TERAMPIL BERKOMUNIKASI
Komunikasi merupakan sebuah istilah yang kerap kali kita dengar, bahkan
secara sadar atau tidak sadar, lazim digunakan baik verbal maupun nonverbal. Istilah yang begitu familiar ini ternyata kurang mendapat
perhatian bagi sebagian orang. Mereka dengan lugasnya mengatakan komunikasi,
namun bila ditanya apa arti dari komunikasi itu sendiri, mereka sama sekali
tidak paham.
Memang tidak menjadi keharusan bagi orang
awam untuk mengetahui definisi, tentang komunikasi secara terperinci. Tetapi
bagi orang yang bergerak di bidang komunikasi, definisi komunikasi sangatlah
penting, bahkan menjadi keharusan untuk mengetahui sekaligus mempelajarinya.
Secara sederhana komunikasi diartikan sebagai suatu proses pernyataan pesan
oleh komunikator kepada komunikan.
Dari pengertian itu, terdapat istilah yang
sering didengar oleh orang komunikasi, yakni "we can not
communicate". Kita tidak akan dapat hidup tanpa adanya komunikasi,
sehingga komunikasi dapat dikatakan "kondisio sine quanon". Di mana
keadaan tersebut mutlak, tidak dapat diubah oleh siapa pun.
Ilmu komunikasi sangat menarik bila ditelaah
lebih jauh. Dengan ilmu komunikasi yang kita kuasai, paling tidak kita dapat
berkomunikasi jauh lebih baik dari sebelumnya. Pada sisi lain, kita dapat
dengan mudah membaca karakter seseorang, hanya dengan melihat cara dan gaya
bicara orang itu.
Tentunya proses tersebut mengggunakan alat
indera yang kita miliki, sensasi. Cukup menarik memang, apalagi bila melihat
cakupan metode komunikasi. Terdiri atas jurnalistik, public relations,
manajemen Komunikasi, dan masih banyak lagi.
Bidang jurnalistik cukup luas cakupannya,
mulai dari jurnalistik cetak, elektronika, radio, sampai televisi. Bila
dibandingkan dengan bidang yang lain, jurnalistik merupakan bidang yang paling
menantang, khususnya bagi orang yang berprofesi sebagai jurnalis. Peristiwa
bencana tsunami di Aceh yang memakan banyak korban misalnya, tentunya
memerlukan sosok seorang jurnalis untuk meliput kejadian yang bersejarah itu.
Di samping itu, masih segar dalam ingatan
kita tentang penyanderaan yang dialami penyiar dan kamerawan Metro TV, Meutya
Hafid dan Budiyanto, oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai pejuang
Mujahidin, Irak. Selama tujuh hari mereka disandera tanpa alasan yang jelas.
Dari kejadian itu, tidak dapat dimungkiri, profesi menjadi seorang jurnalis
harus kuat mental, karena erat kaitannya dengan bahaya. Tetapi di situlah sisi
menarik dari seorang jurnalis.
Selain mendapatkan berita, mereka pun
mendapatkan pengalaman hidup yang tidak semua orang dapat mengalaminya. Tidak
hanya itu, jurnalis yang sedang meliput salah satu konser besar di Jakarta,
katakanlah "Java Jazz", mereka dengan susah payah mendapatkan berita.
Namun di sisi lain, ada kepuasan setelah berita
tersebut sampai kepada khalayak.
Selain jurnalistik, seorang PRO atau dapat dikatakan public
relations officer yang menggeluti bidang public relations pun cukup menarik,
karena perlu kegigihan untuk membangun citra yang baik, agar timbul kesan dan saling
pengertian antara kedua belah pihak.
Kegiatan melobi dengan menunjukkan kebijaksanaan dan prosedur dari
individu atau organisasi, atas dasar kepentingan publik pun tidak mudah. Namun diperlukan kesabaran tentunya. Begitu pula dengan
bidang-bidang komunikasi lainnya.
Baik jurnalistik, public relations, maupun
bidang yang lain pada dasarnya mengacu pada ilmu komunikasi, karena
masing-masing memerlukan komunikasi yang efektif. Agar informasi yang
disampaikan efektif, diperlukan keahlian (skill) dalam berkomunikasi.
Karena itu, kita harus dapat mengolahnya
menjadi sesuatu yang dapat dimengerti oleh orang lain. Bila kita sudah memahami
tentang makna ilmu komunikasi secara rinci, komunikasi yang efektif pun
tercipta. Dari komunikasi itu, seseorang akan merasakan
adanya rasa kepuasan akan keberhasilannya.
Dari keberhasilannya, kita dapat mengambil
contoh penceramah kondang, Aa Gym. Melalui komunikasinya yang sangat baik,
beliau mampu menguasai dan memengaruhi orang banyak dengan pidato-pidato yang
sangat khas. Mendengarkan beliau berpidato, terlihat
orang-orang sangat antusias dan tertarik.
Bermula dengan guyonannya yang dapat menarik
simpati orang banyak, tidak tanggung-tanggung golongan terpelajar pun mampu
beliau kuasai. Dilanjutkan pesan yang berupa isi dari pidato yang hendak beliau
sampaikan, yang akhirnya kepuasanlah yang beliau rasakan tatkala informasi yang
hendak beliau sampaikan telah sampai kepada khalayak.
Karena itu, ilmu komuniksi sangatlah menarik
karena melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik dan benar, seseorang akan
sukses. Anda ingin sukses? Mulailah mengasah keterampilan komunikasi Anda
sejak dini.***
Komunikasi efektif
Covey mengusulkan enam deposito utama yang dapat menambah rekening
bank emosi dalam hubungan kita dengan sesama:
Berusaha benar-benar mengerti orang lain.
Ini adalah dasar dari apa yang disebut
emphatetic communication- komunikasi empatik. Ketika kita berkomunikasi dengan
orang lain, kita biasanya ”berkomunikasi” dalam salah satu dari empat tingkat.
Kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan yang
baik. Kita mungkin berpura-pura. Kita mungkin secara selektif berkomunikasi
pada saat kita memerlukannya, atau kita membangun komunikasi yang atentif
(penuh perhatian) tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita.
Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi
empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain –
memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran orang lain.
Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil
begitu penting dalam suatu hubungan – hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang
besar.
Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito
besar; melanggar janji adalah penarikan yang besar.
Menjelaskan harapan. Penyebab dari hampir
semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau
berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit.
Meminta maaf dengan tulus ketika Anda membuat
penarikan.
Memperlihatkan integritas pribadi. Integritas
pribadi menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari banyak jenis deposito
yang berbeda.
Integritas merupakan fondasi utama dalam
membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada persahabatan atau teamwork
tanpa ada kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada
integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran
(honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau
menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas
bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif.
Setelah kita memiliki fondasi utama dalam
membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita perlu
memperhatikan 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of
Efffective Communication) yang kami kembangkan dan rangkum dalam satu kata yang
mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti
merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah
upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati,
tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.
Hukum # 1: Respect
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi
yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan
yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang
pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada
prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus
mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga
diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan
sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama
yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik
sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.
Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale
Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia
terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia
adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli
psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa ”Prinsip
paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Dia
mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang
bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu
rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie
mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan
menggenggam orang dalam telapak tangannya.
Charles Schwabb, salah satu orang pertama
dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar
setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya
dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan
antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan
memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga
rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The
One Minute Manager.
Hukum # 2: Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk
menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita
untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk
mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif,
yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to
Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic
listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan
Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu,
kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam
membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.
Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat
menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan
penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran
(marketing) memahami perilaku konsumen (consumer’s behavior) merupakan
keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa
yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen.
Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam
membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan
orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur
utama dalam membangun teamwork.
Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau
mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon
penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa
ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
Empati bisa juga berarti kemampuan untuk
mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik
apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau
mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari
komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala
tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan.
Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media
advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik
dari audiensi atau penerima pesan.
Hukum # 3: Audible
Makna dari audible antara lain: dapat
didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus
mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.
Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery
channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum
ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun
perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan
yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal
ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima
oleh penerima pesan.
Hukum # 4: Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti
dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari
pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai
penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini
merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat
tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai
penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.
Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan
transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak
ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya
(trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan
akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat
dan antusiasme kelompok atau tim kita.
Hukum # 5: Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang
efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan
hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari
oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah
Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh
melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai,
mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang
lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh
pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan
pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi
seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan
hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena
inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan
dan saling menguatkan.
komunikasi |
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu
meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi
interpersonal adalah:
Percaya/trust. Bila seseorang punya
perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang
itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh
bila ada faktor-faktor sebagai berikut:
Karakteristik dan maksud orang lain, artinya
orang tersebut memiliki kemampuan, ketrampilan, pengalaman dalam bidang
tertentu. orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan
konsisten.
Hubungan kekuasaan, artinya apabila
seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan
tunduk.
Kualitas komunikasi dan sifatnya
menggambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan
sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan tumbuh.
Prilaku suportif akan meningkatkan
komunikasi. Beberapa ciri prilaku suportif yaitu:
Deskripsi: penyampaian pesan, perasaan dan persepsi
tanpa menilai atau mengecam kelemahan dan kekurangannya.
Orientasi masalah:
mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah.
Mengajak orang lain bersama- sama menetapkan tujuan dan menentukan cara
mencapai tujuan.
Spontanitas: sikap jujur dan dianggap
tidak menyelimuti motif yang terpendam.
Empati: menganggap orang lain sebagai persona.
Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi
tidak melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat
terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau
kembali pendapat sendiri.
Sikap terbuka, kemampuan menilai secara
objektif, kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa,
orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah
keyakinannya, profesional dan lain sebagainya.
Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan
menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif dan kerja sama bisa
ditingkatkan, kita perlu bersikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. Kita
perlu juga memiliki sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong
timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling mengembangkan kualitas.
Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki
hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak, tidak terkecuali dalam lembaga
pendidikan.