HEPATITIS C PADA ANAK
Etiologi atau Penyebab hepatitis C
VHC
termasuk famili flaviviridae yang terdiri dari untalan RNA tunggal dengan
diameter 30-60 mm, mempunyai evelop.
Cara Penularan
Virus
hepatitis C (VHC) dapat ditularkan melalui beberapa cara, antara lain melalui
parenteral, kontak personal (intrafamilial), transmisi seksual dan transmisi
perinatal (vertical). Penularan secara parenteral, kecuali melalui transfusi,
dapat terjadi melalui jarum suntik pada pengguna obat-obatan dan petugas
kesehatan. penularan secara parenteral merupakan penularan yang utama, 80%
pasien dengan hepatitis kronis pasca transfusi penyebabnya adalah hepatitis C.
Hampir setiap anak yang mendapat transfusi darah
atau produk darah dari donor yang mengadung anti VHC, akan terinfeksi VHC.
Risiko makin tinggi bila mendapat transfusi berulang dari donor yang multiple
(leukemia, talasemia) atau mendapat produk darah yang diperoleh dari beberapa
donor sekaligus (hemofilia). Meskipun infeksi VHC adalah penyebab utama
hepatitis akibat transfusi, cukup banyak penderita hepatitis C yang ternyata
tidak pernah memperoleh transfusi darah.
Penularan infeksi VHC dapat juga terjadi pada
penderita yang mendapat hemodialisis atau transplantasi organ. Penularan
melalui hubungan seksual atau cairan tubuh sangat jarang dilaporkan beberapa
peneliti.
Transmisi intrafamilial adalah penularan yang
terjadi dalam keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita hepatitis
C.
Transmisi
perinatal dari ibu ke anak yang dilahirkan dilaporkan sangat jarang dan
dianggap tidak setinggi transmisi perinatal pada hepatitis virus B, pada bayi yang lahir dari ibu dengan RNA VHC
positif. Risiko penularan meningkat bila disertai adanya HIV (human
immunodeficiency virus). Transmisi vertical tidak terjadi bila titer RNA
VHC kurang dari 10 copieslml. Sebaliknya transmisi terjadi pada 36% bayi
bila kadar RNA-VHC > 10 copies/ml.
Penularan VHC melalui air susu ibu sangat jarana,
karena pada ASI dari ibu pengidap VHC yang dalam kolostrumnya mengandung
RNA-VHC positif, tidak satupun bayinya terinfeksi dengan VHC sampai bayi
berumur 1 tahun.
Gejala Klinis hepatitis c pada anak
Masa inkubasi HVC sekitar 7 minggu (3-20 minggu).
Manifestasi yang tidak spesifik menyebabkan diagnostik hepatitis C akut sulit
ditegakkan tanpa pemeriksaan serologis.
Seperti pada hepatitis akut yang lain, hanya
4-12% hepatitis C akut memberikan gejala klinis berupa malaise, nausea, nyeri
perut kuadran kanan atas yang diikuti dengan urin berwarna tua dan ikterus.
Pemeriksaan RNA VHC dapat terdeteksi dalam 1-2 minggu setelah terpapar dengan
titer 106-106 copies/ml.
Setelah beberapa minggu, kadar serum alanin
aminotransferase (ALT) meningkat diikuti dengan timbulnya gejala klinis. Hampir
semua pasien (lebih dari 80%) terjadi peningkatan sementara ALT dengan
puncaknya lebih besar dari 10 kali normal, tetapi hanya 1/3 nya yang terdapat
gejala klinis atau ikterus, sedangkan sisanya tanpa ikterus dan gejala
subklinis. Lamanya sakit berlangsung 2-12 minggu, bila sembuh maka RNA VHC
tidak ditemukan lagi dalam beberapa minggu dan nilai ALT akan kembali normal.
Gambaran histopatologi yang ditemukan pada
hepatitis C akut sama seperti gambaran pada hepatitis akut yang lain, yaitu
adanya pembengkakan atau nekrosis sel hati, infiltrasi sel mononuclear atau
terjadinya kolestasis.
Gambar Hepatitis C akut menurut waktu timbulnya
gejala klinis,
RNA VHC, nilai ALT dan anti
VHC |
Diagnosis Hepatitis C pada anak
Manifestasi klinis hepatitis C yang
tidak spesifik dan seringkali asimtomatik, menyebabkan sulit untuk menegakan
diagnosis hepatitis C oleh karena itu dilakukan uji diagnosis yang terdiri :
- Uji serologi, untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap VHC
- Uji molekuler, untuk mendeteksi adanya genom RNA VHC
Uji serologi dilakukan dengan cara
enzyme immuno-assay (EIA) dan sebagai tes konfirmasi dipakai cara recombinant
immunoblot assay (RIBA) uji molekuler di pakai cara polymerase chain reaction
(PCR). Pemeriksaan yang sensitif adalah cara RIBA.
Laboratorium
Setelah beberapa minggu,
kadar serum alanin transferase (ALT) meningkat diikuti dengan timbulnya gejala
klinis. Hampir semua pasien (lebih dari 80%) terjadi peningkatan sementara ALT
dengan puncaknya lebih besar dari 10x normal, tetapi hanya 1/3 yang terdapat
gejala klinis atau ikterus, sedangkan sisanya tanpa ikterus dan gejala
subklinis. Pada hepatitis C yang kronik didapatkan kadar ALT tetap tinggi atau
berfluktuasi dan RNA VHC masih ditemukan sedangkan anti VHC yang positif dapat
terjadi baik pada infeksi akut maupun kronis.
Komplikasi
Penatalaksanaan
Tabel. Permasalahan dan solusi infeksi HVC |
Pengobatan suportif yaitu istirahat
dan diet yang baik. Untuk penderita kronik hepatitis C dapat diberikan
interferon alfa (3 juta u/m2 3 kali dalam 1 minggu selama 6 bulan) namun
kekambuhan masih sering terjadi. Pengobatan dapat juga dilengkapi sampai bulan 12-15. Respon pengobatan
ini masih sangat rendah hanya sekitar 10-25%. RNH VHC akan kembali muncul
setelah terapi dihentikan.
Pencegahan
Vaksin
untuk mencegah infeksi hepatitis C maupun immunoglobulin spesifik untuk
imunisasi pasif belum tersedia. Oleh karena itu pencegahan terhadap transmisi
HCV dilakukan dengan mencegah paparan terhadap virus tersebut, baik secara
tidak langsung dengan melakukan pemeriksaan penyaring terhadap darah dan donor
organ atau secara langsung dengan pencegahan kontak fisik paparan terhadap HCV.