PENDAHULUAN
- Penderita yang dirawat di ICU sangat memerlukan sedasi dan analgesia agar merasa nyaman dan menjadi tenang. Keadaan ini disebabkan pasien mengalami perubahan lingkungan, sehingga suasana menjadi asing, juga akibat adanya pemasangan monitor baik invasif maupun non invasif.
- Analgesia yang sering direkomendasikan adalah morphine sulphate, fentanyl dan hydromorphone. Sedasi yang direkomendasikan adalah midazolam, propofol dan lorazepam.
- Obat yang ideal harus mempunyai efek sedasi sekaligus analgesia. Saat ini ada obat baru yang mungkin mempunyai kedua efek tersebut, yaitu dexmedetomidine. Dexmedetomidine merupakan golongan alpha 2 adrenergic receptor agonist.
PENGGUNAAN SEDASI PADA PASIEN DI UNIT RAWAT INTENSIF
- Sedasi dan analgesia sangat penting diberikan pada pasien yang dirawat di ICU.
- Obat golongan sedative hanya mempunyai efek anxiolytic, hypnotic dan amnesia, tidak mempunyai efek analgetic.
- Sedasi adalah tercapainya keadaan analgesia serta terpenuhinya kebutuhan anxiolytic, hypnotic dan amnesia. Analgetic yang adekuat harus dapat mencapai sedasi, selanjutnya anxiolytic, hypnotic dan amnesia.
- Perubahan pada respons endokrin
- Hipermetabolisme
- Retensi natrium dan kalium
- Mobilisasi cadangan energi dan peningkatan lipolisis
- Endokrin.
- Peningkatan ACTH, kortisol, ADH, GH, glucagon, renin dan aldosteron.
- Penurunan insulin.
- Metabolik.
- KH : hiperglikemia, retensi insulin, intoleransi glukosa
- Protein : katabolisme meningkat
- Lemak : lipolisis meningkat
- Cairan dan Elektrolit.
- Retensi air dan natrium
- Ekskresi kalium meningkat
DEXMEDETOMIDINE
- Adalah golongan alpha 2 adrenergic receptor agonist. Alpha 2 adrenergic receptor terdapat pada presynaptic nerve terminalis, sebagai feed back inhibition of catecholamine release. Alpha 2 adrenergic receptor terdapat di berbagai jaringan tubuh, seperti ginjal, vesica urinaria, dinding usus, dinding pembuluh darah, sistem saraf pusat dan perifer.
- Penemuan terakhir menunjukan bahwa alpha 2 adrenergic receptor ada 3 kategori yaitu
- Alpha 2-A, alpha 2-B dan alpha 2-C. Alpha 2-A : terdapat diseluruh bagian otak dan mengatur pelepasan epinephrine di ujung saraf serta merupakan mediator efek sedasi, anestesi dan hhhipotensi.
- Alpha 2-B : terutama di thalamus dan menghantarkan efek vasokonstriksi.
- Alpha 2-C : terdapat didaerah tuberkel Olfactorius, hypocampus dan cortex cerebri yang mengatur neurotransmitter.
- Aktivasi alpha 2 adrenergic agonist di CNS.
- Alpha 2 adrenergic agonist bekerja dengan cara merangsang reseptor pada presynaptic dan postsynaptic. Stimulasi pada locus ceruleus di daerah kaudal ventrikel IV akan menghasilkan efek sedasi, analgesia dan anxiolytic.
- Pengaruh utama alpha 2 adrenergic agonist pada presynaptic, dimana reseptor ini mengatur pelepasan epinephrine dan adenosin trifosfat melalui negative feed back mechanism, sehingga terjadi penurunan simpatis, sedasi, analgesia dan anxiolytic. Respons sedasi juga dihantarkan pula oleh aktivasi alpha 2 adrenergic receptor di daerah locus ceruleus yang berpasangan dengan protein G, sehingga terjadi perubahan hantaran ion.
- Stimulasi N.Tractus Solitarius dan medulla Oblongata menyebabkan penurunan catecholamine release dan tonus simpatis. Stimulasi cornu dorsalis medulla spinalis menyebabkan release substance P menurun sehingga terjadi antinociceptive.
- Aktivasi alpha adrenergic receptor terjadi melalui mekanisme :
- Inhibisi adenylate cyclase.
- Akselerasi perubahan ion kalium/natrium.
- Aktivasi kanal kalium.
- Inhibisi sensitivitas voltase kanal calcium.
- Modulasi perpindahan inositol fosfatidil.
- Mekanisme ini menyebabkan pembentukan 3,5 cyclic Adenosine Monophosphate dan calcium menurun, sehingga terjadi hiperpolarisasi membran sel, yang berakibat hantaran neuron terhambat. Aktivasi alpha 2 adrenergic receptor dapat menghasilkan analgesia diderah spinal dan supra spinal.
- Aktivasi alpha 2 adrenergic agonist di Perifer
- Aktivasi alpha 2 adrenewrgic agonist pada presynaptic akan menyebabkan pelepasan norepinephrine terhambat sehingga hemodinamik akan stabil. Sedangkan aktivasi alpha 1 adrenergic postsynaptic akan menyebabkan transitory vasoconstriction, keadaan inilah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah dan heart rate,keadaan ini disebut biphasic effect.
- Rangsangan pada otot polos pembuluh darah akan menimbulkan transitory vasoconstriction, keadaan inilah yang menyebabkan tekanan darah dan heart rate meningkat. Peningkatan tekanan darah dan heart rate dapat diatasi dengan pemberian infus lambat, sekitar 10 menit.
- Dexmedetomidine mengalami biotransformasi di hepar melalui mekanisme glucoronidation dan cytochrome P 450 metabolism, kemudian di keluarkan melalui urine ( 95 % ) dan feces ( 4 % ).
- Eliminasi half life adalah 2 jam. Pada penderita gangguan hepar sebaiknya dosis dikurangi.
Cara pemberian : loading dose 1 mikrogram/Kg infus lambat, selama 10 menit dan dilanjutkan infus kontinyu 0,2 – 0,7 mikrogram/Kg/jam tidak boleh lebih dari 24 jam.
MIDAZOLAM
- Adalah golongan benzodiazepine, bersifat short acting.
- Penetrasi ke CNS cepat, sekitar 2-2,5 menit.
- Hanya untuk penggunaan kurang dari 24 jam.
- Cara pemberian : loading dose 0,03 mg/kg dilanjutkan drips 0,03 mg/kg/jam.
- Obat ini bekerja pada GABA receptor, menyebabkan amnesia anterograde.
- Mempunyai efek sedatve, hypnotic, anxiolytic dan anterograde amnesia.
- Onset of action 1-2 menit pada pemberian intravena.
- Pada penyuntikan terasa nyeri, sebaiknya diberi tambahan lidokain 10 mg.
- Cara pemberian : loading dose 2-2,5 mg/kg, dilanjutkan 0,5-1,5 mg/kg/jam perdrips.
- Hanya digunakan untuk waktu 24 jam.
MENILAI KEDALAMAN SEDASI.
- Ada 3 cara menilai kedalaman sedasi:
- Observasi langsung
- Menggunakan skoring
- Mengukur variabel yang ada korelasi langsung dengan kedalaman sedasi
Tingkat Sedasi
|
Skor
|
Ansietas, agitasi, gelisah
|
1
|
Kooperatif dan tenang
|
2
|
Dapat mengikuti perintah
|
3
|
Tertidur tapi bereaksi cepat terhadap tepukan ringan Atau rangsangan suara
|
4
|
Tertidur, bereaksi lamban terhadap tepukan ringan Atau rangsangan suara
|
5
|
Tertidur dan tidak ada reaksi
|
6
|
B. Skala Agitasi – Sedasi
|
Indikasi sedasi di ICU :
- Kenyamanan pasien
- Menurunkan stres nyeri
- Mempermudah tindakan dan prosedur media
Keuntungan Analgetik di ICU :
- Menurunkan angka terjadinya komplikasi paru pasca trauma abdomen dan trauma thorax
- Memungkinkan mobilisasi dini, sehingga menurunkan komplikaso deep venous thrombosis dankomplikasi paru
- Mengurangi stres nyeri sehingga kadar katekolamin dan neuropeptida darah menurunyang akan mempercepat konsumsi oksigen, cardiac output menjadi normal serta aktivitas simpatis lainnya
- Perbaikan metabolisme lebih cepat sehingga proses anabolisme dapat lebih cepat, maka proses penyembuhan luka dan fungsi imunitas
- anxietas
- nyeri
- hipotermia/hipertermia
- hipovolemia
- acidosis
- malnutrisi, dehidrasi
- hypoxia
- infeksi, sepsis
- prolonged immobilisation
- stres lingkungan
- stres fisik
- prosedur invasif
- ventilator mekanik
- disorientasi dan kelelahan
DAFTAR PUSTAKA.
- Fundamental Critical Care Support. Second Ed. Society of Critical Care Medicine. Anaheim, September 1998.
- Sri Redjeki I,Suarjaya IPP. Sedasi dan Analgesia pada perawatan Intensif. Bag./SMF Anestesi dan Reanimasi FK Unpad/RSHS Bandung. Kumpulan Makalah PIB XI, Medan : 4-7 Juli 2000.
- Thaib MR. Dexmedetomidine : Paradigma Baru dalam pemberian Sedatif di ICU.Bag./ SMF Anestesi dan Terapi Intensif FK UI/RSCM Jakarta.Kumpulan Makalah PIB XI, Medan : 4-7 Juli 2000.
- Bisri T. Penggunaan Perioperatif Alpha 2 Agonis Dexmedetomidine.Bag./SMF Anestesi dan Reanimasi FK Unapad/RSHA Bandung.
- Miller Rd. Anesthesia. Second Ed. Churchil Livingstone : New York, Melbourne,1986