Ular Berbisa di Indonesia
PENDAHULUHAN
Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkunganpemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di daerah Irlandia dan Selandia baru dan daerah daerah padang salju atau kutub.
Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa.
Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa. Ular berbisa memiliki sepasang taring pada bagian rahang atas. Pada taring tersebut terdapat saluran bisa untuk menginjeksikan bisa ke dalam tubuh mangsanya secara subkutan atau intramuskular.
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata.
Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik. Efek toksik bisa atau efek racun bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi.
SIFAT BISA, GEJALA DAN TANDA KLINIS GIGITAN ULAR
Berdasarkan sifatnya pada tubuh mangsa, bisa ular dapat dibedakan menjadi :
- Neurotoxin. Neurotoksin adalah sebuah toksin atau racun yang beraksi di sel saraf atau neuron dan biasanya dengan berinteraksi pada protein membran, efek yang dirasakan
- Menyerang dan mematikan jaringan syaraf
- Terjadi kelumpuhan pada alat pernafasan
- Kerusakan pada pusat otak
- Efek gigitan yang langsung terasa adalah korban merasa ngantuk
- Jenis racun ini tidak menimbulkan rasa sakit pada gigitannya sehingga seringkali korban tidak mengetahui bahwa telah tergigit.
- Contoh jenis ular yang memiliki racun neurotoksin adalah jenis elapidae seperti ular Welang dan ular Weling. Namun khusus jenis ular Kobra selain memiliki racun neurotoksin juga memikiki racun hemotoksin.
- Haemotoxin adalah jenis racun yang menyerang sistem sirkulasi darah dalam tubuh, terdapat pula enzim pemecah protein (proteolytic). Akibatnya sel-sel darah akan rusak dan penggumpalan darah akan terjadi.
- Menyerang darah dan sistem sirkulasinya
- Terjadi haemolysis
- Transport Oksigen ke tubuh terganggu, terutama metabolisme sel
- Reaksi racun sangat cepat seiring dengan pembengkakan di daerah sekitar luka gigitan, beberapa menit saja korban akan merasakan sakit yang dan terasa panas yang luar biasa. Hal ini tidak seperti jenis racun neurotoksin yang tidak terasa sakit sama sekali.
- Contoh jenis ular yang memiliki racun hemotoksin adalah jenis crotalidae dan viperidae.
Organ organ lain yang akan terganggu sistem kerjanya oleh bisa ular antara lain: jantung, ginjal, otot, sel-sel darah dan jaringan-jaringan yang lain. Tidak semua ular berbisa pada waktu menggigit menginjeksikan bisa pada korbannya. Orang yang digigit ular, meskipun tidak ada bisa yang diinjeksikan ke tubuhnya dapat menjadi panik, nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala menjadi pening.
Gejala dan tanda-tanda gigitan ular akan bervariasi sesuai spesies ular yang menggigit dan banyaknya bisa yang diinjeksikan pada korban. Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain adalah tanda gigitan taring (fang marks), nyeri lokal, pendarahan lokal, memar, pembengkakan kelenjar getah bening, radang, melepuh, infeksi lokal, dan nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan ular dari famili Viperidae).
Bagaimanakah Gigitan Ular Dapat Terjadi?
- Korban gigitan ular terutama adalah petani, pekerja perkebunan, nelayan, pawang ular, pemburu, dan penangkap ular. Kebanyakan gigitan ular terjadi ketika orang tidak mengenakan alas kaki atau hanya memakai sandal dan menginjak ular secara tidak sengaja. Gigitan ular juga dapat terjadi pada penghuni rumah, ketika ular memasuki rumah untuk mencari mangsa berupa ular lain, cicak, katak, atau tikus.
- Ular tidak memiliki daun telinga dan gendang telinga, tidak mempunya keistimewaan ada ketajaman indera mata maupun telinga. Matanya selalu terbuka dan dilapisi selaput tipis sehingga mudah melihat gerakan disekelilingnya, sayangnya ia tidak dapat memfokuskan pandangnnya. Ular baru dapat melihat dengan jelas dalam jarak dekat. Indera yang menjadi andalan ular adalah sisik pada perutnya, yang dapat menangkap getaran langkah manusia atau binatang lainnya. Lubang yang terdapat antara mata dan mulut ular dapat berfungsi sebagai thermosensorik (sensor panas) - organ ini biasa disebut ceruk atau organ Jacobson. Ular juga dapat mengetahui perubahan suhu karena kedatangan mahluk lainnya, contohnya ular tanah memiliki ceruk yang peka sekali.
- Manusia sebenarnya tidak usah takut pada ular karena ular sendiri yang sebenarnya takut pada manusia. Ular tidak dapat mengejar manusia, gerakannya yang lamban bukan tandingan manusia. Gigitan ular bisa terjadi akibat manusia menggangu habitat tempat tinggal ular atau sengaja membunuh atau menyentuhnya.
Bagaimana Mengenali Ular Berbisa?
- Tidak ada cara sederhana untuk mengidentifikasi ular berbisa. Beberapa spesies ular tidak berbisa dapat tampak menyerupai ular berbisa. Namun, beberapa ular berbisa dapat dikenali melalui ukuran, bentuk, warna, kebiasaan dan suara yang dikeluarkan saat merasa terancam. Beberapa ciri ular berbisa adalah bentuk kepala segitiga, ukuran gigi taring kecil, dan pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.
- Ciri-ciri ular tidak berbisa:
- Bentuk kepala segiempat panjang
- Gigi taring kecil
- Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
- Ciri-ciri ular berbisa:
- Bentuk kepala segitiga
- Dua gigi taring besar di rahang atas
- Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring
- Untuk mengetahui jenis ular itu berbisa atau tidak kita pelajari dahulu karakteristik ular dibawah ini
KARAKTERISTIK BIOLOGIS UMUM ULAR
Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkunganpemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari.
Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.
Beberapa karakteristik ular sebagai berikut
- Penampang melintang tubuh membulat dan memanjang
- Tubuhnya tertutup oleh sisik
- Ukuran panjang tubuhnya dari 10 mm – 9000 mm
- Memiliki tulang belakang dan sepasang tulang rusuk pada setiap ruas tulang belakang (sampai cloaca)
- Suhu tubuhnya poikilotermik, suhu ideal 23,9 – 29,4°C. Namun ular masih dapat bertahan pada suhu yang ekstrem 7.2°C atau 37.8°C, bila lebih dari suhu ini akan berakibat fatal bagi ular.
- Ular melata dengan menggunakan otot pada bagian perutnya secara bergantian sehingga dapat bergerak menuju ke tempat lain.
- Mata pada ular tidak memiliki kelopak mata, tapi dilindungi oleh selaput transparan. Penglihatan ular tidak sejelas penglihatan manusia. Sensor yang ditangkap adalah bayangan dan sensitif terhadap cahaya.
- Tidak seperti manusia, hidung pada ular hanya berfungsi sebagai alat untuk bernafas, sedangkan alat penciumannya adalah lidahnya dengan dibantu organ Jacobson.
- Indera panas, terletak diantara mata dan hidung, berfungsi untuk mendeteksi panas yang dikeluarkan oleh makhluk lain yang berdarah panas (endotermik), Namun tidak semua ular memiliki organ ini
- Ular tidak memiliki lubang telinga, tapi memiliki membran tympani yang dapat mendeteksi getaran. Ular yang “menari” mengikuti irama suling sebenarnya bergerak bukan karena suaranya, namun karena mengkuti gerakan sulingnya.
- Pewarnaan tubuh ular sangat beragam, menyesuaikan dengan lingkungan dimana dia tinggal. Pewarnaan berfungsi sebagai penyamaran ular dalam mencari mangsa dan menghindari musuh. Tidak semua warna menyala menandakan tingkat bisa ular.
- Cara mendapatkan makanan dengan memburu mangsanya, menghadang mangsanya atau memancing mangsanya
- Gigi ular berjumlah banyak dan condong ke dalam sehingga ular tidak mengunyah mangsanya melainkan menelan mangsanya.
- Berdasarkan tipe giginya, ular dibedakan menjadi :
- Aglypha : Tidak memiliki taring bisa. Contoh : Ptyas korros (Ular kayu), Python reticulatus (Ular sanca batik). Ular ini tidak berbisa.
- Ophistoglypha : Memiliki taring bisa pendek dan terletak agak ke belakang pada rahang atas. Contoh : Boiga dendrophila. (ular cincin emas). Ular ini berbisa menengah.
- Proteroglypha : Memiliki taring bisa panjang dan terletak di bagian depan. Contoh : Naja naja sputatrix (ular kobra), Ophiophagus hannah(ular king kobra) Ular ini berbisa tinggi
- Solenoglypha : Memiliki taring bisa sangat panjang di bagian depan dan dapat dilipat. Contoh : Agkistrodon rhodhostoma (Ular tanah) Ular ini berbisa tinggi
- Ular dapat memangsa mangsanya yang berukuran 10 kali lipat besar kepalanya, karena pada rahang bagian belakang dari mulutnya dihubungkan oleh sendi yang berbentuk segiempat, sehingga mulut ular dapat menganga 180ยบ dan didukung oleh rahang bawah yang hanya dihubungkan oleh ligamen (otot) yang sangat elastis. Ular memangsa dengan cara menyuntikan bisa, menelan dan melilit.
- Semua jenis ular adalah binatang Karnivora. Jenis makanan yang mereka makan antara lain : insekta, ikan, amphibi, unggas, mamalia kecil sampai mamalia besar; bahkan ada beberapa jenis ular yang memakan ular juga (kanibal). Jenis makanan ini tergantung dari jenis ular dan habitatnya.
- Organ reproduksi pada ular jantan adalah hemipenis yang terletak pada cloaca dan yang betina dengan cloaca. Ular luar negeri biasanya kawin pada bulan-bulan yang bersuhu hangat, karena pada musim dingin mereka akan hibernasi (tidur panjang). Ular ada yang bertelur (ovipar) dan mengerami telurnya yang diletakkan diantara tumpukan daun daun kering selama 2-3 bulan dan menetas; namun ada pula yang di simpan didalam tubuhnya selama 2-3 bulan dan melahirkan (ovovivipar).
Menurut habitatnya, ular dapat dibagi menjadi 5, yaitu :
Berdasarkan tingkatan bisanya dan efek gigitan terhadap manusia, ular dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
TIDAK BERBISA
LAMPIRAN BERBAGAI MACAM ULAR YANG UMUMNYA TERDAPAT DI INDONESIA
ULAR TIDAK BERBISA
- Ular Air (Aquatik)
- Ular air adalah ular yang seluruh hidupnya (melakukan segala aktifitasnya) di dalam air. Contoh : Ular laut (Laticauda laticauda). Ular air yang sesungguhnya hanyalah ular laut.
- Ular Setengah Perairan (Semi Aquatik)
- Ular ini terkadang melakukan aktifitasnya di darat dan di air. Contohnya : Homalopsis buccata (ular Kadut)
- Ular Darat (Terresterial)
- Ular ini hidup di darat, dan melakukan seluruh aktifitasnya di darat. Contoh : Ptyas mucosus (Ular bandotan macan)dan Elaphe flavolineata (Ular Kopi)
- Ular Pohon (Arboreal)
- Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di pohon (arboreal). Biasanya ular pohon ekornya prehensil (dapat untuk berpegangan / bergelantungan) Contoh : Boiga dendrophila (cincin emas) dan Dryophis prasinus (Ular pucuk)
- Ular Gurun
- Ular jenis ini melakukan seluruh aktifitasnya di gurun. Ular gurun biasanya menyembunyikan diri di bawah pasir untuk menghindari sengatan matahari. Contoh : Crotalus artox, ular derik, rattle
- Ular sangat senang tinggal di tempat yang lembab
- Kadang ditemukan berjemur di panas matahari, tetapi kebanyakan waktunya digunakan untuk bersembunyi menunggu mangsa sesuai dengan habitatnya.
- Ular juga senang berpindah-pindah tergantung dimana ia bisa mendapatkan mangsanya
- Ular juga senang tinggal di daerah dekat air yang tenang.
- Ular adalah perenang dan pemanjat yang ulung.
Berdasarkan tingkatan bisanya dan efek gigitan terhadap manusia, ular dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
TIDAK BERBISA
- Ular ini memiliki tipe gigi Aglypha (tidak bertaring) dan tidak memiliki kelenjar bisa. Jika tergigit ular jenis ini hanya akan luka, tidak ada penanganan khusus. Hanya perlu obat antiseptik. Tidak berbahaya dan jumlah serta jenis nya sangat banyak.
- Kebanyakan ular kelompok ini memiliki tipe gigi Ophistoglypha, dan telah memiliki kelenjar bisa. Efek bisanya pada manusia adalah pendarahan, demam, perubahan suhu tubuh yang drastis dan cenderung menyebabkan rasa sakit serta pembengkakan di sekitar luka gigitan. Penanganannya, korban hanya perlu diberi suplai makanan dan minuman bergizi, istirahat untuk meningkatkan stamina tubuh.
- Ular ini memiliki tipe gigi Proteroglypha dan Solenoglypha. Jika manusia tergigit kelompok ini, prinsipnya adalah segera keluarkan bisa keluar dari tubuh, hambat laju racuun ke jantung serta harus secepat mungkin mendapatkan pertolongan pertama yang tepat dan benar. Bila tidak tertolong dan salah penanganan akan berakibat cukup fatal yaitu kematian. Jika tertolong, biasanya akan meninggalkan cacat atau bekas pada gigitan. Jumlah dan jenis ular berbisa tinggi lebih sedikit dibanding kelompok yang lain, kecuali semua jenis ular laut yang berbisa tinggi dan sangat mematikan
- Jika kita mengamati dengan teliti, ada beberapa hal yang dapat membedakan ular yang berbisa tinggi dan berbisa rendah. Namun beberapa ciri berikut masih belum secara tepat menunjukkan tingkatan bisa ular, sehingga perlu pengamatan dan penelitian lebih lanjut.
- Ular berbisa rendah
- Gerakannya cepat, takut pada musuh, agresif
- Beraktifitas pada siang hari (diurnal)
- Membunuh mangsanya dengan membelit
- Bentuk kepalanya bulat telur (oval)
- Tidak memiliki taring bisa
- Gigitannya tidak mematikan
- Setelah menggigit langsung lari
- Ular berbisa tinggi
- Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri
- Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)
- Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisa
- Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna
- Memiliki taring bisa, racun mematikan
- Kanibal
- Setelah menggigit, masih tinggal ditempat
- Pengecualian
- Berikut ini yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas :
- Berbisa tinggi, tetapi kepalanya oval (bulat telur), agresif, keluar siang, malam :
- Ular King Kobra - Ophiophagus hannah
- Ular Kobra Naja naja sputratix
- Berbisa tinggi, tetapi kepala oval, gerakan tenang
- Ular weling - Bungarus candidus
- Ular welang - Bungarus fasciatus
- Ular picung/pudak seruni
- Semua jenis ular laut
- Tidak berbisa, keluar malam hari, gerakan lamban
- Semua jenis ular phyton dan ular boa
- Ular Pelangi - Xenopeltis unicolor, dll
LAMPIRAN BERBAGAI MACAM ULAR YANG UMUMNYA TERDAPAT DI INDONESIA
ULAR TIDAK BERBISA
- Elaphe radiata
- Species : Elaphe radiata Schlegel, 1837
- N.I. : Copperhead Racer, Striped Racer, Ular Trawang, Ular Lanang Sapi (Jawa), Ular Tikus.
- Ciri-ciri :
- Tubuh bagian dorsal berwarna kekuningan, dengan empat garis longitudinal berwaran hitam pada bagian tubuh depan
- Tubuh bagian depan belakang berwarna kuning
- Tubuh bagian ventral berwarna kuning
- Terdapat garis hitam dari mata dan melintang pada bagian belakang kepala
- Panjangnya ± 2000 mm
- Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
- Habitat : Darat, lading
- Aktivitas : Diurnal, siang hari
- Tipe gigi : Aglypha
- Makanan : Burung dan Tikus
- Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
- Elaphe flavolineata
- Species : Elaphe flavolineata Schlegel, 1837
- N.I. : Common Racer, Ular Kopi (Jawa), Ular puspo brele (Jawa)
- Ciri-ciri :
- Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau keabu-abuan dengan tanda hitam persegi panjang yang belang dengan putih bagian depan
- Terdapat garis hitam longitudinal pada bagian vertebral (tulang belakang)
- Tubuh bagian belakang berwarna coklat gelap atau hitam
- Tubuh bagian ventral berwarna kuning, coklat atau kehitaman
- panjangnya ± 2400 mm
- Pada saat marah atau merasa terancam akan melipat bagian depan tubuhnya yang memipih seperti huruf S, lalu membuka mulutnya untuk menyerang
- Habitat : Darat -lading
- Aktivitas : Diurnal - siang hari
- Makanan : Kadal, katak dan burung
- Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang
- Ptyas korros
- Species : Ptyas korros Schlegel, 1837
- N.I. : Indian Rat snake, Ular kayu (Jawa), ular koros, ular sayur
- Ciri-ciri :
- Tubuh bagian atas (dorsal) berwarna coklat atau coklat kehijauan
- Sisik tubuh bagian belakang kuning dengan garis hitam disekeliling tiap sisiknya.
- Tubuh bagian bawah (ventral) berwarna kuning.
- Mata bulat, besar dan hitam.
- Pada yang muda terdapat garis-garis putuh pada bagian tubuh atas (dorsal).
- Panjangnya 300 mm – 1700 mm
- Habitatnya : Semak-semak, kadang berjemur di atas pohon
- Tipe gigi : Aghlypa
- Aktivitas : Diurnal
- Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung
- Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
- Ptyas mucosus
- Species : Ptyas mucosus
- N.I. : Banded Rat Snake, Bandotan Macan, ular dumung macan (Jawa)
- Ciri-ciri:
- Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kekuningan atau kehijauan (olive)
- Terdapat garis-garis vertical hitam pada begian kepala (bibir) dan belakan
- Tubuh bagian ventral berwarna putih
- Mata bulat, besar,hitam
- Pada yang muda terdapat garis-garis terang pada bagian depan
- Panjang ± 50 mm – 2500 mm
- Habitat : Darat (semak-semak), persawahan/lading
- Aktivitas : Diurnal
- Tipe gigi : Aghlypa
- Makanan : Tikus, kodok, katak dan burung
- Populasi : Sumatera, Jawa, Singapore, Malaysia, China Selatan, Siam,Burma,
- Lycodon aulicus
- Species : Lycodon aulicus Linne, 1754
- N.I. : Common House Snake, Wolf Snake, Sowo Emprit (Jawa), ular rumah
- Ciri-ciri :
- Tubuh berwarna abu abu degan banyak titik – tiktik putih diseluruh tubuh
- Tubuh bagian ventral berwarna putih
- Kepalanya oval dengan leher bergaris putih
- Mata bulat besar
- Panjangnya ± 500 mm – 750mm
- Habitat : Darat, suka menempel di dinding rumah
- Aktivitas : Noctural, malam hari
- Tipe gigi : Aglypha
- Makanan : Cicak
- Populasi : Hampir ada di seluruh kepulauan
- Xenopeltis unicolor
- Species : Xenopeltis unicolor Reimwald, 1827
- N.I. : Iridescent Earth Snake, Sunbeam Snake, Ular Pelangi, Ular wlingi(jawa)
- Ciri-ciri :
- Tubuh bagian dorsal berwarna coklat atau kehitaman jika tubuhnya terkena sinar matahari akan memantulkan warna pelangi
- Tubuh bagian ventral berwarna putih
- Kepalanya pipih
- Mata bulat besar
- Panjangnya ± 700 mm – 1000 mm
- Habitat : Darat, peliang (di dalam tanah)
- Aktivitas : Noctural, malam hari
- Tipe gigi : Aglypha
- Makanan : Ular, cacing, katak
- Populasi : Nias, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang,
- Gonyosoma oxycephala
- Species : Gonyosoma oxycephala Boie,1827
- N.I. : Red-tailed Racer, Dak Awu, Gadung Luwuk/Gadung Perak.
- Ciri-ciri Gadung Luwuk Gadung Perak
- Tubuh berwarna hijau dari kepala batas ekor, untuk yang perak dari leher hingga ujung ekor berwarna perak abu – abu
- Ekor berwarna abu - abu
- Kepala oval
- Mata horizontal, panjangnya ± 2500 mm
- Habitat : Pepohonan, arboreal
- Aktivitas : Diurnal, siang hari
- Makanan : Katak, tikus, burung, telur
- Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
- Dendrelaphis pictus
- Species : Dendrelaphis pictus
- N.I. : Painted Bronzeback, Ular Tampar (Jawa), Ular Tali Picis, Ular Lidi
- Ciri-ciri :
- Tubuh coklat dan ada 2 garis hitam memanjang dari kepala ke ekor
- Bagian bawah terdapat garis kunig memanjang hingga ekor
- Jika marah, muncul bintik putih di leher
- Lidah berwarna merah
- Kepala oval
- Mata horizontal, panjangnya ± 1000 mm
- Habitat : Pepohonan, arboreal
- Aktivitas : Diurnal, siang hari
- Makanan : Katak, tikus, belalang, cicak, jangkrik
- Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, sulawesi, papua
- Type bisa : Jika menggigit manusia tidak berbahaya, tetapi racun nya sangat mematikan untuk sesama ular.
ULAR BERBISA MENENGAH
Boiga dendrophila
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh bagian dorsal berwarna hitam dengan garis-garis kuning atau putih disisi lateral dengan
jarak satu garis dengan yang lain agak teratur. Ada juga yang berwarna hitam putih.
๔ Tubuh bagian ventral berwarna hitam atau kebiru-biruan
๔ Labial bawah berwarna kuning dengan garis-garis hitam kecil
๔ Mata bulat dengan pupil mata elips vertikal
๔ Panjangnya ± 2500 mm
b. Habitat : Pohon, hutan bakau
c. Aktivitas : Noctural, malam hari
d. Tipe gigi : Ophiestoglypha
e. Makanan : Burung, telur, tikus
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang, Singapore, Malaysia,
Philippine, Siam, Nias
Dryophis prasinus
Species : Dryophis prasinus Boie,1827 N.I. : Green Whip Snake, Oriental Whip Snake, Gadung Pari (Jawa), Ular Daun, Ular Pucuk (Jawa Barat).
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh bagian dorsal berwarna hijau, hijau kecoklatan atau keabuabuan-coklat
๔ Saat ketakutan atau marah, bagian leher mengembang akan terlihat warna hitam putih dan biru
๔ Tubuh bagian lateral terdapat garis kuning atau putih
๔ Tubuh bagian ventral berwarna hijau
๔ Kepala panjang dengan dengan moncong meruncing
๔ Mata horizontal, panjangnya ± 2000 mm
b. Habitat : Pepohonan, arboreal
c. Aktivitas : Diurnal, siang hari
d. Makanan : Kadal, katak
e. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Penang
Homalopsis bucatta
Species : Homalopsis buccata Linne, 1766N.I. : Puff-faced Water Snake, Elephant Snake, Ular Buhu (Jawa), Ular Kadut
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kemerahan, kelabu kehijauan atau kelabu tua gelap sampai
hitam. Corak belang dengan bentuk yang tak beraturan
๔ Tubuh bagian lateral terdapat bintik-bintik putih
๔ Tubuh bagian ventral berwarna putih atau kuning dengan titik-titik hitam
๔ Terdapat garis hitam mata dan tanda hitam berbentuk V pada moncongnya
๔ Terdapat tiga bintik hitam pada kepalanya
๔ Panjangnya ± 1000 mm
๔ Jika marah memipihkan tubuhnya
b. Habitat : setengah perairan, sungai, kolam
c. Aktivitas : Noctural
d. Tipe gigi : Ophistoglypha, jika menggigit, giginya cenderung tertinggal
e. Makanan : Ikan
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
Enhydris enhydris
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh bagian dorsal berwarna coklat abu - abu, ada corak garis memanjang dari kepala hingga
ekor
๔ Tubuh bagian ventral berwarna putih dan terdapat garis abu – abu memanjang hingga ekor
๔ Badan pendek, badan gemuk /besar
๔ kepala kecil berbentuk oval
๔ Panjangnya ± 750 mm
๔ Jika marah memipihkan badannya
๔ Gerakannya cepat terutama kalau di air
b. Habitat : setengah perairan, sungai, tempat berlumpur
c. Aktivitas : noctural
e. Makanan : Ikan
f. Populasi : Sumatera, Jawa, Kalimantan
ULAR BERBISA TINGGI
A.Ophiophagus hannah
Species : Ophiophagus Hannah Cantor, 1836N.I. : King Cobra, Hamadryad, Ular Tedung, Ular anang (Java); Oraj totok (Java); Ular tedong selor (Kalimantan)
a. Ciri-ciri :
๔ Hitam pekat atau abu – abu, putih, dan coklat dengan garis – garis melintang ditubuhnya,tergantung habitat.
๔ Gerakannya sangat agresif, berani pada musuh, mengejar
๔ Kepala oval, dengan sisik yang besar
๔ Pada leher bawah berwarna kuning dan kadang ada gambar matanya (tergantung habitat)
๔ Panjangnya hingga mancapai 6000 mm
๔ Jika marah akan menegakkan tubuhnya hingga 1/3 panjang tubuhnya mengembangkan
lehernya.
b. Habitat : didarat khususnya daerah berkapur, kering
c. Aktivitas : siang dan malam hari
d. Makanan : ular
e. Populasi : Nias, Sumatra, Bangka, Belitung, Riau Islands, Java, Bali, Kalimantan
f. Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin, membunuh manusia sekitar 3 menit
Agkistrodon rhodostoma
Species : Agkistrodon rhodostoma Boie, 1827
N.I. : Malayan Pit Viper, Malaysian Moccasin, Bandotan Bedor (Jawa),
Ular Tanah, Ular Gibuk (Jabar)
a. Ciri-ciri :
๔ Badan coklat dengan corak gambar seperti diamond, membesar diperut dan mengecil ke ekor
serta leher.
๔ Gerakannya agresif
๔ Kepala segitiga, dengan sisik yang besar
๔ Panjangnya hingga mancapai 1000 mm
๔ Jika marah akan membentuk k huruf S
b. Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput
c. Aktivitas : siang dan malam hari
d. Makanan : Tikus
e. Populasi : Jawa, Sumatra
Vipera russelii
Species : Vipera russelii siamensis
N.I. : Bandotan Puspo (Jawa),
a. Ciri-ciri :
๔ Badan coklat dengan corak gambar membentuk oval tak beraturan, membesar diperut dan mengecil ke ekor serta leher.
๔ Gerakannya agresif
๔ Kepala segitiga, dengan sisik yang besar
๔ Panjangnya hingga mancapai 1000 mm
๔ Jika marah akan membentuk huruf S dan menyerang dengan gigitan
b. Habitat : didarat khususnya bersemak, rumput
c. Aktivitas : siang dan malam hari
d. Makanan : Tikus
e. Populasi : Myanmar, Thailand, Cambodia, Vietnam dan Jawa
Bungarus candidus
Species : Bungarus candidus Linne, 1758
N.I. : Malayan Krait, Ular Weling (Jawa), Oraj weling (Java), Ular biludah
(Padang)
a. Ciri-ciri :
๔ Warna belang putih hitam – putih hitam dengan ukuran yang tidak seragam
๔ Ekor runcing, badan cenderung berpenampang bulat
๔ Gerakannya lambat, tenang
๔ Kepala oval
๔ Bagian bawah berwarna putih polos
๔ Panjangnya hingga 2500 mm
๔ Sensitive pada cahaya dan berusaha mendekati
๔ Tubuh jika terkena sinar akan menyala
b. Habitat : setengah perairan, sawah, sungai, daerah berair
c. Aktivitas : malam hari
d. Makanan : ular, belut
e. Populasi : Vietnam, Cambodia, Thailand, Peninsular Malaysia, Singapore, Sumatra, Java, Karimunjawa Islands, Bawean, Bali and N Sulawesi; Kalimantan?
f. Jenis racun : Neurotoxin
Bungarus fasciatus
Species : Bungarus fasciatus Scheider, 1803
N.I. : Banded Krait, Ular Welang (Jawa), Ular Belang, Oraj welang (Java)
a. Ciri-ciri :
๔ Warna belang putih hitam – putih hitam dengan ukuran yang seragam dan melingkar penuh.
๔ Ekor tumpul, badan cenderung berpenampang segitiga
๔ Gerakannya lambat, tenang
๔ Kepala oval
๔ Panjangnya hingga 2500 mm
๔ Sensitive pada cahaya dan berusaha mendekati
๔ Tubuh jika terkena sinar akan menyala
๔ Jika marah akan melakukan gerakan patah – patah dan menyembunyikan kepala
b. Habitat : setengah perairan, sawah, sungai, daerah berair
c. Aktivitas : malam hari
d. Makanan : ular, belut
e. Populasi : Sumatra, Jawa, Kalimantan,
f. Jenis racun : Neurotoxin
Naja naja sputatrix
Species : Naja naja
Sub Species : Naja naja sputatrix Cantor, 1836
N.I. : Black Spitting Cobra, Ular Kobra, Ular Sendok, Ular Dumung, Ular cabe; Ular sendok; Oraj bedul (Java); Puput (Maumere, Flores); Pupurupi (Ende, Flores)
a. Ciri-ciri :
๔ Warna hitam/putih/coklat/merah tergantung asal habitatnya
๔ Tubuh bulat dengan kepala oval
๔ Gerakannya gesit dan cepat tidak takut pada musuh.
๔ Panjangnya hingga 2500 mm
๔ Jika marah akan mengembangkan lehernya dan berdiri hingga kira – kira ¼ panjang tubuhnya.
๔ Satu – satunya jenis ular yang bisa menyemburkan bisa nya hingga 3 m.
b. Habitat : daratan, sawah, daerah rimbun lembab dan banyak lubang ditanah.
c. Aktivitas : siang dan malam hari
d. Makanan : tikus dan katak
e. Populasi : Java, Bali, Lombok, Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Alor and Lomblen; Sulawesi?
f. Jenis racun : Neurotoxin dan haemotoxin
Rhabdophis subminiatus
Species : Rhabdophis subminiatusN.I. : Red-necked Keelback, Pudak Bromo (Jawa), Ular Picung (Jawa Barat), Ular Pudak Seruni (Jakarta)
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh berwarna dominant coklat dari kepala hingga ekor
๔ Leher berwarna jingga, merah menyala dan hijau
๔ Badan berbintik putih
๔ Bagian bawah berwarna putih
๔ Ekor seperti terpacung atau perpotong
๔ Ukuran maksimal sepanjang 750 mm, diameter 10 mm
b. Habitat : Darat
c. Aktivitas : Diurnal, siag hari
d. Tipe gigi : Ophistoglypha
e. Makanan : Cicak, kadal, bunglon, dan katak
f. Populasi : Semua pulau di Indonesia
Trimeresurus albolabris
Species : Trimeresurus albolabrisN.I. : Truno Bamban (Jawa), Ular gadung; Ular hijau; Oraj bungka (Java)
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh berwarna hijau dari kepala hingga ujung badan
๔ kepala segitiga penuh, bersisik keras
๔ Bagian punggung ekor berwarna merah.
๔ Jika marah membentuk spiral atau letter S untuk siap menyerang
b. Habitat : pohon, di daerah dengan ketinggian hingga 3000 dpl
c. Aktivitas : noctural
d. Tipe gigi : solenoglypha
e. Makanan : Tikus, burung, katak, telur
f. Distribusi : Sumatra, Bangka, Java, Madura, Bali and Sulawesi
ULAR RAKSASA (PHYTON)
Species : Python reticulatus Schneider, 1801
N.I. : Reticulated Python, Sowo Cinde, Sanca Batik, Puspo Kajang (Jawa)
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh bagian dorsal kekuning atau coklat dengan corak seperti jala (jajaran genjang) dengan warna hitam pada bagian dalamnya dikelilingi warna kuning
๔ Tubuh bagian ventral berwarna kuning
๔ Terdapat garis hitam memanjang dari bagian belakang mata
๔ Kepala berwarna kuning dengan garis hitam tepat pada tengah
๔ Mata bulat dengan pupil mata elip vertikal
๔ Panjangnya ± 6000 mm – 15000 mm (max), 9000 mm (normal)
b. Habitat : darat, hutan, dekat dengan air
c. Aktivitas : Noctural
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Mamalia besar, unggas
f. Populasi : Nias, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sumbawa, Sulawesi, Penang,
Sub species : Python molurus bivittatus Linne,1758
N.I. : Rock Python, Burmese Python, Sowo Kembang, Sanca Bodo, Sowo
Pari (Jawa).
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh berwrna abu – abu hitam dengan corak gambar membentuk kotak tidak beraturan dgn garis tepi berwarna abu - abu
๔ Tubuh bagian ventral berwarna putih
๔ Kepala oval berwarna coklat dengan garis kunig atau abu – abu di pinggirnya
๔ Mata bulat dengan pupil mata elip vertikal
๔ Panjangnya ± 4000 mm – 8000 mm (max), 6000 mm (normal)
b. Habitat : darat, hutan, pepohonan, dekat dengan air
c. Aktivitas : Noctural
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Mamalia besar, unggas
f. Populasi : Nias, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sumbawa, Sulawesi
Genus : Python curtus Schlegel, 1872
N.I. : Blood Python, Shorted-tailed Python, Sanca darah,ular dipong (Jawa)
a. Ciri-ciri :
๔ Tubuh bagian dorsal berwarna coklat gelap dengan corak kehitaman berbentuk segi empat tak beraturan dengan dikelilingi gris agak terang (kuning kecoklatn)
๔ Tubuh bagian ventral berwarna coklat kekuningan
๔ Pada kepala terdapat corak seperti mata tombak (segitiga) berwarna coklat gelap
๔ Terdapat garis hitam dari belakang hidung melewati mata sampai kepala bagian belakang
๔ Mata bulat besar, pupil mata elips vertikal
๔ Panjangnya ± 8000 mm
b. Habitat : Darat, hutan, dekat air
c. Aktivitas : Noctural
d. Tipe gigi : Aglypha
e. Makanan : Mamalia besar, unggas
f. Distribusi : Jawa, Sumatra, Kalimantan, Malaysia
NB : POSTING INI MERUPAKAN LANJUTAN DARI PENATAKSAANAN KERACUNAN BISA ULAR YANG TELAH DI POSTING
SEBELUMNYA.... DI HARAPKAN AGAR DENGAN MENGENAL KARAKTERISTIK ULAR, KITA DAPAT MENERAPKAN PENATAKSANAAN YANG TEPAT... UNTUK MENGETAHUI PENATALAKSANAN AKIBAT GIGITAN ULAR.......
KLIK DISINI....