Arteri Koroner Angiografi (Kateterisasi Jantung) - Full Version - Animasi Medis
Video angiografi 2
Apa itu Angiografi coroner?
Angiografi koroner adalah suatu prosedur yang menggunakan cairan khusus (bahan kontras) dan x-ray untuk melihat aliran darah darah mengalir pada jantung Anda.
Apa tujuan di lakukan angiografi coroner?
Angiografi koroner digunakan untuk mendiagnosis sejumlah kondisi jantung dan digunakan sebagai panduan pengobatan atau memonitor hasil pengobatan penyakit jantung. Dalam melakukan angiogram koroner, dokter menyisipkan sebuah kateter (tabung hampa tipis dengan diameter 2-3 mm) melalui kulit ke dalam arteri baik di lipat paha atau lengan.
- Kateterisasi jantung bertujuan untuk mendapat gambaran dan data objektif secara pasti tentang perubahan anatomis dan fisiologis akibat berbagai kelainan pada jantung dan pembuluh darah.
- Dengan kateterisasi jantung dapat diketahui ada tidaknya kelainan jantung, jenis kelainan jantung, derajat kelainan tersebut, cara pengobatan yang tepat, dan menilai hasil pengobatan. Selain itu, kateterisasi jantung juga dapat digunakan untuk mengetahui tekanan pada ruang-ruang di jantung, melihat bagaimana darah melewati jantung, mengambil sampel darah, menginjeksikan zat kontras untuk melihat adanya hambatan pada pembuluh darah, atau abnormalitas dari ruang jantung, serta melakukan koreksi pada kelainan jantung tersebut
gambar hasil angiografi |
- Untuk menegakkan diagnosis, yaitu dengan menganalisis semua data hasil kateterisasi sehingga di peroleh gambaran anatomi dan fisiologi secara pasti. Angiografi koroner juga dianggap metode 'gold standar' untuk mendiagnosa penyakit arteri koroner (kondisi yang mempengaruhi arteri sekitar jantung).
- Untuk melakukan terapi, yaitu kateterisasi intervensi sebagai tindak lanjut dari diagnosis yang diperoleh
- Memiliki gejala penyakit arteri koroner meskipun telah mendapat terapi medis yang adekuat
- Penentuan prognosis pada pasien dengan penyakit arteri koroner
- Nyeri dada stabil dengan perubahan iskemik bermakna pada tes latihan
- Pasien dengan nyeri dada tanpa etiologi yang jelas
- Sindrom koroner tidak stabil (terutama dengan peningkatan Troponin T atau I).
- Pasca infark miokard nongelombang Q
- Pasca infark miokard gelombang Q pada pasien risiko tinggi (ditentukan dengan tes latihan atau pemindaian perfusi miokard).
- Pasien dengan aritmia berlanjut atau berulang
- Gejala berulang pasca coronary artery bypass Graft (CABG)atau percutaneus coronary intervention(PCI)
- Pasien yang menjalani pembedahan katup jantung
- Pasien gagal jantung dengan etiologi yang tidak jelas
- Menentukan penyebab nyeri dada pada kardiomiopati hipertropi
Kontraindikasi dari angiografi
Kontraindikasi dari kateterisasi jantung ini sangat bervariasi. Hal ini bergantung pada kemajuan teknik, peralatan serta ketrampilan operator.
Seiring berkembangnya pengetahuan mengenai kateterisasi jantung, hampir dikatakan tidak ada lagi kontraindikasi absolut, yang ada hanya kontraindikasi relatif.
Hal-hal yang termasuk dalam kontraindikasi relatif adalah:
- Ventrikel iritabel yang tidak dapat dikontrol
- Hipokalemia/intoksikasi digitalis yang tidak dapat dikoreksi
- Hipertensi yang tidak dapat dikoreksi
- Penyakit demam berulang
- Gagal jantung dengan edema paru akut
- Gangguan pembekuan: waktu protrombin lebih dari 18 detik
- Gagal ginjal hebat/anuria
- Alergi bahan kontras
Apa saja komplikasi yang dapat timbul jika melakukan angiografi?
Komplikasi Pada prosedur kateterisasi terdapat beberapa komplikasi, seperti
- Terjadinya luka pada arteri dan vena pada tempat dilakukannya kateterisasi. Hal ini terjadi pada 0,5-1,5% pasien. Lebam disertai perubahan warna kulit pada tempat punksi pembuluh darah terjadi pada 1-5% pasien.
- Komplikasi yang paling jarang terjadi adalah infeksi pada lokasi pemasangan kateter. injeksi dari zat kontras dapat menyebabkan mual dan muntah pada 3-15% pasien, rasa gatal pada 1-3% pasien, reaksi alergi pada 0,2% pasien. Pada pasien yang mempunyai fungsi ginjal yang abnormal, injeksi zat kontras ini dapat memperburuk kondisi penyakit tersebut.
- Komplikasi mayor, seperti kematian, serangan jantung, dan stroke, yang terjadi dalam 24 jam setelah prosedur dilakukan, ditemui pada 0,2-0,3% pasien. Kematian dapat dikarenakan perforasi dari jantung maupun pembuluh darah, abnormalitas irama jantung, serangan jantung, dan reaksi alergi yang parah akibat injeksi kontras