu
malleolar diperiksa. Penting pula diingat bahwa nyeri daerah ini mungkin juga
disebabkan oleh karena terdapatnya fraktur pada os calcaneus
atau pada basis os metatarsal ke lima.
Radiologik
Pemeriksaan
radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah tulang atau disangka
adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari dua sudut,
anteroposterior.dan lateral sudah akan memberikan jawaban
adanya hal-hal tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan
lain. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan sendi
talocrural, suatu pandangan anteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat
dilakukan.Suatu stress X-ray dapat dibuat untuk melihat berapa luas robekan
dari ligamen, hal ini terutama berguna untuk ligamenta lateral. Diastasis sendi
(syndesmosis) tibiofibular distal penting sekali untuk
dikenali. Tapi tidak ada suatu cara khusus untuk melihat luasnya diastasis ini.
Suatu fraktur fibula diatas permukaan sendi talocrural (dapat sampai setinggi
1/3 proksimal fibula) secara tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian
yang sama), selalu harus diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis.
Diastasis juga jelas bila ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis.
Tapi bila tidak terdapat subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu
diastasis.
Pengelolaan Klinik
Penting sekali
dalam pengelolaan trauma sendi talocrural untuk membuat suatu rencana yang
baik. Pada waktu mula-mula melihat suatu trauma sekitar sendi ini, sebaiknya
kita bedakan
dahulu apakah trauma itu sesuatu yang stabil atau tidak stabil. Kita anggap
trauma ini tidak stabil bila terdapat risiko kemungkinan adanya suatu : (i)
dislokasi, (ii) distorsi dan (iii) pelebaran dari ankle mortice. Bilamana
penderita itu datang dengan sudah berjalan pada kaki tersebut tanpa terlihat
adanya dislokasi, dapat dianggap bahwa trauma tersebut stabil. Bilamana tidak
stabil sudah dapat dipastikan bahwa struktur-struktur pada kedua sisi (medial
dan lateral) dari sendi talocrural ini rusak. Atau dengan kata lain bilamana
kerusakan itu hanya terdapat padasatu sisi maka trauma ini stabil dan
penggunaan salah satucara immobilisasi boleh dilakukan (optional), tapi tidak
mutlak. Bilamana secara klinis sudah dapat dipastikan bahwa terdapat kerusakan
pada kedua sisi, maka kemudian kita fikirkan jenis yang mana dari trauma yang
kita hadapi. Paling sering tentunya adalah jenis yang
dalam mekanisme trauma sudahkita bahas yaitu jenis dengan kaki yang berputar
keluar (twisting putwards), rotasi eksternal, eversi dan abduksi. Sedangkan jenis
yang jarang terjadi adalah jenis berputar kedalam (twisting inwards), rotasi
internal, inversi dan adduksi.