PENDAHULUHAN
WHO mendefinisikan malnutrisi sebagai suatu keadaan ketidak seimbangan seluler antara suplai zat-zat makanan dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk kelangsungan pertumbuhan, pemeliharaan dan fungsi-fungsi spesifik lainnya
Menurut Depkes RI Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). KEP diklasifikasikan dengan KEP ringan,KEP sedang dan KEP berat.
Sistem Wellcome Trust working party membedakan tipe malnutrisi energi protein berdasarkan berat badan dan edema, yaitu:
- Berat badan di atas 60 % dari normal + edema = kwashiorkor
- Berat badan di bawah 60 % dari normal + edema = marasmik kwashiorkor
- Berat badan di bawah 60 % dari normal tanpa edema = marasmus
Marasmus berasal dari kata marasmos (bahasa Jerman yang berarti sekarat. Mal nutrisi jenis ini ciri utamanya berupa kelambatan pertumbuhan, hilangnya lemak di bawah kulit, mengecilnya otot, menurunnya selera makan dan keterbelakangan mental.
Kwashiorkor (dalam bahasa Afrika berarti anak yang ditolak) adalah kelainan akibat kekurangan protein akut. Ditandai dengan kelambatan pertumbuhan, perubahan warna kulit dan pigmentasi rambut, buncit, anemia dan peradangan pada kulit. Penderita biasanya mengalami perubahan warna kulit yang menggelap dan menebal di beberapa tempat, seperti tungkau dan pungung. Sering juga disertai pengelupasan kulit dan meninggalkan bekas berwarna merah muda dengan permukaan yang kasar. Kwashiorkor pertama kali ditemukan di Afrika.
Gabungan dari Marasmus dan Kwashiorkor ini berbahaya dan mengakibatkan kematian. Sementara itu di Indonesia hanya ada satu istilah untuk marasmus, kwashiorkor dan gabungan marasmus kwashiorkor, yaitu busung lapar
MARASMUS
DEFENISI
Marasmus adalah malnutrisi berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defisiensi protein, sering di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene kurang. Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).
Ciri-Ciri Klinis Marasmus:
- Bayi cengeng dan sering merasa lapar
- Iga gambang dan perut cekung
- Otot paha mengendor(baggy pant)
- Ubun-ubun cekung pada bayi
- Wajahnya tampak menua (old man/monkey face).
- Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor/lembek ini dapat dilihat pada paha dan pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal dan tebal.
gambar ciri- ciri marasmus |
- Oedema (bengkak) tidak terjadi.
- Warna rambut tidak berubah
- Abdomen dapat kembung dan datar.
- Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, kemudian lesu dan nafsu makan hilang.
- Biasanya terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mucus dan sedikit.
- Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi,
- Pada marasmus tingkat berat, terjadi retardasi pertumbuhan, berat badan dibanding usianya sampai kurang 60% standar berat normal. Sedikitnya jaringan adipose pada marasmus berat tidak menghalangi homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun menghabiskan cadangan lemak tubuh. Keberadaan persediaan lemak dalam tubuh adalah faktor yang menentukan apakah bayi marasmus dapat bertahan/survive.
PENYEBAB GIZI BURUK
Kondisi ini disebabkan dari kurangnya nutrisi penting, terutama protein, dalam tubuh manusia. Protein terdiri dari polimer asam amino yang penting untuk pertumbuhan hewan serta untuk perbaikan jaringan. Penyakit ini juga muncul karena ketidakmampuan mencerna nutrisi dengan benar. Kedua penyebab dapat mengakibatkan kekurangan gizi, masalah di mana tubuh tidak menerima cukup protein dan kalori penting untuk fungsi dan pertumbuhan.
Kekurangan protein yang di butuhkan oleh tubuh ini di sebabkan oleh :
- Makanan yang tidak benar .
- Pemberian makanan yang kurang benar seperti kurangnya pemberian ASI.
- Maramus umumnya disebabkan ketika bayi mengalami transisi dari ASI ke makanan lain. Seperti diketahui, ASI adalah makanan sehat untuk bayi dan memasok mereka dengan semua nutrisi penting yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup mereka dan pertumbuhan, jika bayi tidak dapat beradaptasi terhadap makanan pengganti ASI tersebut maka akan menyababkan Gizi yang kurang
- Tidak di berikannya makanan pengganti susu ataupun pemberian makanan pengganti ASI yang kualitas dan kuantitas Gizinya gagal memenuhi kebutuhan gizi.
- Dari kebiasaan makan yang buruk.
- Wanita sering berhenti menyusui karena berbagai alasan, yang berkisar dari tekanan sosial untuk ketidakmampuan untuk mengembangkan susu
- Jika ASI tidak diikuti dengan pola makan sehat yang sama, Maramus dapat muncul sebagai konsekuensinya
- Awal kehilangan ibu, mengakibatkan kegagalan menyusui tanpa alternatif apa pun untuk menyusui.
- Adanya tradisi yang salah dari daerah -daerah tertentu mengenai pemberian makanan bayi yang tidak adekuat sesuai dengan kebutuhan gizi bayi.
- Persistent diare pada bayi, enteritis kronis, atau disentri,
- kekurangan enzim berbagai akibat sindrom malabsorpsi,
- parasit usus,
- TBC, campak, infeksi saluran pernafasan kronis,
- infeksi saluran kemih,
- kelainan saluran pencernaan tertentu bawaan (seperti bibir sumbing sumbing, hipertrofik pyloric stenosis kongenital atau relaksasi jantung, dll) dan
- penyakit jantung kongenital yang berat dapat disebabkan oleh kesulitan makan: beberapa gangguan metabolisme bawaan dan defisiensi kekebalan tubuh.
PROSES PERJALANAN PENYAKIT
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Dalam keadaan demikian, sisa glukosa dan makanan akan habis dalam 2-4 jam. Setelah itu tubuh mulai menguraikan glikogen yang disimpan dalam hati dan otot. Cadangan glikogen ini hanya cukup untuk beberapa jam.
Pada keadaan normal cadangan makanan yang biasanya di simpan dalam tubuh kita dalam bentuk glikogen dipergunakan untuk mengisi kebutuhan nutrisi. Setelah glikogen habis, tubuh menggantikan cadangan lemak, dari lemak hanya didapat sedikit glukosa.
Jika nutrisi berhenti lebih dari 24 jam, atau masukan karbohidrat tidak cukup, tubuh melakukan glukoneogenesis yaitu jalur alternatif membentuk glukosa dengan memecah protein yang disebut proteolisis, residu nitrogen akan keluar dari badan, meyebabkan balans negatif protein awal sebanyak 12 g/hari. Untuk memenuhi kebutuhan energi basal 20-25 Kcal/kg/hari diperlukan pemecahan protein terutama glutamin dan alanin, 125-150 gram/hari. Ini setara dengan 200-300 gram jaringan otot yang hilang untuk setiap hari puasa. proteolisis ini mengakibatkan hambatan sintesis “viceral proteins” yang mempunyai waktu paruh pendek, terutama enzim-enzim di hepar, imunoglobulin dan albumin. Jika setelah 3-5 hari tetap tidak ada masukan asam amino, cadangan protein akan mencapai titik kritis setelah puasa lebih dari satu minggu, kehilangan nitrogen tiap hari bertambah dengan setengahnya.
Jika kekurangan nutrisi ini berlarut dan juga jika ada penyakit lain, maka akan memperburuk proses penyakit yang sedang berlangsung. Dengan perburukan penyakit ini akan menyebabkan pergeseran ekstensif dari posisi metabolik basal yang normal kekeadaan hipermetabolik atau “Increased resting energy” (REE). Respons hipermetabolik ini meningkatkan kebutuhan energi, mempercepat proteolisis diseluruh badan, katabolisme, lipolisis, peningkatan cardiac out put, peningkatan komsumsi oksigen, temperatur badan dan penurunan resistensi perifer vaskuler.
Selama keadaan hipermetabolik, lalu lintas dan penggunaan berbagai substrat berubah, sehingga terjadi peningkatan proteolisis otot skelet, mobilisasi asam lemak, dan glukoneogenesis asam amino yang dilepas dari otot skelet lalu dikirim lewat jalan pintas ke hati, yang dipergunakan untuk glukoneogenesis dan untuk sintesis acute-phases proteins. Apabila kebutuhan oleh kenaikan metabolisme tidak terpenuhi, maka akan terjadi kehilangan protein viceral, penurunan daya tahan terhadap invasi bakteri sehingga akan memperburuk keadaan malnutrisi tersebut.
PENATALAKSANAAN MARASMUS
- Cegah atau atasi keadaan hipoglikemi ( keadaan kurangnya glukosa dalam darah)
- Anak yang hipoglikemik biasanya lemah, mengantuk, jantung berdebar, tremor, parestesi dan suhu tubuh rendah.
- untuk mengatasi masalah tersebut :
- Jika anak dalam keadaan sadar dan dapat mengkonsumsi makanan : Berikan makanan cair/saring 2-3 kali/hari
- Jika anak dalam keadaan sadar tapi tidak mampu untuk makan (masih mampu minum) : berikan cairan glukosa
- Bila anak tidak sadar : Dapat di berikan makanan secara parenteral cairan glukosa.
- Atasi/cegah hipotermia (suhu tubuh rendah)
- Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 36 derjat
- Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah mendekap anak di dada lalu ditutupi selimut . Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas.
- Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.
- Atasi/cegah dehidrasi
- Dehidrasi adalah hilangnya air dari tubuh, Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan dehidrasi adalah
- Anak sangat kehausan\
- Mata cekung
- Nadi lemah
- Tangan dan kaki teraba dingin
- Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
- Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
- Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal.
- Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % danNaCL dengan perbandingan 1:1
- Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
- Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya :
- Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
- Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
- Ketidak seimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
- Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam.-
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (denganpenambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balitaKEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral (Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makananlumat/lunak.
- Obati/cegah infeksi
- Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas