PEMANTAUAN SELAMA ANASTHESI
PEMANTAUAN SISTEM RESPIRASI SELAMA ANASTHESI
Pemantauan secara klinis dari sistem respirasi selama anasthesi meliputi pengamatan terhadap gerakan balon reservoir, warna mukosa bibir dan lidah, penilaian patensi jalan nafas dan pola respirasi. Secara fisiologis, respirasi adalah proses pertukaran oksigen, pertukaran karbondioksida dan pengaturan pH darah. Proses ini terutama meliputi aktivitas respirasi eksternal (pertukaran gas antara darah dan udara sekitar) dan respirasi internal (pertukaran gas antara darah dan jaringan )
Pemantauan secara klinik terutama adalah untuk mengenal tanda-tanda hipoksemia, hiperkarbi dan obstruksi jalan nafas. Pemantauan sistem respirasi yang umumnya digunakan adalah penggunaan stetoskop (prekordial dan esofageal), penggunaan oksimeter denyut, kapnografi dan analisa gas darah.
- Stetoskop prekordial
- Stetoskop prekordial (Wenger chestpiece) terbuat dari metal, sangat berat dan berbentuk seperti bel. Stetoskop ini diteletakkan diatas dada atau pada suprasternal notch.(Gambar 10). Meskipun berat disini bertujuan untuk mempertahankan posisinya saat dipasang, tetapi masih diperlukan perekat dua sisi untuk lebih memperkuat, disamping untuk memperjelas suara yang keluar.
- Stetoskop ini dihubungkan dengan menggunakan extension tubing ke telinga dokter anestesi, dan dapat memantau keadaan pasien dan lingkungan kamar operasi secara bersama-sama.
- Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan alat ini adalah reaksi alergi pada kulit, abrasi kulit dan rasa sakit saat pelepasan stetoskop dari tubuh pasien
Gambar 10. Stetoskop prekordial |
- Stetoskop esofageal
- Stetoskop esofageal terbuat dari plastik lembut, berbentuk seperti kateter dengan ujung distal yang dilindungi dengan balon (gambar 11). Meskipun kualitas pemantauan nafas dan suara jantung lebih baik dibanding stetoskop prekordial, tapi penggunaannya terbatas pada pasien yang dilakukan intubasi.
- Komplikasi pemasangan melalui mulut atau lubang hidung dapat secara tidak sengaja mengakibatkan iritasi mukosa dan perdarahan. Yang mungkin tapi jarang terjadi adalah stetoskop ini masuk ke trakea, sehingga mengakibatkan kebocoran disekitar kaf dari pipa endotrakeal.
- Informasi yang didapatkan pada penggunaan baik itu stetoskop prekordial atau esofageal adalah konfirmasi tentang ventilasi, kualitas dari suara nafas (misalnya wheezing), keteraturan dari denyut nadi dan kualitas dari irama jantung
|
- Oksimeter denyut (Pulse oximetry)
- Oksimeter denyut mengukur frekuensi denyut nadi dan tingkat saturasi oksigen hemoglobin dengan menggunakan metode penyerapan gelombang cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Setiap molekul organik mempunyai spektrum penyerapan tertentu, dan biasanya saat oksigen terikat pada hemoglobin, maka terjadi perubahan spektrum peyerapan. Hal inilah yang akan ditangkap oleh probe pada oksimeter denyut. Probe tersebut dapat dipasang pada seluruh bagian tubuh pasien antara lain pada kaki, telinga atau lengan (pada anak-anak), tapi biasanya pada ujung jari (Gambar 12). Pada probe oksimeter denyut terdapat dua sisi, dimana sisi yang satu terdapat light-emitting diode’s (LEDs) dan pada sisi yang lain terdapat sensor cahaya.
- Oksimetri tergantung pada pengamatan bahwa oksigenasi dan reduksi hemoglobin berbeda penyerapannya pada cahaya merah dan inframerah (hukum Lambert-Beer). Secara spesifik, oksihemoglobin (HbO2) diserap lebih pada cahaya inframerah (960 nm), sedangkan deoksihemoglobin diserap lebih pada cahaya merah (660 nm) sehingga pada mata telanjang nampak biru atau sianosis (Gambar 13). Rasio dari penyerapan pada panjang gelombang merah dan inframerah dianalisa oleh mikroprosesor sehingga menghasilkan saturasi oksigen dari pulsasi arteri.
Gambar 12. Probe oksimeter denyut pada anak-anak/bayi |
- Hasil yang didapatkan dengan menggunakan oksimeter denyut ini adalah dapat dipercaya dalam mengukur frekuensi denyut nadi dan tingkat saturasi oksigen hemoglobin secara non invasif, sehingga alat ini digunakan sebagai peralatan standar dalam pemantauan selama anestesi
Gambar 13. Perbedaan penyerapan oksihemoglobin dan deoksihemoglobin pada cahaya merah dan infra merah |
- Alat oksimeter denyut ini tidak mengukur tekanan parsial oksigen (PaO2) dan tergantung dari letak pada kurva disosiasi oksihemoglobin (Gambar 14), PaO2 dapat jauh berbeda (Tabel 2). Saturasi 95% atau lebih yang terukur dengan oksimeter denyut merupakan bukti kuat oksigenasi arterial perifer yang adekuat. Oksimeter denyut memerlukan perfusi perifer yang intak dan tidak mampu membedakan oksihemoglobin dari karboksihemoglobin maupun methemoglobin, sehingga membatasi kegunaannya pada penderita yang mengalami vasokonstriksi hebat dan penderita dengan keracunan karbonmonoksida. Penggunaan oksimeter denyut secara khusus dalam praktek ditunjukkan pada Tabel 3
Gambar 14. Kurva disosiasi oksihemoglobin |
Tingkat PaO2
|
Tingkat SaO2
|
90 mmHg
|
100 %
|
60 mmHg
|
90 %
|
30 mmHg
|
60 %
|
27 mmHg
|
50 %
|
- Komplikasi penggunaan oksimeter denyut sangat jarang terjadi, tetapi bila probe dipasang pada ekstremitas untuk jangka waktu yang lama, akan dapat menimbulkan kerusakan kulit. Sayangnya, kelemahan dari pulse oksimeter ini adalah tanda yang diterima apabila terjadi kegagalan oksigenasi biasanya terlambat, yaitu setelah pasien mengalami hipoksemia yang mungkin terjadi beberapa menit sebelumnya, contohnya pada terputusnya sistem pernafasan dari mesin anestesi ke pasien
Tabel 3. Penggunaan oksimeter denyut secara khusus dalam praktek
- Kapnografi
- Kapnografi adalah alat non invasif, yang berguna untuk mengukur karbondioksida (CO2) pada satu siklus respirasi didalam sirkuit nafas. Alat ini menggambarkan pola kadar CO2 (diukur dalam kilo Pascal atau mmHg) pada fase inpirasi dan ekspirasi serta menunjukkan kadar CO2 pada akhir ekshalasi (End Tidal CO2 atau ETCO2). (Gambar 15).
Gambar 15. Kapnografi |
- Pengukuran kadar CO2 dalam sirkuit nafas ini berguna untuk menilai ventilasi yang adekuat, deteksi intubasi esofageal, diskoneksi sirkuit nafas atau ventilator, problem sirkulasi dan deteksi hipertermia maligna. ;">Kapnografi adalah standart emas untuk mendeteksi intubasi esofageal, dimana tidak ada atau sangat kecil CO2 terdeteksi bila terjadi intubasi esofageal. Peningkatan tekanan intrakranial dengan menurunkan PaCO2 dapat dengan mudah dipantau dengan menggunakan analisa ETCO2. Penurunan secara cepat ETCO2 adalah indikator yang sensitif terhadap terjadinya emboli udara yang sering terjadi pada kraniotomi dengan posisi duduk. Nilai normal PaCO2 adalah 5,3 kPa (40 mmHg).;">Ada beberapa teknik pengukuran. Yang paling sering digunakan adalah infrared absorption spectroscopy. Teknik yang lain adalah photo-acoustic spectroscopy, Raman scattering dan mass spectrometry . Gambaran kapnografi yang normal terdiri dari 4 fase. Fase pertama terjadi saat inspirasi. Fase kedua adalah mulai terjadinya ekspirasi, yang hasilnya adalah peningkatan CO2. Fase ketiga adalah expiratory plateau, merupakan pengeluaran CO2 dari seluruh alveoli. Titik tertinggi dari plateau dikenal sebagai end-tidal CO2 (ETCO2). Ini adalah tanda dari akhir ekspirasi. Fase keempat adalah mulai terjadinya kembali inspirasi. (Gambar 16).
Gambar 16. Gambaran normal kapnografi |
- Analisa gas darah
- Tujuan pemantauan disini adalah untuk mengetahui tekanan parsial O2, tekanan parsial CO2, saturasi oksigen dan pH darah
- Pemeriksaan Analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru. pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis,brakhialis,atau formalis.
- Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
- Gas darah arteri merupakan pengukuran standar dan lebih diterima untuk penentuan status pernapasan, terutama untuk oksigenasi. Gas darah arteri member informasi langsung mengenai fungsi paru dan adekuasi ekskresi CO2 ,dan merupakan pemantauan invasif yang membutuhkan punksi arteri atau jalur arteri yang menetap