HEPATITIS
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hepatitis virus
merupakan permasalahan besar di Indonesia terutama hepatitis virus A, B, dan C.
ketiga hepatitis ini potensial untuk menimbulkan dampak morbiditas, mortalitas
serta dampak psikososial ekonomi.
Hepatitis virus A
(HVA) pada dasarnya merupakan suatu self limiting disease tetapi dapat
menimbulkan berbagai dampak epidemiologis dan klinis. Di Indonesia, infeksi banyak
mengenai anak berusia lebih dari 5 tahun. Anak-anak inilah yang merupakan
reservoir infeksi bagi anak besar dan orang dewasa disekitarnya, dengan resiko
morbiditas dan motalitas yang lebih berat.
Indonesia juga merupakan daerah endemis hepatitis virus B (HVB),
infeksi HVB pada awal kehidupan, terkait risiko kronisitas sampai dengan 90%.
Imunisasi universal terhadap bayi baru lahir terbukti berhasil menurunkan
prevalensi HBV sedangkan terapi antivirus belum menunjukan hasil yang
memuaskan.
Hepatitis
virus C (HVC) juga menimbulkan banyak permasalahan karena sampai dengan 85%
akan berlanjut menjadi kronis dengan berbagai komplikasinya. Akibat tingginya
laju mutasi virus, sampai saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C. Di lain
pihak, keberhasilan terapi anti virus terhadap HVC lebih rendah dibandingkan
keberhasilan pada HVB.
Secara
klinis hepatitis akut tidak dapat dibedakan karena gejala sangat bervariasi,
dari asimptomatik sampai fulminen, diagnosa dapat ditegakan dengan pemeriksaan
petanda dari infeksi.
DEFENISI HEPATITIS
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang
dapat disebabkan oleh berbagai macam jenis organisme seperti virus, bakteri
ataupun parasit, dimana masing-masing dapat memberikan gejala dan kelainan yang
berbeda-beda.
ETIOLOGI ATAU PENYEBAB HEPATITIS
Penyebab dari terjadinya penyakit ini adalah sebagai berikut:
1. Virus :
·
Hepatitis type A s/d E bahkan hingga G
·
CMV
·
Herpes
·
Rubella
2. Bakteri : M. Tuberculosis (TBC)
3. Spirochaeta : T. Pallidum
(Sifilis)
4. Parasit : Amuba
5. Obat-obatan : INH, Rifampisin
Dari pembahasan ini akan difokuskan pada hepatitis yang disebabkan oleh virus
type A s/d E, karena type ini selain merupakan kasus –kasus yang paling tinggi
angka kejadiannya juga selalu memberikan permasalahan dalam hal penanganan dan
pencegahannya khususnya di negara berkembang seperti di negara kita.
KLASIFIKASI HEPATITIS
1. Hepatitis virus akut
· Hepatitis virus type A s/d E
2. Hepatitis virus kronik
§ Hepatitis kronik persisten
§ Hepatitis kronik aktif
PATOLOGI HEPATITIS
Perubahan morfologik pada hati seringkali serupa untuk berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, ukuran dan warna hati tampak normal, tetapi kadang-kadang sedikit edema, membesar dan berwarna seperti empedu. Secara histologik, terjadi susunan hepatoselular menjadi kacau, cedera dan nekrosis sel hati dan peradangan perifer. Perubahan ini reversible sempurna, bila fase akut penyakit mereda. Pada beberapa kasus, nekrosis submasif atau masih dapat mengakibatkan gagal hati yang berat dan kematian.
Infeksi virus hepatitis dapat bervariasi mulai dari gagal hati berat sampai hepatitis anikterik subklinik. Yang terakhir ini lebih sering ditemukan pada infeksi HAV, dan seringkali penderita mengira menderita flu saja. Infeksi HBV biasanya lebih berat dibandingkan HAV, dan insidens nekrosis masih dan payah hati berat lebih sering terjadi. Sebagian besar infeksi hepatitis berlangsung ringan dengan penyembuhan yang sempurna dan gambaran klinis yang serupa.
Gejala-gejala prodromal timbul pada semua penderita dan dapat berlangsung selama satu minggu atau lebih sebelum timbul ikterus (walaupun tidak semuanya). Gambaran utama pada masa ini adalah malaise, rasa malas, anoreksia, sakit kepala, demam derajat rendah, banyak pasien mengalami artralgia, arthritis, urtikaria, dan ruam kulit sementara. Terkadang dapat terjadi glomerulonefritis. Manifestasi ekstrahepatik mirip dengan sindrom serum dan dapat disebabkan oleh kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi.
Fase prodromal diikuti oleh fase ikterik, biasanya berlangsung hingga 6 minggu. Selama fase ini, biasanya penderita merasa lebih sehat, nafsu makan kembali dan demam mereda, sementara air kemih menjadi lebih gelap dan feses memucat. Pada sebagian penderita terjadi pembesaran hati juga limfadenopati yang nyeri.
Terdapat dua pemeriksaan penting untuk mendiagnosis hepatitis, yaitu tes
awal untuk mengkonfirmasi adanya tanda peradangan akut pada hati dan tes yang
bertujuan untuk mengetahui etiologi dari peradangan tersebut.
Kelainan biokimia untuk menentukan tes fungsi hati yang paling dini
adalah peningkatan kadar AST (SGOT) dan ALT (SGPT) yang mendahului ikterus 1-2
minggu sebelumnya (biasanya nilainya antara 5-2000 IU/ml). Terjadi juga
peninggian bilirubin total serum (berkisar antara 5-20 mg/dl). Pemeriksaan
kemih pada saat ikterik akan mengungkapkan adanya bilirubin dan kelebihan
urobilinogen. Bilirubinuria menetap selama penyakit berlangsung, namun
urobilinogen kemih akan menghilang sementara bila terjadi fase obstruktif.
Gamma GT mungkin meningkat pada hepatitis dengan kolestasis fase ikterik
dikaitkan dengan hiperbilirubinemia. Kadar fosfatase alkali serum biasanya
normal atau meningkat sedikit (pada masa anak-anak kurang bermakna). Leukositosis
ringan dapat ditemukan pada hepatitis virus dan biasanya terjadi juga
pemanjangan dari waktu protrombin.
Jenis virus penyebab hepatitis dapat didiagnosis
dengan petanda virus yaitu Ig M anti HAV, IgM anti HBc dan HbsAg sebagai
pelengkap yang utama. Bila terdapat riwayat transfusi darah, pemakaian
obat-obatan narkoba atau ada resiko infeksi vertical dapat dilakukan
pemeriksaan anti HCV. Pada kasus hepatitis yang kronik dapat diperiksa IgM anti
HDV. Pada anak yang dicurigai menderita hepatitis E dapat diperiksakan IgM anti
HEV.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis,
maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi. Kini telah
tersedia imunisasi pasif untuk HAV dan imunisasi aktif pasif untuk HBV.
Langkah-langkah
dalam masyarakat adalah penting dalam pencegahan hepatitis terutama pada
anak-anak harus selalu diawasi dan dijaga hygiene dirinya. Inilah yang harus
disadari dan diketahui oleh para orang tua dalam menjaga anaknya, termasuk
penyediaan makanan dan air bersih dan aman, mencuci tangan dan pembuangan kemih
dan feses yang baik dan aman serta sistem pembuangan sampah yang efektif.