PENDAHULUAN
Paparan debu di lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai penyakit paru kerja yang mengakibatkan gangguan fungsi paru dan kecacatan. Meskipun angka kejadiannya tampak lebih kecil dibandingkan dengan penyakit-penyakit utama penyebab cacat yang lain, terdapat bukti bahwa penyakit ini mengenai cukup banyak orang, khususnya di negara-negara yang sedang giat mengembangkan industri.
Penilain dampak paparan debu pada manusia perlu dipertimbangkan seperti sumber paparan/ jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari sumber yang lain, pola aktivitas sehari-hari serta penilaian terhadap faktor-faktor penyerta yang potensial berpengaruh misalnya umur, gender, etnis, kebiasaan merokok dan faktor alergen.
Pabrik tekstil yang memakai kapas sebagai bahan dasar memberi risiko paparan debu kapas pada saluran nafas pekerja. Salah satu bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh karena penghisapan debu kapas, hemp atau flax sebagai bahan dasar tekstil adalah Bisinosis.
bisinosis pada karyawan pabrik |
DEFENISI
Penyakit Bisinosis adalah penyakit paru akibat kerja dengan karakterisasi penyakit saluran udara akut atau kronis yang dijumpai pada pekerja pangolahan kapas, rami halus, dan rami. Atau dalam literatur yang lain bisinosis di defenisikan sebagai penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
EPIDEMOLOGI
Umumnya penyakit paru lingkungan berlangsung kronis menetap kadang-kadang sulit diketahui kapan mulainya, terpapar oleh polutan jenis apa atau saat pekerja bekerja di bagian mana dari tempat kerjanya mendapatkan paparan. Lebih-lebih kalau pekerja juga seorang perokok. Pasien umumnya mengeluh sesak napas, batuk-batuk, mengi, batuk mengeluarkan dahak. Pasien penyakit paru kerjaumumnya mengeluh penyakit paru (asma) timbul atau makin berat apabila is berada di tempat kerja dan mengurang lagi apabila keluar dari tempat tersebut. Karena polutan berefek tidak hanya pada paru tetapi juga pada organ di luar paru, maka pasien juga bisa mengeluh akibat proses-proses-di luar paru yang mungkin timbul.Pekerja-pekerja yang bekerja di lingkungan pabrik tekstil, yang mengolah kapas sejak penguraian kapas, pembersihan, pemintalan dan penenunan,semuanya termasuk mempunyai risiko timbulnya bissinosis.
Penelitian tentang prevalensi Bisisnosis yang dilakukan pada karyawan pabrik tekstil di berbagai negara bervariasi antara 1-88% dan pada umumnya bergantung pada kadar debu lingkungan kerja dan lamanya paparan. Penderita bisinosis lebih banyak dialami kaum wanita dibanding pria, ini disebabkan wanita lebih sering bekerja atau lebih mempunyai bakat untuk bekerja dibidang tekstil.Umur penderita 20-50 tahun. Tenaga kerja pada industri busana, biasanya lebih banyak terdiri atas karyawan wanita yang memang sangat cocok untuk pekerjaan di garmen atau industri busana lainnya.
ETIOLOGI ATAU PENYEBAB
Penyebab yang sebenarnya tidak diketahui tapi secara umum diterima bahwa penyakit ini disebabkan pajanan terhadap kapas, rami halus, dan rami. Ada beberapa bukti bahwa debu Boni dapat juga mengakibatkan keadaan yang sama. Pekerja kapas yang paling berisiko adalah mereka yang berada di kamar peniup dan penyisir tempat pajanan terhadap debu kapas mentah paling tinggi. Mereka yang bertanggung jawab untuk membersihkan mesin peniup (Ian mein penyisir, misalnya pembersih dan penggiling memiliki risiko yang paling tinggi
ETIOLOGI ATAU PENYEBAB
Penyebab yang sebenarnya tidak diketahui tapi secara umum diterima bahwa penyakit ini disebabkan pajanan terhadap kapas, rami halus, dan rami. Ada beberapa bukti bahwa debu Boni dapat juga mengakibatkan keadaan yang sama. Pekerja kapas yang paling berisiko adalah mereka yang berada di kamar peniup dan penyisir tempat pajanan terhadap debu kapas mentah paling tinggi. Mereka yang bertanggung jawab untuk membersihkan mesin peniup (Ian mein penyisir, misalnya pembersih dan penggiling memiliki risiko yang paling tinggi
DIAGNOSIS
Diagnosis Bisinosis ditegakkan atas dasar gejala subjektif, gejala dini berupa rasa dada tertekan dan atau sesak nafas yang ditemukan pada hari kerja pertama sesudah libur akhir minggu yang disebut Monday feeling, Monday morning fever, Monday morning asthma. Keluhan ini diduga karena terjadi obstruksi saluran napas, obstruksi yang terjadi ini disebut obstruksi akut. Bila pekerja tidak dipindahkan dari lingkungan yang berdebu maka obstruksi akut yang mula-mula reversibel akan menetap. Obstruksi yang dapat ditemukan pada pekerja sebelum mereka bekerja pada hari pertama setelah istirahat pada hari libur disebut obstruksi kronis. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan fungsi paru. Sedangkan jangka waktu untuk terjadinya obstruksi kronis tergantung banyak hal seperti kadar debu, lama paparan, kebiasaan merokok dan sebagainya.
TEKNIK UNTUK MENENTUKAN DIAGNOSA BISINOSIS
Penentuan diagnosa penyakit bisinosis yang merupakan salah satu penyakit yang terjadi akibat kerja adalah dengan melakukan berbagai tahap, mulai dari metode anamnesis atau wawancara pada pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
- Anamnesis ( Wawancara pada pasien)
Riwayat penderita sangat penting dalam memperkirakan lingkungan atau pekerjaan sebagai faktor yang menimbulkan paparan pada penderita. Yang perlu ditanyakan adalah riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu yang pernah dideritai oleh pasien, dan riwayat penyakit keluarga. Juga ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang mengarah kepada sudah berapa lama bekerja sekarang, serta riwayat pekerjaan sebelumnya. Pertanyaan kepada pekerjaan-pekerjaan spesifik, termasuk kontaminasi bahan-bahan spesifik, penggunaan alat-alat proteksi pernafasan, besar dan ventilasi ruangan kerja, adanya pekerja-pekerja lain yang mempunyai keluhan yang sama.
Pertanyaan juga mengarah kepada alat dan bahan kerja yang digunakan, proses kerja yang dijalankan, barang yang diproduksi/ dihasilkan, waktu bekerja dalam sehari, hubungan gejala dengan waktu kerja, dan kemungkinan pajanan yang dialami. Perlu juga ditanyakan kemungkinan terkena paparan zat toksik di tempat lain, misalnya mengenai hobi dan lingkungan di rumah. Kontak dalam waktu singkat yang potensial toksik juga perlu dipertimbangkan. Riwayat medis/ pekerjaan dapat digunakan untuk diperkirakan waktu antara paparan dan timbulnya awitan gejala, dengan demikian dapat dinilai beratnya penyakit.
Untuk bisinosis sendiri beberapa pertanyaan yang umum untuk ditanyakan adalah apakah adanya keluhan seperti demam, sesak nafas, dan adanya rasa tertekan pada dada. Gejala yang timbul ini biasanya terjadi pada hari pertama kerja atau basanya pada hari senin. Keluhan biasanya timbul sekitar 2-4jam setelah terpajan dengan debub kapas, dan biasanya akan berkurang pada hari- hari berikutnya
Untuk keluhan sesak napas pasien, ditanyakan sesuai dengan kriteria sesak nafas menurut American Thoracic Society (ATS):
0 tidak ada Tidak ada sesak nafas kecuali exercise berat
1 ringan Rasa nafas pendek bila berjalan cepat mendatar atau mendaki
2 sedang Berjalan lebih lambat dibandingkan orang lain sama umur
karena sesak atau harus berhenti untuk bernafas saat berjalan
mendatar
3 berat Berhenti untuk bernafas setelah berjalan 100 meter/beberapa
menit, berjalan mendatar
4 Sangat berat Terlalu sesak untuk keluar rumah, sesak saat mengenakan atau
melepaskan pakaian
melepaskan pakaian
- i. Pemeriksaan Fisik
Pada penyakit bisinosis biasanya ada gambaran
obstruksi saluran napas yang ditandai dengan adanya mengi, ekspirasi
diperpanjang, rongki kering dan adanya sesak napas. Biasanya timbul demam
selain sesak napas, dan kadang-kadag gejala menetap untuk hari-hari berikutnya.
Pada awal gejala yang timbul berupa pilek dan batuk kering. Gejala klinis dan
pemeriksaan fisik yang timbul akan hilang apabila pasien meninggalkan
pekerjaannya dan pada gejala yang awal hanya ditemukan pada hari pertama kerja.
Pada hari berikutnya tidak ditemukan gelala klinis lagi. Umumnya tidak
ditemukan kelainan pads bisinosis derajat C1/2 sampai C2, kecuali
kadang-kadang terdengar ronki ekspirrasi. Kelainan suara napas baru ditemukan
pads deraiat C3.
- i.i Pemeriksaan Penunjang
Rontgen paru
Pemeriksaan
rontgen paru menunjukkan infiltrate tidak nyata di beberapa tempat, mirip
dengan edema paru atau bulatan opak kecil yang luas. Terdapat leukositosis pada
tahap akut. Kesembuhan biasanya sempurna, tapi bisa kembali kambuh pada pajanan
ulang. Kejadian kronis dan berulang- ulang akan menjurus terbentuknya fibrosis
interstitialis kronis.
Gambaran radiologi dari bisinosis tidak memberikan gambaran yang khas. Pada stadium dini tidak ditemukan kelainan radialogi paru. Pada stadium C1 - C3 gambaran yang mungkin didapatkan adalah gambaran bronkitis kronik dan empisema. Hal ini tidak dapat dibedakan. Hal yang dapat membedakannya adalah adanya r-iwayat Monday tightness dan riwayat pajanan debu kapas atau bahan lainnya yang dapat menyebabkan bisinosis.
Test Fungsi Paru
Tes fungsi paru saat istirahat (spirometri, volume paru, kapasitas difusi),merupakan tes diagnostik yang penting untuk menentukan status fungsi paru pasien dengan penyakit paru kerja, terlebih pada proses interstitial.
Spirometri merupakan suatu proses untuk
mengukur seberapa besar ventilasi yang terjadi pada paru-paru. Untuk mengetahui
volume udara yang terdapat di dalam paru dapat digunakan metode spirometri.
Dalam pencatatan mengunakan spirometer terdapat 3 volum yang tercatat, yaitu
volum tidal, volum cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi. Dan terdapat
satu jenis volume yang tidak dapat tercatat mengunakan spirometer yaitu volum
residu. Volum tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru dalam
keadaan normal. Volume cadangan inspirasi adalah volume udara ekstra yang masih
dapat dihirup setelah inspirasi tidal. Volume cadangan ekspirasi adalah volume
udara yang masih dapat dikeluarkan oleh paru-paru setelah melakukan ekspirasi
dalam keadaan normal. Sedangkan volume residu adalah volume minimal yang
terdapat dalam paru-paru, dan tidak dapat dikeluarkan oleh proses pernafasan.
Dengan
mengabungkan beberapa volume diatas dapat diperlihatkan beberapa kapasitas
paru-paru. Kapasitas tersebut antara lain, kapasitas inspirasi, kapasitas
residu fungsional, kapasitas vital, dan kapasitas paru total. Kapasitas
inspirasi merupakan volume tidal
ditambah dengan volume inspirasi, kapasitas ini menunjukan volume udara
yang dihirup seseorang setelah ekspirasi normal sampai dengan volume maksimum
dari paru-paru tersebut. Yang berikutnya merupakan kapasitas residu fungsional.
Kapasitas ini merupakan penjumlahan dari volume cadangan ispirasi dengan volume
residu. Kapasitas ini menjelaskan udara yang masih terdapat dalam paru-paru
saat akhir ekspirasi. Berikutnya adalah kapasitas vital paru-paru, kapasitas
ini adalah kapasitas yang dimungkinkan dikeluarkan atau dimasukkannya udara
oleh kemampuan otot-otot pada rongga dada. Oleh karena itu, kapasitas ini
merupakan penjumlahan dari seluruh volume paru yang telah disebutkan diatas,
keculai volume residu. Kapasitas yang berikutnya dalah volume residu, volume
ini adalah volume total dari paru-paru. Kapasitas ini merupakan penjumlahan
kapasitas yang telah disebutkan diatas.
spirometer |
Perubahan
pada fungsi paru merupakan suatu penanda yang pasti pengaruh debu kapas
terhadap sistem pernapasan. Karakteristik yang khas pada penderita kelainan ini
adalah adalah adanya penurunan kapasitas vital paru dan volume ekspirasi paksa
dari paru. Kelainan ini bertambah parah bersamaan dengan bertambahnya lama
kerja. Kelainan ini timbul pada hari pertama kerja dan akan hilang
beberapahari. Mekanisme toleransi munkin saja terjadi tetapi dengan mekanisme
yang tidak jelas. Pada bisinosis karakteristiknya adalah kelain obstruktif paru
baik dapat berupa akut ataupun kronis. Penurunan fungsi paru terjadi pada hari
pertama bekerja. Keparahan dari gejala sangat bergantung dari perubahan fungsi
paru dan juga berperngaruh dari adaptasi. Beberapa penelitian menunjukan
perubahan dari ukuran saluran pernapasan bagian distal, ini menunjukan
perjalanan penyakit dari saluran napas distal. Penurunan dari FEV1 pada jangka
waktu yang lama akan menyebabkan penurunan fungsi paru pada pekerja secara
permanen. Ini menunjukan bahwa pekerja kapas dan rami akan menurunkan fungsi
paru. Pada keadaan yang lanjut akan terjadi kombinasi dari gangguan obstruktif
dan restriktif. Pada penelitian yang dilakukan Fishwick dan Pickering
menunjukan bahwa gangguan bronkus yang dialami pekerja sebesar 78%. Dan pada
pekerja yang tidak berhubungan dengan tekstil hanya 17% yang mengalami gangguan
bronkus.
Gambaran
histopatologis yang ditemukan pada bisinosis mirip dengan pengaruh asap rokok
yang menginduksi terjadinya bronkitis, yaitu terjadinya hiperplasia kelenjar
mukus dan infiltrasi sel polimorfonuklear neutrofil di dinding bronkus.
Penelitian pada beberapa binatang menunjukan adanya komponen debu yang dapat
merangsang datangnya netrofil ke bronkus. Sebagai tambahan, komponen dari debu
kapas juga dapat mernagsang sel paru seperti sel mast dan macrophag untuk
menghasilkan zat yang dapat merangsang netrofil.
- iV Pemeriksaan tempat kerja
Pajanan yang dialami
·
Debu organik (kapas)
Debu
organik dapat menyebabkan penyakit pernafasan, antaranya bisinosis. Ini karena
kepekaan dari saluran nafas bagian bawah terutama alveoli terhadap debu
meningkat. Kepekaan inilah yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas, hingga
dapat menghambat aliran udara yang keluar masuk paru dan akibatnya sesak napas.
Banyak
jenis debu organik dihasilkan misalnya pada industri tekstil mulai dari proses
awal yakni pembuatan biji kapas sampai penenunan. Masa atau waktu untuk
timbulnya penyakit ini cukup lama, dengan waktu yang terpendek adalah 5 tahun.
Gejala khas yang muncul dari penyakit ini adalah merasa berat di dada atau
sesak. Berdasarkan penelitian, angka kesakitan bisa mencapai 60% dan angka
tertinggi terjadi pada mereka yang bekerja di bagian pemintalan.
Debu (particulate) termasuk kategori aerosol dibagi menjadi dua,
yaitu padat (solid) dan cair (liquid). Debu terdiri atas partikel padat dapat
dibedakan lagi menjadi tiga macam, yakni dust, fumes, dan smoke. Dust merupakan
partikel padat yang dihasilkan dengan proses grindling, blasting, drilling, dan
puveiring, berukuran mulai dari sub mikroskopik sampai yang besar. Yang
berbahaya adalah ukuran yang bisa terhisap kedalam sistem pernafasan, umumnya
lebih kecil dari 100 mikron.
Pabrik
tekstil dalam hal ini mengeluarkan bahan pencemar debu. Bila berhadapan dengan
bahan pencemar debu (bentuk partikel) maka yang perlu dievaluasi adalah
komposisi kimiawi dari debu tersebut; tentang ukuran aerodinamik partikel debu
tersebut, karena hal ini berhubungan dengan deposisi di dalam saluran nafas;
serta kadar dari debu tersebut, hal ini berhubungan dengan Nilai Ambang Batas
(NBA).
Hubungan pajanan dengan penyakit bisinosis
Partikel
debu dapat menimbulkan penyakit atau tidak bergantung kepada:
a. Ukuran
partikel debu
Bila partikel debu yang masuk ke dalam paru
berukuran diameter 2-10 mikron, ia akan tertahan dan melekat pada dinding
saluran pernafasan bagian atas. Sedang yang berukuran 3-5 mikron akan masuk
lebih dalam dan tertimbun pada saluran nafas bagian tengah. Partikel debu yang
berukuran 1-3 mikron akan masuk lebih dalam lagi sampai ke alveoli dan
mengedap. Sedangkan yang ukurannya lebih kecil dari 1 mikron, tidak mengendap
di alveoli karena teramat ringan dan pengaruh adanya peredaran udara.
b. Distribusi
dari partikel debu yang terinhalasi
c. Kadar
dan lamanya paparan
Biasanya diperlukan kadar yang tinggi untuk dapat
mengalahkan kerja eskalator silia dengan waktu paparan yang lama. Pada
bisinosis, memerlukan waktu paparan selama 5 tahun.
d. Sifat
debu
Bahan-bahan tertentu terutama debu organik seperti
serat kapas dapat menimbulkan bisinosis.
e. Kerentanan
individu
Hal ini sulit diperkirakan karena individu yang
berbeda dengan paparan yang sama akan menimbulkan rekasi yang berbeda.
Diperkirakan dalam paparan terhadap bahan kimia dan debu dapat merusak
epitelium saluran nafas, sensitasi reseptor sensoris sehingga dapat
meningkatkan refleks bronkokonstriksi.
f. Pembersihan
partikel debu
Terdapat dua mekanisme pembersihan partikel debu,
yaitu mukosiliaris dan pengaliran limopatik. Efisiensi mekanisme ini bervariasi
tiap individu. Pembersihan partikel tergantung dari mana partikel tersebut
didepositkan. Partikel yang tertinggal di atas mukus siliaris epitelium, sistem
silia akan mendorong partikel tersebut ke faring, kemudian akan ditelan atau
dibatukkan keluar bersama mukus. Partikel yang tertimbun pada daerah distal,
pada saluran nafas yang tidak mengandung silia dibersihkan lebih lambat,
partikel ini akan difagositir oleh makrofag kemudian dibawa ke saluran nafas
yang dilapisis epitel bersilia sehingga ikut terbang melalui mukus. Sebagian
partikel akan tertinggal di parenkim paru atau dibawa oleh makrofag melalui
sistem limfatik.
GEJALA KLINIK BISINOSIS
Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
Menurut WHO, derajat bisinosis dibagi 2, yaitu:
- Derajat B1: rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali bekerja
- Derajat B2: rasa tertekan di dada dan atau sesak napas pada hari pertama kembali bekerja dan pada hari-hari bekerja selanjutnya.
Derajat
bissinosis yang ditentukan dari kapasitas ventilasi serta kuesioner standar:
- Derajat 0 : Tidak ada bissinosis
- Derajat ½ : kadang-kadang rasa dada tertekan atau sesak napas pada tiap hari pertama minggu bekerja.
- Derajat 1 : rasa dada tertekan atau sesak napas pada tiap hari pertama minggu kerja.
- Derajat 2 : rasa berat di dada dan sukar bernapas tidak hanya pada hari pertama bekerja, tetapi juga pada hari lain minggu kerja.
- Derajat 3 : gejala seperti derajat 2 ditambah berkurangnya toleransi terhadap aktivitas secara menetap dan atau pengurangan kapasitas ventilasi.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Gambaran
klinis bisinosis ditandai dengan gejala berupa berat atau sempit di dada (chest
tightness), batuk dan sesak napas saat hari pertama masuk kerja setelah
istirahat akhir pekan. Gejala yang timbul seperti batuk kering, millfever, weaver cough bisa terjadi sendiri-sendiri atau bersamaan.
- Timbul rasa berat di dada atau napas pendek pada hari pertama kembali bekerja
- Penurunan kapasitas ventilasi pada hari pertama bekerja
- Meningkatnya prevalensi bronkitis : batuk menetap dan sputum
- Terdapat mill fever syndrome yang terjadi pada hari pertama bekerja atau ketika kembali dari cuti yang lama. Gejala demam disertai linu dan nyeri yang mirip dengan demam akibat endotoksin Gram negatif.
- Mangacu pada keluhan akut gejala saluran napas yang tampak pada orang terpajan debu kapas pertama kali, menunjukkan penurunan fungsi paru.
- Berhubungan dengan reaktiviti jalan napas yang terjadi tahun pertama bekerja di tempat ini.
Bisinosi kronis
- Bentuk klasik bisisinosis
- Ditandai rasa berat di dada dan sesak napas yang bertambah berat pada hari pertama masuk kerja dalam satu minggu
- Awitan gejala terjadi setelah pajanan debu kapas selama beberapa tahun, biasanya setelah lebih 10 tahun dan jarang terjadi pada pekerja dengan masa kerja kurang dari 10 tahun