PENYAKIT TRIKURIASIS ATAU TRIKOSEFALIASIS
Pengertian Trikuriasis
- Trichuriasis atau Trikuriasis atau disebut juga Trikosefaliasis (trichocephaliasis) adalah penyakit parasit terutama dalam jaringan sekum, usus buntu, usus besar dan rektum, yang disebabkan oleh infeksi berasal dari jenis cacing Trichuris trichiura atau dalam bahasa awam dikenal sebagai cacing cambuk yang biasa berkembang biak dalam lingkungan yang kebersihanya tidak terjaga seperti di dalam tanah dan lumpur.
- Manusia merupakan satu satunya hospes atau inang dari cacing Trichuris trichiura yang menyebabkan penyakit Trikuriasis. Jadi manusia merupakan tempat hidup cacing cambuk ini, dimana cacing ini hidup dan mendapat makanan dari manusia dengan mengakibatkan berbagai keluhan pada manusia sebagai hospesnya berupa gejala diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri dan gejala lainnya seperti anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rekti.
Penyebab Penyakit Trikuriasis
- Seperti yang sudah disebutkan dalam pengertianya bahwa penyakit ini disebabkan oleh cacing jenis Trichuris trichiura yang merupakan cacing cambuk usus. Cacing Trichuris trichiura disebut sebagai cacing non patogen dan komensal yang hidup di dalam usus besar terutama di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan dalam kolon asendens. Bila investasi cacing berada dalam jumlah yang banyak dan daya tahan tubuh pasien kurang baik, maka cacing akan menimbulkan gejala klinis, dimana bagisan posterior atau bagian belakang cacing melekat pada mukosa usus dan menyebabkan pendarahan kronis dan kerusakan pada mukosa usus.
- Cacing Trichuris trichiura yang merupakan penyebab cacing ini termasuk parasit cacing dari kelas nematoda usus yang termasuk dalam golongan cacing soil transmitted helminth, yaitu cacing yang dalam perkembangbiakannya memerlukan media tanah dan hidup di usus manusia, dan menginfeksinya.
- Cara infeksi cacing Trichuris trichiura atau cacing cambuk usus ini adalah hanya dengan menelan makanan atau minuman yang mengandung telur matang (infektif). Telur matang ialah telur yang berisi larva dan merupakan bentuk infektif. Larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama secum, jadi cacing ini tidak mempunyai siklus paru. Masa pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina meletakkan telur kira-kira 30 – 90 hari.
Epidemologi atau Penyebaran Penyakit Trikuriasis
- Cacing ini bersifat kosmopolit, berarti terdapat hampir seluruh indonesia; terutama ditemukan di daerah panas dan lembab, seperti di Indonesia. Di Indonesia ada tiga cacing yang sering ditemukan dan menyebabkan penyakit pada anak terutama yang kurang menjaga kebersihan yaitu cacing Ascaris lumbricoides, Cacing tambang dan Trichuris trichiura. Dari ketiga spesies atau jenis cacing ini, hanya cacing Trichuris trichiura yang paling susah pengobatannya, dimana jika biasanya penyakit yang disebabkan oleh dua jenis cacing lain sekali minum obat langsung sembuh, namun pada cacing Trichuris trichiura harus minum obat tiga kali berturut-turut baru bisa menunjukan ada perbaikan terhadap penyakit yang disebabkan cacing jenis ini.
- Di beberapa daerah di Indonesia, prevalensi masih tinggi seperti yang dikemukakan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1990/1991 antara lain 53% pada masyarakat Bali, 36,2% di perkebunan di Sumatera Selatan. 51,6% pada sejumlah sekolah di Jakarta. Prevalensi di bawah 10% di temukan pada pekerja pertambangan di Sumatera Barat (2,84%) dan di sekolah-sekolah di Sulawesi Utara (7,42%). Pada tahun 1996 di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan infeksi trichuris ditemukan sebanyak 60% di antara 365 anak sekolah dasar.
- Yang penting untuk penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah dengan tinja. Telur di tanah liat, tempat lembab dan teduh dengan suhu optimum kira-kira 30 derajat celcius. Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagai pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frekuensi di Indonesia tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar antara 30 – 90%.
- Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan pengobatan penderita trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama anak. Mencuci tangan sebelum makan, mencuci dengan baik sayuran yang dimakan mentah adalah penting apalagi di negeri-negeri yang mamakai tinja sebagai pupuk. Karena kebiasaan seperti defekasi sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, bermain-main di tanah di sekitar rumah, maka khususnya anak balita akan terus menerus mendapat reinfeksi. Dengan demikian golongan rawan infeksi spesies cacing ini adalah anak balita. Usia anak yang termuda mendapat infeksi Trichuris adalah 41 minggu. Ini terjadi di lingkungan tempat kelompok anak berdefekasi di saluran air terbuka dan di halaman sekitar rumah (door yard infection).
- Diketahui bahwa banyaknya telur yang dihasilkan satu ekor cacing betina T.trichiura kira-kira 5000 sehari. Semakin banyak telur ditemukan di sumber kontaminasi (tanah, debu, sayuran dan lain-lain), semakin tinggi derajat endemi di suatu daerah. Jumlah telur yang dapat berkembang, menjadi semakin banyak pada masyarakat dengan infeksi yang semakin berat, karena berdefekasi di sembarangan tempat, khususnya di tanah, yang merupakan suatu kebiasaan sehari-hari.
Mengenal Cacing Trichulis trichiula atau cacing cambuk yang menyebabkan Trichuriasis
- Cacing betina panjangnya kira-kira 5 cm, sedangkan cacing jantan kira-kira 4 cm. Bagian anterior seperti cambuk, panjangnya kira-kira 3/5 dari panjang seluruh tubuh. Bagian posterior bentuknya lebih gemuk, pada cacing betina bentuknya membulat tumpul dan pada cacing jantan melingkar dan terdapat satu spikulum. Baik cacing jantan maupun cacing betina mempunyai kepala dan ekor, dimana ekornya tipis sedangkan kepalanya tebal. Bagian kepala inilah yang masuk ke mukosa usus yang menyebabkan lesi-lesi dan pendarahan usus.
- Telur berukuran 50 – 54 mikron x 32 mikron berbentuk seperti tempayan dengan semacam penonjolan yang jernih pada kedua kutub. Kulit telur bagian luar berwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja.
Daur Hidup Cacing Trichulis trichiula atau cacing cambuk
- Seekor cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3.000 – 10.000 butir. Telur dilepaskan bersama tinja sang penderita. Telur tersebut menjadi matang dalam waktu 3 – 6 minggu dalam lingkungan yang sesuai, yaitu pada tanah yang lembab dan tempat yang teduh pada suhu optimun kira-kira 25° –30°C. Telur matang dari spesies cacing ini tidak menetas dalam tanah.
- Apabila telur yang matang ini ditelan oleh manusia, maka melalui jalur pencernaan telur akan ke usus. Larva akan menetas di dalam usus halus menjadi dewasa lalu berpindah ke usus besar bagian distal dan masuk ke kolon terutama secum. Cacing ini tidak melewati silkus paru seperti cacing-cacing lainnya. Cacing dewasa ini hidup di kolon asendens dan sekum dengan bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus. Didalam colon cacing ini akan mengadakan kopulasi atau perkawinan dan bertelur lalu dikeluarkan bersama tinja penderita. Demikianlah siklus ini berulang.
Gejala Klinis Penyakit Trichuriasis atau Trikuriasis atau disebut juga Trikosefaliasis
- Cacing Trichuris pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens dan rektum. Investasi cacing Trichuris trichiura yang ringan (kurang dari 100 cacing), tidak menimbulkan gejala klinis yang jelas.
- Pada infeksi berat (lebih dari 10.000 telur/gram tinja), terutama pada anak, karena cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mucosa rektum yang mengalami prolabsus akibat mengejangnya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu rupanya cacing ini menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia. Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris yang berat dan menahun, menunjukkan gejala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum.
- Pada tahun 1976, bagian Parasitologi FKUI telah melaporkan 10 anak dengan trikuriasis berat, semuanya menderita diare yang menahun selama 2 – 3 tahun. Kini kasus berat trikuriasis tidak pernah dilaporkan lagi di Jakarta. Infeksi berat Trichuris trichiura sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala. Parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja rutin.
Cara diagnosis Penyakit Trichuriasis atau Trikosefaliasis
- Dalam mendiagnosis suatu penyakit, seperti biasanya kita harus melewati tahap-tahap diagnositik. Untuk penyakit ini haruslah dimulai dengan anamnesis yang tepat terhadap penderita. Anamnesia atau wawancara kepada pasien ini bisa dilakuakn secara auto atau allo anamnesis, menyangkut keluhan sekarang, keluhan penyerta, raiwayat penyakit dan riwayat penyakit keluarga.
Beberapa keluhan yang dapat dijumpai pada penderita trikuriasis
| |
Keluhan Ringan
|
Kadang tidak bergejala, mungkin hanya ketidaknyamanan perut bagian bawah, perut kembung, banyak kentut atau flatus, dan diare atau sembelit
|
Keluhan Berat
|
syndrome disentri (diare berdarah), sakit perut, anemia, perforasi usus dan prolaps rektum . Jika menderita lama, maka gejalanya menyerupai penyakit radang usus , termasuk sakit kronis perut dan diare, serta gangguan pertumbuhan, anemia penyakit kronis , dan jari tabuh
|
- Selain berdasarkan anamnesis gejala klinis, Diagnosa pasti terhadap penyakit ini adalah dengan menemukan telur dan cacing dewasa di dalam tinja penderita.
- Pada pemeriksaan darah, dapat dijumpai adanya anemia hipokromik yang disebabkan karena pendarahan-pendarahan kronis. Pada tiap-tiap infeksi didapatkan peningkatan jenis sel darah putih yaitu eusinofil sebesar 5-10%.
- Pemeriksaan radiologi dengan Endoskopi sering menunjukkan cacing dewasa melekat pada mukosa usus besar atau colon.
Diagnosis Banding atau penyakit yang mirip dengan trikuriasis
- Anemia, Chronic
- Gastroenteritis
- Giardiasis
- Other parasitic helminth infection
Pengobatan Penyakit Trikuriasis akibat cacing cambuk
Perawatan Umum
- Higiene atau kebersihan pasien di perbaiki (Gunakan jamban yang bersih, Tingkatkan kebersihan individu, Hindari sayuran yang belum dicuci bersih) dan diberikan diet tinggi kalori, sedangkan anemia bisa diatasi dengan pemberian preparat besi.
- Bila keadaan ringan dan tidak menimbulkan gejala, penyakit ini tidak perlu diobati. Tetapi bila menimbulkan gejala, maka dapat diberikan obat cacing.
- Dahulu infeksi Trichuris sulit sekali diobati. Obat seperti tiabendazol dan ditiazanin tidak memberikan hasil yang memuaskan.
- Sekarang dengan adanya mebendazol dengan dosis 2×100 mg selama tiga hari atau dosis tunggal 500 mg, albendazol dosis tunggal 400 mg, dan oksantel 15mg/kg/BB selama dua hari diobati dengan hasil yang cukup baik. Mebendazol tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya
Beberapa jenis obat cacing pada anak dan dewasa
| |
Mebendazol
|
· Dosis anak-anak : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari.
· Dosis dewasa (diatas 5 tahun) : I tablet kunyah dosis tunggal 500mg 1 kali sehari
· Infeksi campuran : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari atau 500 mg dalam dosis tunggal untuk semua jenis infeksi
|
Indikasi untuk infeksi cacing
· Ascariasis (penyakit cacing gelang), Trichuriasis (penyakit cacing cambuk), Enterobiasis (penyakit cacing kremi), Ancylostomiasis (penyakit cacing tambang), Necatoriasis (penyakit cacing tambang), Infeksi cacing campuran
| |
Kontra indikasi dan efek samping
· Pada wanita hamil dan menyusui
· Efek samping jarang berupa diare, nyeri perut, kejang jugadilaporkan dapat terjadi pada bayi, dan alergi obat seperti NET atau syndrome stevens jhonson.
| |
Albendazol
|
· Anak 1 -2 tahun : dosis tunggal 200mg sekali minum, untuk infeksi berat dapat dilanjutkan selama 3 hari (2x100mg dihari ke 2 dan ke 3)
· Anak lebih dari dua tahun dan dewasa : dosis tunggal 400mg sekali minum, untuk infeksi yang berat diminum selama 3 hari
|
Indikasi
· Ascariasis (penyakit cacing gelang), Trichuriasis (penyakit cacing cambuk), Enterobiasis (penyakit cacing kremi), Ancylostomiasis (penyakit cacing tambang), Necatoriasis (penyakit cacing tambang), Infeksi cacing campuran dan kista ekinokokus, ekinokokus alveolar, neurosistiserkosis,
| |
Kontra indikasi dan efek samping
· Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati dan Jangan diberikan pada ibu menyusui.
· Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah terjadi pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek samping ini ada hubungannya dengan pengobatan.
|
Komplikasi
- Bila terjadi infeksi berat dapat terjadi perforasi usus atau prolapus rekti. Prolapus recti adalah kondisi medis yang ditandai dengan terabanya benjolan pada anus akibat turunnya rectum (bagian dari usus besar yang mengarah ke anus, dimana materi tinja melaluinya).
Prognosis
- Dengan pengobatan yang adekuat, prognosis baik
DAFTAR PUSTAKA
- Buku parasit fakultas kedokteran universitas indonesia
- Bethony J, Brooker S, Albonico M, et al; Soil-transmitted helminth infections: ascariasis, trichuriasis, and hookworm. Lancet. 2006 May 6;367(9521):1521-32
- Fetene T, Worku N. “Public health importance of non-biting cyclorrhaphan flies.” Trans R Soc Trop Med Hyg 2008 Sep 23.
- Kinfu A, Erko B. “Cockroaches as carriers of human intestinal parasites in two localities in Ethiopia.” Trans R Soc Trop Med Hyg 2008 Jun 23.
- Hotez Peter J. M.D., Molyneux David H Ph.D. D.Sc., Fenwick Alan Ph.D., Kumaresan Jacob M.B., B.S., D.P.H, Sachs Sonia Ehrlich M.D., Sachs Jeffrey D. Ph.D., and Savioli Lorenzo M.D. “Control of Neglected Tropical Diseases.” The New England Journal of Medicine 2007;357:1018:27.
- Mascarini-Serra L.M., Telles CA, Prado MS, Mattos SA, Strina A, Alcantara-Neves NM, and Barreto ML. “Reductions in the prevalence and incidence of geohelminth infections following a city-wide sanitation program in a Brazilian Urban Centre.” PLoS Neglected Tropical Diseases 2010 Feb 2; 4(2):c588.
- Nimir AR, Aziz MS, Tan GC, Shaker AR. “Massive lower gastrointestinal bleeding attributable to heavy whipworm infection and Salmonella typhi co-infection: a case report." Cases J. 2009 Sep 16;2:8285.
- Bickle QD, Solum J, Helmby H. “Chronic intestinal nematode infection exacerbates experimental Schistosoma mansoni infection.” Infect Immun. 2008 Dec;76(12):5802-9. Epub 2008 Sep 29.