PENYAKIT HIPOTIROID DAN HIPERTIROID
HIPERTIROID
- Dikenal juga sebagai tirotoksikosis, hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respons jaringan- jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan. Keadaan ini dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid secara berlebihan.
- penyakit Graves dan
- goiter nodular toksik.
- Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar tiga puluh dan empat puluh dan lebih sering ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Terdapat predisposisi familiil terhadap penyakit ini dan sering berkaitan dengan bentuk-bentuk endokrinopati autoimun lainnya.
- Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tidak tampak.
- Graves tiroidal
- Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab; berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan meningkat; palpitasi dan takikardia; diare; dan kelemahan serta atrofi otot.
- Graves ekstratiroidal
- Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, "lid-lag" (keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti gerakan mata), dan kegagalan konvergensi. Lid lag bermanifestasi sebagai gerakan kelopak mata yang relatif lebih lambat terhadap gerakan bola matanya sewaktu pasien diminta perlahan-lahan melirik ke bawah.
- Jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limfosit sel mast dan sel-sel plasma yang mengakibatkan eksoftalmos (proptosis bola mata), okulopati kongestif dan kelemahan gerakan ekstraokular. Oftalmopati dapat berat sekali dan pada kasus yang ekstrim, penglihatan dapat terancam.
- Manifestasi ekstratiroidal penyakit Graves dapat diikuti dengan gejala klinis yang berbanding terbalik dengan beratnya hipertiroidisme. Sebagai contoh, manifestasi ini dapat tidak ada atau dapat membaik bila hiperiiroidisme minimal atau setelah dikontrol dengan pengobatan.
Goiter nodular toksik.
Goiter nodular toksik paling sering diternukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien ini, hipertiroidisme timbul secara lambat dan manifestasi klinisnya lebih ringan daripada penyakit Graves. Pasien mungkin mengalami aritmia dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitaiis. Pasien dapat pula memperlihatkan bukti-bukti penurunan berat badan, lemah, dan pengecilan otot.
Goiter multinodular biasanya ditemukan pada pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid difus pade pasien penyakit Graves, Pasien goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang) akibat aktivitas simpatis yang berlebihan; meskipun demikian, tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltratif seperti yang terlihat pada penyakit Graves
Pasien hipertiroidisme berat dapat mengalami krisis atau badai tiroid. Pada kasus seperti ini biasanya manifestasi klinis yang disebutkan di atas menjadi semakin berat sehingga akhirnya menjadi faktor yang membahayakan kehidupan. Demam hampir selalu ada dan ini mungkin merupakan petunjuk penting adanya komplikasi yang serius. Krisis dapat dipermudah oleh trauma ringan dan stres, seperti sakit infeksi, pembedahan, atau akibat anestesi.
Apabila terdapat manifestasi klinis hipertiroidisme, tes laboratoriurn menunjukkan kadar tiroksin dan triyodotironin bebas dan total dalam serum yang tinggi, serta kadar TSH serum yang rendah. Ambilan RAI (Tes ambilan yodium radioaktif) dari tiroid meningkat. Kadar TSH pada pasien dengan penyakit Graves juga diukur. Kadang-kadang, pengobatan hormon tiroid yang salah menimbulkan manifestasi klinis hipertroidisme.
Beberapa pasien dengan gangguan kejiwaan mungkin membutuhkan jumlah tiroksin atau triyodotironin yang lebih besar dan menjadi tirotoksis. Pasien-pasien ini mungkin menyangkal telah meminum hormon tiroid dan bersikap menentang terhadap tenaga medis yang berusaha menentukan diagnosis yang benar. Bentuk tirotoksis ini disebut tirotoksikosis faktisia. Tirotoksikosis jenis ini ditandai dengan adanya kadar tiroksin yang tinggi dan kadar TSH yang rendah. Namun, ambilan RAI(Tes ambilan yodium radioaktif) rendah karena kelenjar tiroid ditekan.
Penatalaksanaan hipertiroidisme
Penatalaksanaan hipertiroidisme termasuk satu atau beberapa Tindakan berikut ini:
- Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti propiltiourasil atau metimazol, yang diberikan paling sedikit selama 1 tahun. Obat-obat ini menyekat sintesis dan pelepasan tiroksin.
- Penyekat beta seperti propanoloi diberikan bersamaan dengan obat-obat antitiroid. Karena manifestasi klinis hipertiroidisme adalah akibat dari pengaktifan simpatis yang dirangsang oleh hormon tiroid, maka manifestasi klinis tersebut akan berkurang dengan pemberian penyekat beta; penyekat beta menurunkan takikardia, kegelisahan dan keringat yang berlebihan. Propanolol juga menghambat perubahan tiroksin perifer menjadi triyodotironin.
- Pembedahan tiroidektomi subtotal sesudah terapi propiltiourasil prabedah.
- Pengobatan dengan yodium radioaktif (RAI).
- Pengobatan dengan RAI dilakukan pada kebanyakan pasien dewasa dengan penyakit Graves tapi biasanya merupakan kontraindikasi untuk ana-kanak dan wanita hamil.
- Pada pasien dengan goiter nodular toksik dapat juga digunakan obat-obat antitiroid atau terapi ablatif dengan RAI. Tetapi kalau goiternya besar sekali dan tidak ada kontraindikasi pembedahan, maka harus dipertimbangkan untuk dilakukan reseksi pembedahan.
- Pengobatan oftalmopati pada penyakit Graves mencakup usaha untuk memperbaiki hipertiroidisme dan mencegah terjadinya hipotiroidisme yang dapat timbul setelah terapi radiasi ablatif atau pembedahan. Pada banyak pasien, oftalmopati dapat sembuh sendiri dan tidak memerlukan pengobatan selanjutnya. Tetapi pada kasus yang berat hingga ada bahaya kehilangan penglihatan, perlu diberi pengobatan dengan glukokortikoid dosis tinggi disertai tindakan dekompresi orbita untuk menyelamatkan mata tersebut.
SEBELUMNYA
|
SELANJUTNYA
|
ANATOMI DAN SEKRESI TIROID
|