I. PENDAHULUAN
Gonore merupakan salah satu manifestasi dari penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrheae dimana gejalanya yang khas yaitu keluarnya duh tubuh yang kental (mukopurulen) dari uretra. Penyebarannya melalui hubungan seksual, di samping itu juga dapat terjadi manual melalui alat – alat, pakaian, handuk, thermometer dan sebagainya. Oleh Karena itu secara garis besar di kenal gonore genital dan gonore ekstra genital.
Penyakit menular seksual (PMS) dimaksudkan sebagai penyakit yang ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.
Manifestasi klinik pada laki – laki biasanya uretritis, pada wanita cervicitis, tetapi dapat juga asymptomatic. Daerah lain yang dapat terkena adalah selain saluran urogenital yaitu rektum, farings, dan mata. Pada pengobatannya terjadi perubahan karena sebagian disebabkan oeh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penisilinace Producing Neisseria Gonorrhoeae (P.P.N.G). Kuman ini mengikat di banyak negeri termasuk Indonesia.
II. EPIDEMIOLOGI
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun.
Insiden gonorea di Amerika Serikat meningkat secara dramatis pada tahun 1960 dan awal tahun 1970 dimana terdapat lebih dari satu juta kasus yang dilaporkan. Pada tahun 1980 terdapat sedikit penurunan pada kasus yang dilaporkan yaitu 700.000 kasus.
Penurunan kasus terus berlanjut dimana pada tahun 2000 terdapat 358.959 kasus gonore dilaporkan di U.S Center for Disease Control (CDC). Di Amerika Serikat , 75% dari semua kasus gonore yang di laporkan berusia 15 – 29 tahun. Pada wanita terbanyak usia 15 -19 tahun, sedangkan pada laki – laki usia 20 – 24 tahun. Penyakit ini terkonsentrasi di wilayah yang padat penduduknya. Bagaimana mobilitas penduduk menyebabkan gonore menyebar ke berbagai daerah. Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap– tiap negara berkembang.
Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami penurunan. Pada tahun 1975 dilaporkan 473/100.000 orang yang menderita, dimana dengan angka tersebut menunjukkan bahwa kasus gonore di Amerika Serikat mengalami penurunan sampai tahun 1984.
Faktor-faktor resiko:
a. Hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi
b. Mempunyai banyak pasangan seksual
c. Pada bayi – saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi
d. Pada anak – penyalahgunaan seksual (seksual abuse) oleh penderita terinfeksi.
Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang men- derita, pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita.
Penyakit ini mempunyai insidens yang tinggi dibanding penyakit menular seksual lainnya. Walaupun angka kejadian penyakit ini sudah menurun sejak tahun 1970an, namun hampir 800.000 kasus baru ditemukan tiap tahun di Amerika Serikat. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya. Penyakit ini lebih sering menyerah remaja dan dewasa muda, serta lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Efisiensi penyebaran gonore tergantung bagian anatomi yang terkena dan jumlah terpajannya. Resiko terjadinya infeksi pada laki – laki setelah sekali melakukan hubungan seksual dengan wanita yang terinfeksi ialah 20%, meningkat menjadi 60-80% setelah emat kali terpajan. Prevalensi pada wanita setelah kontak seksual yang kedua kalinya dengan laki – laki yang terinfeksi ialah 50-9-%. Hal ni dapat disimpulkan bahwa resiko terinfeksi dengan sekali pajanan dari laki – laki kewanita adalah lebih besar, hal ini disebabkan karena retensi hasil ejaculate di vagina. Resiko transmisi dengan cara selain seksual adalah lebih sedikit.
Adalah faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit yaitu :
1. bangsa/ras : semua ras;
2. daerah: urbanisasi membuat penyakit ini lebih mudah berkembang ;
3. keturunan : dapat ditularkan pada bayi saat melewati jalan lahir;
4. pengobatan : pengobatan yang tidak memadai terhadap bahaya – bahaya penyakit ini mempermudah / membuat penyakit lebih banyak timbul;
5. Ekonomi: ekonomi yang kurang, mendukung kegiatan prostitusi dan mempermudah penyebaran penyakit.
III. ETIOLOGI
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru di umumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu :
N. Gonorrhoeae dan N. Meningitides yang bersifat patogen serta N. Cattarhalis dan N. Pharyngis sicca yang bersifat komnesal. Keempat spesies ini sukar di bedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Gonore (GO) adalah penyakit menular seksual (PMS), yang disebabkan oleh kuman yang bernama Neisseria Gonorrhoaea yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum (usus bagian bawah), tenggorokan maupun bagian putih mata (Gonorhoaea Conjugtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainya ,terutama kulit dan persendian, pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput didalam panggul sehingga menimbulkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8µ dan panjang 1,6µ bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan gram bersifat negatif gram, terlihat di lua dan didalam leukosit, tidak tahan asam di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu diatas 39C dan tidak tahan zat desinfektan.
Secara morfologi gonokok ini terdiri dari 4 jenis tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai oili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang ( immature ) yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
Pada tahun 1976 CDC di Amerika serikat menemukan Neisseria Gonore penghasil penisilinase (NGPP) dari penderita gonore yang pernah bertugas di Vietnam dan pada tahun yang sama di ketemukan NGPP di belanda oleh seorang pramugari penerbangan yang pernah berkencan dengan seorang philipina. Pada tahun 1980 wijaya di jakarta menemukan kasus NGPP pada satu lokasi pelacuran. Pada tahun 1981 Hutapea berkerja sama dengan state’s Institute Copenhagen melaporkan adanya NGPP di medan. Pada tahun yang sama Nasution dan Iswara melaporkan bahwa di medan 16,7% penyebab gonore adalah NGPP. Pada saat ini lebih dari 50% penderita gonore di sebabkan olen NGPP.
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini dapat menular ke orang lain melalui hubungan seksual dengan penderita. Penyakit ini juga dapat menular dari ibu ke bayinya saat melahirkan. Kita tidak akan terinfeksi gonore dari pemakaian handuk bersama maupun pemakaian toilet umum.
IV. PATOGENESIS
Gonokokus menempel pada sel epitel melalui vili yang ada di permukaan bakteri,kemudian difagositosis, berkembangbiak dan menginduksi reaksi peradangan leukositer.
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital,orogenital (oral sex dengan penderita gonore biasanya akan menyebabkan faringitis gonokokal) dan anogenital. tetapi disamping itu dapat juga terjadi manual melalui alat – alat , pakaian , handuk , thermometer dan sebagainnya. Transmisi Neisseria gonorrhoeae dari tempat duduk toilet di temukan pada bulan agustus 2003 pada anak wanita berusia 8 tahun.
Ibu hamil yang terinfeksigonore dapat menularkan ke bayinya selama proses persalinan. Conjungtivitis gonore merupakan penyebab utama kebutaan pada bayi yang baru lahir,jadi jika di ketahui ada resiko penularan gonore maka dapat diberikan silver nitrat atau medikasi lain pada mata bayi scepatnya setelah dilahirkan. Karena adanya resiko penularan secara vertikal maka sebaiknya ibu hamil dilakukan pemeriksaan untuk gonre selama hamil.
Meskipun telah banyak peningkatan dalam pengetahuan tentang patogenesis dari mikroorganisme, mekanisme molekular yang tepat tentang invasi gonokokkus ke dalam sel host tetap belum diketahui. Ada beberapa faktor virulen yang terlibat dalam mekanisme perlekatan, inflamasi dan invasi mukosa. Pili memainkan peranan penting dalam patogenesis gonore. Pili meningkatkan adhesi ke sel host, yang mungkin merupakan alasan mengapa gonokokkus yang tidak memiliki pili kurang mampu menginfeksi manusia. Antibodi antipili memblok adhesi epithelial dan meningkatkan kemampuan dari sel fagosit. Juga diketahui bahwa ekspresi reseptor transferin mempunyai peranan penting dan ekspresi full-length lipo-oligosaccharide (LOS) tampaknya perlu untuk infeksi maksimal.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah epitel kolumnar dari uretra dan endoserviks, kelenjar dan duktus parauretra pada pria dan wanita, kelenjar Bartolini, konjungtiva mata dan rectum. Infeksi primer yang terjadi pada wanita yang belum pubertas terjadi di daerah epitel skuamosa dari vagina
V. GEJALA KLINIK
GONORE GENITALIS PADA PRIA
Masa tunas sangat singkat , para pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang – kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehngga tidak di perhaikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit di tentukan karena pada umumnya asimptomatik. Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Pada pria gejala penyakit ini diawali dengan adanya gangguan ringan pada saluran kencing diikuti dengan rasa nyeri dalam berbagai tingkatan ketika kencing.Muara saluran kencing pada penis dapat berwarna merah dan mengalami pembengkakan.
Infeksi pertama
1. Uretritis
Uretritis anterior akut merupakan bentuk gonore yang tersering pada pria. keluhan subjektif berupa rasa gatal , panas, dibagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria , polakisuria, keluar duh tubuh tubuh dari ujung uretra yang kadang – kadang disertai perasaan nyeri waktu ereksi.
Pada pemeriksaan fisik tampak orifisium uretra eksternum eritematosa , edemtosa dan ektropion. Tampak duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
Gambar 1. Permukaan orifisium uretra eksternum oedem,eritematosus dan keluar sekret mukopurulen. Diambil dari kepustakaan Cakmoki. Kencing nanah atau gonore
Uretritis posterior akut merupakan perluasan pada suatu uretritis anterior tidak di obati disertai gambaran klinis yang makin hebat. Dapat juga terjadi gonore kronik. Gonore kronik merupakan gonore yang tidak di obati atau diobati tidak sempurna dapat menjadi kronis dengan gejala yang lambat laun mereda.
Komplikasi lokal
1. Tysonitis
Kelenjar tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi paada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukan butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
2. Paraureritis
Sering pada orang dengan orifisium eksternum yang terbuka atau hipospadi. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
3. Litritis
Tidak ada gejala khusus hanya pada urin ditemukan benang – benang atau butir – butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terhjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
4. Cowpreritis
Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi dan disuria.
Komplikasi asenden
1. Prostatitis
Prostatitis akut ditndai dengan perasaan tidak enak didaerah perineum dan suprapubis , malese, demam , nyeri kencing sampai hamaturi, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi urin,tenesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan dan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah masuk ke uretra posterior atau kearah rektum mengakibatkan proktitis.
2. Vesikulitis
Gejala subyektif merupakan gejaka protatis akut. Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis,memanjang seperti prostat.
3. Vas deferentitis
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
4. Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertai deferntitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis adalah trauma pada uretra posterior yang disebaklan oleh salah penanganan atau kelalaian penderita sendiri. Faktor yang mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi yang terlalu sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau pekat , instrumentasi yang kasar atau aktivitas seksual yang berlebihan. Epididimitis dan alur spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis sehingga menyerupai hidrokel sekunder
Gambar 2. Epididimitis : epididimis, tali spermatika,testis oedem.
5. Trigonitis
Trigonitis menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal dan hematuria
Pada awalnya wanita tidak memperlihatkan gejala-gejala (asymptomatik). Pada wanita dewasa biasanya tidak menyerang vagina. Biasanya gejala pada mereka malah timbul berbulan-bulan setelah terjadinya infeksi. Penyakit ini kemungkinan dapat ditemukan hanya pada satu pasangan walaupun sudah mengenai keduanya.
Namun pada memperlihatkan gejala seperti: ingin buang air kecil, nyeri waktu kencing, keputihan dan demam. Gonore dapat menyebabkan infeksi pada indung telur, saluran telur dan saluran kencing dan menyebabkan nyeri hebat dalam panggul.
INFEKSI PERTAMA
1. Uretritis
Biasanya gejala ringan atau tanpa gejala, fluor sedikit. Gejala utama ialah disuria, kadang – kadang poliuria. Pada pemeriksaan orifisium uretra ekstrnum tampak merah , edematosa dan ada sekret mukopurulen.
2. Servisitis
Biasanya gejala ringan , dapat asymptomatis. Pada pemeriksaan tampak serviks merah dengan erosi dan sekret mukupurulen
Komplikasi lokal
1. Parauretritis
Atau nama lainnya penyumbatan saluran kencing
2. Bartholitis
Labium mayora pada sisi yang terkena membengkak , merah dan nyeri tekan. Kelenjar bartholini membengkak dan nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar untuk duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa kulit. Kalau tidak di obati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.
Komplikasi asenden
1. Salpingitis
2. P.I.D ( pelvic inflammatory disease)
Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba sampai pada daerah salping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul ( RPR) atau pelvic inflammatory disease ( P.I.D ). Gonore dapat menyebabkan PID ( suatu kondisi medis yang serius yang dapat berkembang biak menjadi infertilitas.
Kira – kira 10% wania dengan gonore akan berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada abdomen bagian bawah , duh tubuh vagina, disuria dan menstruasi yang teratur atau abnormal. Unruk menegakkan diagnosa dapat dilakukan pungsi kavum douglas dan dilanjutkan kultur atau dengan laparoskopi mikroorganisme.
GONORE EKSTRAVAGINALIS
1. Gonore – orofaringeal
Gonore mukosa ekstragenitalis dapat ditularkan secara seksual atau non – seksual. Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsilitis gonore lebih sering dari pada gingivitis , stomatitis atau laryngitis. keluhan sering bersifat asimptomatik. Bila ada keluhan sukar di bedakan dengan infeksi tenggorokan akibat kuman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan atau sedang.
2. Gonore – anorektal
Misalnya pruritis ani, proktitis, fisura ani. Proktitis pada pria dan wanita umumnya asimptomatik. Pada wanita dapat juga terjadi karena kontaminasi dari vagina dan kadang – kadang karena hubungan genitoanal seperti pada pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria seperti terbakar pada daerah anus dan pemeriksaan tampak mukosa eritematosa dan dapat tertutup pus mukopurulen.1 selain itu itu penderita akan merasakan tidak nyaman disekiar anus nya dan rektumnya keluar cairan seta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
3. Blefarokonjungtivitis
Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan atau alat – alat. Keluhannya berupa fotopobia, konjungtiva bengkak dan merah dan keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak di obati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea, panoftalmitis sampai timbul kebutaan.
Jika cairan tubuh yang mengandung kuman ini mengenai mata seseorang dapat timbul konjuntivitis gonore (radang mata kencing nanah).
Untuk mengetahui adanya penyakit ini biasanya dilakukan sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan analisa contoh cairan yang diambil dari saluran kencing. Walaupun tidak ada pemeriksaan darah spesifik untuk mendeteksi adanya kuman gonore namun demikian penting sekali untuk mengambil contoh darah karena ada kemungkinan saja seseorang sekaligus juga tertular dengan PMS lain seperti sifilis atau AIDS.
Bayi yang baru lahir yang terinfeksi gonore , mtanya merah dan bengkak. Dalam waktu 1-5 hari setelah kelahiran , mata itu akan mengeluarkan cairan yang kental. Kebutaan Bisa terjadi bila pengobatan khusus tidak segera di berikan.
GONORE HEMATOGEN
Melalui penyebaran gonokokus secara hematogen pada gonoreakut atau kronik dapat terjadi bentuk gonore yang jarang di temukan.
1. Selapis - gonokokus : biasanya berjalan ringan dengan gejala trias : demam ( intermiten) , menyerang persendian ( atralgi, poliartritis ) dan vasikulitis kulit ( lesi hemoragk biasanya pada akral ekstremitas )
2. Monoartritis gonoroika : Artritis purulenta akut ini biasanya di persendian lutut dan siku
Diagnosis laboratorium pada infeeksi gonokokus sangat berrgantung pada identifikasi dai N. Gonorrhoeae pada daerah yang terinfeksi dengan pemeriksaan mikroskop atau pemeriksaan immunochemical atau deteksi.
A. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan di temukan gonokokus gram – intra seluler dan kadang kadang ekstra seluler. Bahan duh tubuh pada pria diambildari fosa navikularis sedang kan pada wania diambil dari uretra , muara kelenjar bartholin, servis dan rectum
Gambar 3. Pewarnaan gram menunjukkan PMN leucocytedengan gram negative diplokokus intraseluler
B. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan ( kultur). Dua macam media yang dapat digunakan:
1. Media Transport
Contoh media transport yaitu media stuart ( hanya untuk transport saja sehinga perlu ditanam kembali pertumbuhan) , media trasgrow ( media ini selektif dan nutritive untuk N. Gonorrhoeae yang dapat bertahan dalam perjalanan 96 jam dan merupakan gabungan media transport dan media pertumbuhan ; media ini merupakan modifikasi media thayer matin dengan menambahkan trimetropin untuk mematikan proteus spp)
2. Media Pertumbuhan
Contoh media pertumbuhan yaitu Mc Leod’s chocolate agar ( berisi agar coklat, agar serum dan agar hidrokel; kuman selain gonokok dapat tumbuh), media Thayer Martin ( berisi vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif gram, kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri negative gam dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur) , media thyee martin agar ( isinya ditambah trimetropim untuk mencegah pertumbuhan proteus spp).
C. Sedangkan identifikasi NGPP dilakukan dengan tes Iodometri atau asidometrik
pada koloni yang tumbuh pada pembiakan.
D. TES DEFINITIF
1. Tes oksidasi
Semua N.gonorrhoeae member reaksi positif dengan perubhan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.1
2. Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa , maltose dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.
E. TES BETALAKTAMASE
Tes ini menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila mengandung enzim beta laktamase.
F. TES THOMSON
Pada tes ini ada syarat yang perlu di perhatikan : sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi urin dibagi dalam 2 gelas ; tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas ke 2. syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80 – 100ml.
G. PCR
PCR assays merupakan permeriksaan alternaatif untuk deteksi dan konfirmasi N. Gonorrhoeae yang di ikuti dengan therapy yang tepat
VII. DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis , pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang
1. Trichomonas vaginalis: pada wanita akan terlihat sekret vagina seropulen kekuning – kuningan, kuning – hijau, malodorus dan berbusa, dapat disertai urertis. Untuk mendiagnosa trikomiasis dpat dipakai sediaan basah dicampur dengan gram faal dn dapat di lihat pergerakan aktif.
2. Kandidosis vulvovaginitis sering menimbulkan gejala klinis gaal dengan eksudat berupa gumpalan – gumpalan seperi kepala susu berwarna putih kekuning. Diagnosis tegantung dari identifikasi organism dengan smear dan kultur.
3. Pada Gardnerella vaginalis duh tubuh vaginalis vagina berwarna abu – abu , homogen berbau, dan pada pemeriksaan ditemukan clue cells ( yaitu sel epitel vagina yang granular diliputi oleh kokobasil sehngga batas sel tidak jelas.
4. Uretritis non spesifik pada pria menimbulkan gejala berupa disuria ringan, Perasaan tidak enak di uetra, sering kencing dan keluarnya duh tubuhSeropurulen. Dibandingkan dengan gonore perjalanan penyakit lebih lama. Sedangkan uretritis non spesofik pada wanita seperti gonore umumnya tidak Menunjukan gejala.
PENCEGAHAN
a. Menggunakan kondom ketika berhubungan seksual
b. Menghindari kontak seksual dengan partner yang memiliki resiko tinggi
c. Mengobati partner yang terinfeksi atau dilakukan pemeriksaan dahulu sebelum melakukan hubungan seksual.
PENGOBATAN
Penatalaksanaan duh tubuh uretra adalah dengan memperhatikan fasilitas Laboratorium yang ada untukmenemukan penyebabnya : bila penunjang labo Ratorium baik, maka pemeriksaan duh tubuh uretra pertama kali ditujukan Untuk uretritis gonore. Bila kemudian ternyata ditemukan juga uretritis non Gonore maka pengobatannya baru dilaksankan setelah infeksi gonore diatasi.Akan tetapi bila kita melihat laporan CDC (Centers For Disease Control) 1989 Pola penatalaksanaan uretritis gonore mengalami beberapa perubahan disebabkan oleh :
1. Tingginya insidens infeksi klamidia bersamaan dengan gonore ( 25 – 50%)
2. Kesukaran tehnik pemeriksaan klamidia
3. Makin tinggi insidens NGPP ( lebih dari 50%)
4. Makin tingginya gonokkokus yang resisten terhadap tetrasiklin.
Mengingat hal tersebut CDC ( 1989) menganjurkan pada pengobatan uretritis gonore tidak di berikan lagi penisilin atau derivatnya , dan disamping itu diberikan juga obat untuk UNS ( Klamdia) secara bersamaan , yaitu Ceftriaxone 250 mg im atau Spetinomycin 2 gr im atau Ciprofloxacin 500mg oral , ditambah dengan Doksisiklin 2x100mg selama 7 haar atau Tetrasiklin 4x500 mg selama 7 hari atau Eritromisin 4x500mg selama 7 hari.
Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung cepatnya penyakit dideteksi dan diterapi. Penderita dapat sembuh sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini dan lengkap. Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan, maka kemungkinan besar dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
XI. KESIMPULAN
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.
Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Penyebab utama penyakit ini adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Masa inkubasi gonore sangat singkat, bervariasi antara 2-10 hari terkadang lebih lama, dengan kebanyakan gejala biasanya muncul 2-5 hari setelah terinfeksi oleh penderita.
Pada sejumlah kecil kasus dapat asimptomatik selama beberapa bulan. Tanda, gejala dan komplikasi berbeda pada pria dan wanita. Diketahui 10% laki-laki dan 50% wanita bersifat asimptomatik
Sebagian besar wanita yang menderita gonore asimptomatik , sedangkan pada pria memberikan gejala seperti kaluar sekret uretra yang purulen, sakit waktu kencing dan orificium uretra eksternum yan odem dan erimatous. Gonore dapat mengenai genitalia dan ekstragenitalia. Gonore genitalia dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun komplikasi asenden, contoh gonre ekstragenitalia yaitu gonor anogenitalia, orogenital, blefarokonjungtivitis ( biasanya pada bayi yang dilahirkan pervaginam oleh ibunya yang menderita gonore bisa juga orang dewasa karena penularan melalui tangan atau alat – alat)
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah:
a. uretra yang berparut atau berbintik pada pria kemungkinan mengarah ke menurunnya fertilitas atau obstruksi kandung kemih
b. parutan atau bintik-bintik pada traktus reproduksi atas pada wanita dengan PID (penyakit radang panggul) kemungkinan mengarah ke infertilitas, nyeri pelvis kronik dan kehamilan ektopik
c. adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat infeksi gonokokkus pada wanita hamil
d. adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus pada mata
e. adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu
f. adanya kelainan neurologik lanjut akibat gonokokkal meningitis
g. destruksi permukaan sendi artikular
h. destruksi katup jantung
i. kematian karena CHF atau meningitis
Diagnosa gonore ditegakkan atas dasar anamnesis , pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis definit tergantung identifikasi organisme dengan pemeriksaan gram atau kultur. Penatalaksanaan gonore pada rumah – rumah sakit serta puskesmas masih dipakai penisilin dengan dosis bervariasi antara 2,4 juta I.U – 4,8 juta I.U. Insidens NGPP makin meningkat ( lebih dari 50%) maka CDC (1989) menganjurkan agar pada pengobatan uretritis gonore tidak di berikan penisilin atau derivatnya dan disamping itu diberikan juga obat untuk UNS (klamdia) secara bersamaan. Menurut penelitian yang dilakukan tahun 2003 spectinomycin dan ceftriaxon adalah drug of choice untuk N. gonorrhoeae. Spectinomycin 2.0 g intramusculary , dosis tunggal atau pemberian cefixime ( 200mg) secara oral selama 3 hari.