PENDAHULUHAN
Benign prostatic hiperplasia adalah suatu tumor jinak yang berasal dari jaringan prostat periuretral. Keadaan ini biasanya terjadi pada pasien usia diatas 50 thn, manifestasi nocturia, rasa tidak puas buang air kecil, aliran urin tidak lancar akibat dari retensi urin dan gagal ginjal, masalah lain terutama kardio pulmoner, resiko anestesi dan pembedahan semakin tinggi.
Usia laki-laki makin lanjut, makin tinggi kemungkinan terjadinya hiperplasia prostat.
Penyakit penyulit prabedah protatektomi yang biasanya ditemukan adalah : penyakiy Diabetes melitus, penyakit paru, penyakit jantung, infeksi saluran kencing, hernia, haemorhoid, dan hipertensi. Pada orang yang sangat tua, penyakit penyulit banyak terdapat prabedah, memerlukan penanganan lebih dahulu sebelum dilakukan operasi.
Penanganan BPH dengan obat penghambat testosteron menjadi dihidrotestosteron yang penting untuk pertumbuhan kelenjar prostat, sehingga ukuran dan obstruksi berkurang. Penanganan paling tepat adalah tindakan transuretral reseksi.
TURP ( Trans uretral resection of prostate ) merupakan salah satu terapi operatif yang sampai sekarang masih dianggap terapi terbaik untuk hiperplasia prostat yang tidak terlalu besar dan tidak adanya kelainan intravesika ( divertikel buli).
Pada tahun-tahun terakhir ini tindakan transuretra reseksi prostat semakin meningkat presentasinya. Merupakan suatu tindakan operasi tertutup tanpa membuka dinding perut, sehingga lebih disukai pasien, perdarahan yang terjadi relatip sedikit, lama perawatannya pendek, resiko tindakannya lebih rendah dibanding TVP. TVP ( Prostatektomi transvesika suprapubik ) merupakan cara prostatektomi yang banyak dipergunakan terutama bila ada indikasi kelainan intravesika, juga pada prostat hiperplasia kecil bila tidak mungkin dilakukan prosedur TURP.
Pada tindakan TURP dapat terjadi beberapa komplikasi yang dapat membahayakan jiwa, akibat diabsorbsinya cairan irigasi saat tindakan, terjadi intoksikasi air, hiponatremi dilutional dengan segala akibatnya yaitu gagal jantung mendadak, udema paru, udema serebri, dikenal sebagai sindroma TURP. Usaha untuk menurunkan komplikasi TURP sudah banyak dilakukan, baik dari tehnik pembedahannya, tehnik anestesinya, maupun pemilihan cairan infusnya.
Komplikasi setelah operasi : Yang sering terjadi adalah cairan intravaskuler meningkat, hipotermia, kehilangan darah, TUR sindrom. Komplikasi yang tidak umum meliputi dilutional hypokalemia, hemolisis, koagulopati, perforasi buli, sepsis, persistent penile erection, stimulasi syaraf obturator. Pada orang yang sudah tua lebih dari 70 thn dilakukan prostatektomi menghambat persiapan operasi dan kemungkinan besar juga akan berpengaruh terhadap lama rawat dan penyembuhan.
Penderita dengan tindakan TURP preoperatif harus diperiksa secara baik, sering disertai penyakit paru – jantung – ginjal relatif tinggi 30 - 60% sehingga harus hati – hati mortalitasnya 0,5 – 6% umumnya karena infark miokard, pulmo udema, gagal ginjal. Kematian tertinggi karena komplikasi kardiovaskuler. Angka kematian menurun pada usia lebih dari 60 thn karena tindakan TURP. Setelah operasi morbiditas usia > 80 Thn 22,6%. Morbiditas karena akut retensi 27%, kegagalan mengeluarkan urin 11%, hipotonik buli-buli 8,4%.
ETIOLOGI ATAU PENYEBAB BPH
Penyebab secara pasti belum diketahui, dikenal 3 teori terjadinya hiperplasia prostat:
- Teori stem cell, Stem cell merupakan sel yang selalu bertumbuh menggantikan sel yang mati. Pada prostat hiperplasia stem cell bertumbuh berlebihan akibat rangsangan androgen dalam kadar tertentu.
- Teori DHT ( dihidro testosteron ). Sel prostat akan tumbuh bila dirangsang oleh DHT yang terdapat dalam sel. Bila testosteron masuk kedalam sel maka dengan perantaraan 5 alfa reduktase akan berubah menjadi DHT, sehingga makin besar jumlah DHT akan makin besar pula prostatnya.
- Teori Embryonic reawakening dari MC Neal. Pada penderita prostat hiperplasia tiba-tiba terjadi pertumbuhan seperti masa embrional dari sel- sel kelenjar prostat yang berakibat prostat membesar.
PATOFISIOLOGI
Perubahan dini terjadi pada kelenjar periuretal sekitar verumontanum. Hiperplasia pada stroma nodule, acinar nodule, mixed fibroadenomatous nodule. Istilah benign prostatic hipertrophy adalah salah oleh karena perubahan yang terjadi bukan hipertropi tetapi hiperplasia.
Perubahan tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun dari ukuran beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter.
Definisi TVP
- Singkatan dari prostattektomi transvesika suprapubik ( TVP ) adalah prostattektomi dengan indikasi kelainan intravesika, prostat hipertropi kecil bila tak dapat dikerjakan prosedur TURP atau prosedur endourologi.
- Singkatan dari transuretra reseksi prostat. Merupakan terapi operasi yang dianggap terbaik untuk hiperplasia prstat yang tak terlalu besar dan tidak ada kelainan intravesika seperti misalnya divertikel buli.
- Adalah suatu tumor jinak yang berasal dari jaringan prostat periuretra. Keadaan ini biasanya terjadi pada pasien usia lanjut.
GEJALA KLINIK
gambar prostat |
Gejala hyperplasia prostat menurut Boyarsky, dkk (1977) dibagi menjadi gejala obstruktif dan gejala iritatif pada penderita BPH
- Gejala obstruktif
Gejala-gejalanya antara lain:
- Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency)
- Pancaran miksi yang lemah (Poor stream)
- Miksi terputus (Intermittency)
- Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
- Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying)
- Volume kelenjar periuretral
- Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
- Kekuatan kontraksi otot detrusor
- Gejala iritatif
- Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
- Nokturia
- Miksi sulit ditahan (Urgency)
- Disuria (Nyeri pada waktu miksi)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan urethrosistoskopi dikerjakan pada semua penderita untuk menentukan jenis operasinya. Bila penempelan lobus lateral kanan kiri ( kissing ) kurang dari 3 cm, perkiraan berat prostat kurang dari 50 gr atau tidak ada kontra indikasi, maka dilakukan TURP dan sisanya dilakukan TVP ( Transvesikal suprapubik prostatektomi ).
Pada pemeriksaan anus terdapat prostat membesar, kenyal, permukaan licin, tak ada bagian yang keras, tak berbenjol-benjol, tak nyeri tekan, tak teraba panas, sulkus medianus menghilang dan tepi atas tak teraba. Pemeriksaan ini harus dalam keadaan buli kosong. Sebelum pemeriksaan harus dilakukan kateterisasi dengan kateter foley 16 F, bila tidak berhasil dilakukan PSP (pungsi suprapubik) atau sistostomi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada urinalisa biasanya didapatkan lekosituria, kadang bakteriuria. Oleh sebab itu perlu dilakukan kultur dan tes sensitifitas. Pemeriksaan darah berupa hematologi rutin sederhana, ureum, kreatinin, fosfatase ( asam, alkali, prostata asam ) serta PSA ( prostat spesifik antigen ).
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
- Ultrasonografi bisa abdominal atau transrektal, disini bisa dilihat prostat yang membesar, kemungkinan keganasan prostat, batu prostat, residual urin.
- Sistogram dengan retrograde uretrosistografi atau urografi intravena, dapat dilihat indentasi buli, uretra distal, kelainan intravesika, kelainan traktus bagian atas.
- Pemeriksaan urodinamik sederhana dengan menghitung urinary flow rate. Normal 15 ml / detik. Pada penderita hiperplasia prostat lebih rendah dari tersebut diatas.
- Pemeriksaan instrumentasi yaitu dengan ureterosistoskopi untuk melihat uretra, derajat besarnya prostat dan kemungkinan adanya kelainan lain intravesika.
DEMIKIAN DAHULU POSTING SAYA KALI INI.\, UNTUK KELANJUTANNYA DAPAT DI BACA DI SINI