PENATALAKSANAAN GIGITAN ULAR
Penatalaksanaan Keracunan Akibat Gigitan Ular
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit.
Perawatan di Lapangan
seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation)
Pertolongan Pertama :
Tujuan pertolongan pertama adalah untuk menghambat penyerapan bisa, mempertahankan hidup korban dan menghindari komplikasi sebelum mendapatkan perawatan medis di rumah sakit serta mengawasi gejala dini yang membahayakan
1. Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis . Hal ini dapat dilakukan oleh korban sendiri atau orang lain yang ada di tempat kejadian
2. Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), karena pergerakan atau kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran darah dan getah bening dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3. Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal
Menghisap racun dari luka juga menjadi tindakan yang cukup menjadi hal kontroversial disatu sisi mungkin dapat mengurangi jumlah racun tetapi tentu saja jumlah racun yang dikurangi tidak signifikan. Kekurangan dari tindakan ini adalah kemungkinan kerusakan jarinan lokal yang lebih luas. Selain itu apabila menghisap racun dengan mulut, mungkn dapat menyebabkan keracunan bagi orang yang menghisap apabila terdapat luka pada mulut atupun saluran pencernaan. Oleh karena itu akan lebih baik jangan memanupulasi daerah gigitan.
4. Diusahakan melepaskan barang yang berbentuk melingkar pada ekstremitas, karena dikawatirkan apabila terjadi pembengkakan akan dapat menekan sehingga aliran darah menjadi terputus.
Apabila orang tersebut digigit ular yang cukup beracun dan tidak tamak luka yang cukup parah, maka penekanan mungkin dapat dilakukan. Bungkus perban di lokasi gigitan dan sampai ujung dengan tekanan sampai membungkus pergelangan kaki terkilir. Kemudian melumpuhkan ekstremitas dengan bebat, dengan tindakan yang sama akan membatasi aliran darah.
Teknik ini dapat membantu mencegah efek sistemik dari racun, tetapi juga dapat memperburuk kerusakan lokal pada lokasi luka jika gejala yang signifikan hadir di sana.
Tetapi pada penelitian terakhir pengunaan bebat hingga pulsasi hilang menjadi perdebatan karena akan menyebabkan iskemia jaringan, oleh karena itu sekarang lebih disarankan bebat hanya dengan tujuan menghambat aliran linfa tidak untuk menghambat aliran vena ataupun arteri. Hal berikutnya yang dapat dilakukan adalah dengan pemasangan bidai agar tidak terlalu banyak pergerakan di daerah tersebut, karena banyaknya pergerakan menyebabkan peningkatan absorbsi dari racun tersebut melalui otot.
5. Monitor tanda-tanda vital korban " temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah" jika mungkin Jalan napas, pernapasan, pulsasi arteri dan level kesadaran harus diperiksa sesegera mungkin.
Berikut adalah beberapa keadaan yang membutuhkan resususitasi antara lain:
* Hipotensi yang parah dan shock akibat langsung dari bisa ular ataupun evek sekunder seperti
hipovolemia, pelepasan mediator inflamasi, shock hermoragik atau reaksi anafilaksis yang
diakibatkan oleh racun itu sendiri
* Gagal napas yang cukup parah akibat keracunan neurotoksis yang mengakibatkan paralisis dari
otot pernapasan.
* Deorientasi segera ataupun gejala sistemik yang sergera timbul setelah pelepasan torniket ataupun
pengikat dari luka tersebut
* Henti jantung karena hiperkalemia yang diakibatkan kerusakan otot setelah gigitan ular laut
* Apabila pasien datang terlambat sehinga racunnya sangat parah seperti adanya gagal ginjal, dan septikemia akibat komplikasi dari nekrosis lokal
6. Jika daerah yang tergigit
mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit kemungkinan berbisa.
7. Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain.
Jika aman, bawa serta ular yang
sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat
mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). Ingat, identifikasi yang
salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya
atau bahkan fatal.
8. Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9. Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atauular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset.
Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap
memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah
efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk
kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana.
Sejumlah
teknik pertolongan pertama yang lama telah ditinggalkan.
Penemuan
klinik terbaru mendukung hal-hal berikut
_ Jangan
mencoba menghisap bisa dengan mulut dan memotong sisi gigitan. Memotong sisi
yang
tergigit dapat merusak organ yang mendasarinya, meningkatkan resiko infeksi,
dan tidak
membuang racun.
_ Jangan
gunakan es atau kompres dingin pada sisi gigitan. Es tidak mendeaktivasi bisa
dan dapat
menyebabkan radang dingin.
_ Jangan
menggunakan kejutan listrik. Kejutan listrik tidak efektif dan dapat
menyebabkan luka
bakar atau masalah elektrik pada jantung.
_ Jangan
gunakan alkohol. Alkohol dapat menghilangkan sakit, tapi juga membuat pembuluh
darah
lokal berdilatasi, dimana dapat meningkatkan absorpsi bisa.
_ Jangan
menggunakan turniket atau verband yang ketat. Hal ini tidak terbukti efektif,
dapat
meningkatkan kerusakan jaringan, dan dapat menyebabkan keharusan
amputasi.
_ Jangan
mengangkat sisi gigitan di atas tinggi jantung korban
Manajemen di Rumah Sakit
Perawatan definitif
Meliputi pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi pasien
atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat,
perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa.
Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan
endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas.
Korban dengan syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain
untuk mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital.
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
a. Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril
b. Untuk efek lokal dianjurkan
imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar +
10 cm, panjang 45
m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai
dari
ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat
dengan
perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar
aliran darah tidak terganggu.
perban seperti membungkus kaki yang terkilir, tetapi ikatan jangan terlalu kencang agar
aliran darah tidak terganggu.
penggunaan torniket tidak dianjurkan karena dapat
mengganggu aliran darah dan pelepasan torniket dapat menyebabkan efek sistemik
yang lebih berat.
1.
Penanganan berikutnya yaitu
dengan memberikan antibisa ular
(antivenom)
Indikasi SABU adalah adanya gejala venerasi sistemik dan edema hebat pada bagian luka.
Tujuan pemberian antivenin adalah untuk mengikat racun dalam bisa dan mencegah efek buruk baik lokal maupun sistemik
pemberi SABU (Serum Anti Bisa Ular, serum kuda yang dikebalkan) polivalen 1 ml berisi : 10-50 LD50 bisa Ankystrodon; 25-50 LD50 bisa Bungarus; 25-50 LD50 bisa Naya Sputarix; Fenol 0.25% v/v
Indikasi SABU adalah adanya gejala venerasi sistemik dan edema hebat pada bagian luka.
Tujuan pemberian antivenin adalah untuk mengikat racun dalam bisa dan mencegah efek buruk baik lokal maupun sistemik
pemberi SABU (Serum Anti Bisa Ular, serum kuda yang dikebalkan) polivalen 1 ml berisi : 10-50 LD50 bisa Ankystrodon; 25-50 LD50 bisa Bungarus; 25-50 LD50 bisa Naya Sputarix; Fenol 0.25% v/v
Teknikpenthenan: 2 vial @ 5
ml intra vena dalam 500 ml NaC10,9% atau Dextrose 5% dengan kecepatan
40-80 tetes/ menit. Maksimal 100 ml (20 vial). Infiltrasi lokal pada luka tidak
dianjurkan.
Sekarang tersedia 2 jenis
antivenin. Salah satunya telah diproduksi sejak 1956. Dibuat dari serum kuda
setelah kuda diinjeksi dengan bisa ular dalam dosis subletal (Wyeth). Antivenin
telah dipurifikasi tapi masih mengandung protein serum lain yang mungkin bisa
imunogenik. Versi terakhir, didukung oleh FDA pada tahun 2000 (CroFab, Savage)
adalah suatu fragmen immunoglobulin monovalen yang berasal dari domba namun
dipurifikasi untuk menghilangkan protein antigenik lain.
Antivenin yang lama mungkin
masih tersedia, namun secara umum telah direkomendasikan untuk memakai obat
yang lebih spesifik dan telah dipurifikasi. Bahkan dengan agen terbaru, harus
diperhatikan bahwa saat mungkin antivenin dapat menyelamatkan nyawa, antivenin
juga dapat mengarah pada reaksi hipersensitivitas tipe cepat (anafilaksis) dan
tipe lambat (serum sickness) dan harus digunakan dalam pengawasan. Untuk mencapai
efikasi maksimum, berikan dalam 4 – 6 jam setelah gigitan.
Pedoman terapi SABU mengacu pada
Schwartz dan Way (Depkes, 2001):
- Derajat 0 dan 1: ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak
ada tanda-tanda toksisitas
sistemik, dan hasil laboratorium yang normal., tidak diperlukan SABU;
dilakukan evaltinsi dalam 12 jam, jika derajat meningkat maka
diberikan SABU
sistemik, dan hasil laboratorium yang normal., tidak diperlukan SABU;
dilakukan evaltinsi dalam 12 jam, jika derajat meningkat maka
diberikan SABU
- Derajat II : Envenomasi sedang ditandai
dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih
dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus
dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah
hematokrit atau trombosit).dapat di berikan 3 — 4 vial SABU;
dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus
dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah
hematokrit atau trombosit).dapat di berikan 3 — 4 vial SABU;
- Derajat III : 5 —15 vial SABU;
- Derajat IV : berikan penambahan 6 — 8 vial SABU,
Untuk derajat 3 dan 4 termasuk
derajat berat, ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah,
hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan
tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes
lain yang menunjukkan koagulopati konsumtif.
Penderajatan envenomasi
merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom ringan awal dapat
berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat
2.
Antibiotik
– sering diberikan saat korban tiba di rumah sakit tapi lebih sering digunakan
hanya pada kasus berat. Bagaimanapun, profilaksis dengan antibiotik spektrum
luas masih direkomendasikan. Contoh obat yang sering digunakan adalah
Ceftriaxone (Rocephin) – generasi-ketiga dari cephalosporin; diberikan dengan
dosis dewasa 1-2 g IV per 12 – 24 jam, dan dosis anak 75 mg/kg/d IV per 12 jam.
3.
Imunisasi,
Imunisasi – ular tidak membawa Clostridium tetani pada mulutnya, tapi gigitan
ular dapat membawa bakteri lain, terutama spesies gram-negatif. Profilaksis
tetanus direkomendasikan jika pasien belum diimunisasi dalam 5 tahun terakhir.
Difteri-tetanus toxoid –
digunakan untuk menginduksi imunitas aktif melawan tetanus pada pasien
tertentu. Agen imunisasi pilihan untuk kebanyakan korban dewasa dan anak > 7
tahun adalah tetanus dan toxoid difteri.
Pemberian serum anti tetanus
dilakukan sesuai indikasi.
Penanganan
simptomatik
Berdasarkan gejala dapat
dilakukan berdasarkan gejala yang timbul seperti gangguan saraf, gangguan
hemostatik, shock dan gangguan otot jantung, gagal ginjal akut ataupun efek
lokal yang cukup parah.
1.
Untuk
keracunan oleh agen neurotoksik dan adanya paralisis otot pernafasan perlu
dilakukan bantuan pernafasan dengan udara biasa ataupun dengan menguknakan
oksigen dan harus terus dipantau sampai kembali seperti keadaan semula yaitu
pasien dapat bernafas dengan normal. Apabila tidak ada ventilator pengunaan
ventilasi manual berupa anastetic bag dapat dilakukan oleh tenaga profesional
dan hasilnya cukup memuaskan. Pemberian anticholinesterase yang berguna untuk
meningkatkan neurotransmiter asetilkolin dapat dicoba dan pada beberapa hasil
penelitian memberikan hasil yang cukup memuaskan
2.
Gangguan
hemostatik dapat terjadi pada keracunan bisa ular tertentu. Tirah baring yang
ketat wajib dilakukan untuk mengurangi kemungkinan adanya trauma minor yang
dapat menyebabkan perdarahan.
Pemberian faktor penbekuan dan
trombosit, fresh frosen plasma dan cryopresipitat dengan trombosit akan lebih
membantu apabila ada kelainan hemostatic. Apabila semua itu tidak ada dapat
dipertimbangkan pemberian fresh whole blood. Penyuntikan untuk memberikan
melalui intra muskular tidak disarankan
3.
Shock
dan kerusakan otot jantung akan menyebabkan hipovolenia dan harus segera
dikoreksi dengan cairan koloid ataupun cristaloid, akan lebih baik pemantauan
dilakukan di vena central. Obat-obatan vasokonstriksi seperti dopamin dan
adrenalin sangat diperlukan. Pasien dengan hipotensi biasanya berhubungan
dengan bradikardia dan harus diterapi dengan pemberian atropin. Pada keadaan
rabdomioliisis perlu diberikan carian dan natrium bikarbonat.
4.
Gagalginjal akut dapat diterapi dengan terapi konservatif ataupun dengan dialisis.
Pada urin yang berwarna kecoklatan sampai hitam dapat diduga bahwa adanya
mioglobinuria ataupun hemoglobinuria. Pada keadaan ini perlu diperhatian
penambahan cairan dengan cairan intravena, pada keadaan asidosis dapat
dipertimbangkan permberian cairan intravena 50-100mmol sodium bikarbonat. Pada
keadaan syndrom crush dapat diberikan 200ml cairan manitol 20% secara intravena
tetapi pada keadaan gagal ginjal akut perlu diperhatikan agar jangan sampai
terjadi intoksikasi ginjal dan adanya ketidakseimbangan elektrolit.
Pembedahan
Efek lokal dari keracunan seperti nekrosis lokal, sindrom kompartemen dan trombosis dari pembuluh darah utama biasanya terjadi pada pasien yang tidak diterapi dengan anti bisa. Intervensi pembedahan mungkin dapat dilakukan.
Tetapi intervensi ini menjadi bahaya apabila pasien dengan komplikasi consumption coagulopathy, trombositopenia, fibrinolisis. Pada pasien dengan keadaan tersebut harus dilakukan penanganan yang lebih komperhensif untuk menangani komplikasi dari efek lokal racun tersebut.
Efek lokal dari keracunan seperti nekrosis lokal, sindrom kompartemen dan trombosis dari pembuluh darah utama biasanya terjadi pada pasien yang tidak diterapi dengan anti bisa. Intervensi pembedahan mungkin dapat dilakukan.
Tetapi intervensi ini menjadi bahaya apabila pasien dengan komplikasi consumption coagulopathy, trombositopenia, fibrinolisis. Pada pasien dengan keadaan tersebut harus dilakukan penanganan yang lebih komperhensif untuk menangani komplikasi dari efek lokal racun tersebut.
-
Fasciotomy
Jika perawatan dengan elevasi
tungkai dan obat-obatan gagal, ahli bedah mungkin perlu melakukan pembedahan
pada kulit sampai kompartemen yang terkena, disebut fasciotomy. Prosedur ini
dapat memperbaiki pembengkakan dan penekanan tungkai, berpotensi menyelamatkan
lengan atau tungkai.
Fasciotomi tidak diindikasikan
pada setiap gigitan ular, tapi dilakukan pada pasien dengan bukti objektif
adanya peningkatan tekanan kompartemen. Cedera jaringan setelah sindrom
kompartemen bersifat reversible tapi dapat dicegah
-
Nekrotomi
dikerjakan bila telah nampak
jelas batas kematian jaringan, kemudian dilanjutkan dengan cangkok kulit.
Dalam penanganan yang menyeluruh,
maka perlu dilakukan pengambilan darah untu pemeriksaan waktu protrombin, APTT,
D-Dimer, fibrinogen, dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N,
elektrolit, CK. Periksa waktu pembekua, jika dalam 10 menit menunjukkan adanya
koagulopati. Juga dapat dilakukan apus tempat gigitan dengan venom detection.
Studi
Laboratorium
-
Penghitungan
jumlah sel-sel darah
-
Prothrombin
time dan activated partial thromboplastin time.
-
Fibrinogen
dan produk-produk pemisahan darah
-
Tipe
dan jenis golongan darah
-
Kimia
darah, termasuk elektrolit, BUN, kreatinin
-
Urinalisis
untuk myoglobinuria
-
Analisa
gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik
Studi Imaging :
-
Radiografi
thoraks pada pasien dengan edema pulmoner
-
Radiografi
untuk mencari taring ular yang tertinggal
Tes lain :
-
Tekanan
kompartemen dapat perlu diukur. Secara komersial tersedia alat yang steril,
sederhana untuk dipasang atau dibaca, dan dapat dipercaya (seperti Stryker
pressure monitor). Pengukuran tekanan kompartemen diindikasikan jika terdapat
pembengkakan yang signifikan, nyeri yang sangat hebat yang menghalangi
pemeriksaan, dan jika parestesi muncul pada ekstremitas yang tergigit
TINDAK
LANJUT
Perawatan pasien lebih lanjut di
rumah sakit :
Pengiriman pasien ke rumah sakit
sudah menjadi hal rutin untuk setiap kasus envenomasi.
Untuk kasus gigitan kering dari ular viper, observasi di instalasi gawat darurat selama 8-10 jam; namun, hal ini sering tidak mungkin dilaksanakan. Pasien dengan envenomasi yang berat membutuhkan perawatan khusus di ICU untuk pemberian produk-produk darah, menyediakan monitoring yang invasif, dan memastikan proteksi jalan nafas. Observasi untuk gigitan ular koral minimal selama 24 jam. Buat evaluasi serial untuk penderajatan lebih lanjut dan untuk menyingkirkan sindrom kompartemen. Tergantung pada skenario klinik, ukur tekanan kompartemen setiap 30-120 menit. Fasciotomy diindikasikan untuk tekanan yang lebih dari 30-40 mm Hg. Tergantung dari derajat keparahan gigitan, pemeriksaan darah lebih lanjut mungkin dibutuhkan, seperti waktu pembekuan darah, jumlah trombosit, dan level fibrinogen
Untuk kasus gigitan kering dari ular viper, observasi di instalasi gawat darurat selama 8-10 jam; namun, hal ini sering tidak mungkin dilaksanakan. Pasien dengan envenomasi yang berat membutuhkan perawatan khusus di ICU untuk pemberian produk-produk darah, menyediakan monitoring yang invasif, dan memastikan proteksi jalan nafas. Observasi untuk gigitan ular koral minimal selama 24 jam. Buat evaluasi serial untuk penderajatan lebih lanjut dan untuk menyingkirkan sindrom kompartemen. Tergantung pada skenario klinik, ukur tekanan kompartemen setiap 30-120 menit. Fasciotomy diindikasikan untuk tekanan yang lebih dari 30-40 mm Hg. Tergantung dari derajat keparahan gigitan, pemeriksaan darah lebih lanjut mungkin dibutuhkan, seperti waktu pembekuan darah, jumlah trombosit, dan level fibrinogen
PENCEGAHAN
GIGITAN ULAR
Secara umum ular akan merasa terancam
apabila bertemu dengan manusia dibandingkan manusia itu sendiri, alasannya
adalah ular mengigit karena merasa terancam dan bertujuan untuk melarikan diri.
Sebagian ular akan lebih menjadi aktif apabila merasa terpojok atau merasa
takut, oleh karena itu, jangan membunuh ular bila tidak terpaksa sebab banyak
penderita yang tergigit akibat kejadian semacam itu. (IPD UI) Beberapa hal yang
mungkin dapat dilakukan sebagai pencegahannya antara lain:
- Sercara umum orang dapat melakukan pencegahan
yang terbaik dari gigitan ular dengan menggunakan sepatu ketika bekerja
dekat dengan ular atau mendaki gunung. Celana panjang juga dapat
menurunkan keparahan dari gigitan ular.
Pada negara dengan populasi ular yang tinggi diusahakan jangan
berjalan dengan telanjang kaki pada saat berada di hutan ataupun
semak-semak
- Jangan mencoba menangani, menangkap, atau menggoda
ular berbisa atau ular identitas tidak diketahui. Di AS, sekitar 40% dari gigitan
ular terjadi ketika korban mencoba untuk menangkap ular atau menangani
ular dengan tidakan yang ceroboh.
- Buat suara (atau lebih tepatnya vibrasi di
sekeliling – ular merupakan hewan yang tuli, tapi bereaksi terhadap
getaran). Pukul-pukul dengan cabang atau ranting pohon sekitar 3 – 5
langkah ke depan, dan tetap berdiri beberapa saat sebelum mengambil
langkah berikutnya. Mayoritas ular akan menghindar jika diberi kesempatan.
Pengecualian pada ular Taipan Australia yang agresif, yang dapat tiba-tiba
menggigit tanpa bisa diprediksi
- Gigitan ular sering dihubungkan dengan
pengunaan alkohol. Pengunaan alkohol dapat memperlemah daya tahan tubuh
seseorang, membuat gangguan kondisi kesadaran, sehingga membuar orang
lebih berani memegang ular tanpa kewaspadaan yang tinggi. Selain itu jg
alkohol dapat menurunkan koordinasi sehingga meningkatkan kemungkinan
kecelakaan tergigit ular.
- Hindari
berpergian ke wilayah yang berular saat gelap. Jika sangat penting, bawa
serta obor yang terang. Ular lebih menghindari cahaya terang dan getaran.
- Jika bertemu dengan ular, tetap berdiri tegak.
Ular secara instingtif akan menghindar dan kebanyakan ular menyerang objek
yang bergerak.
- Jika menemukan ular ‘mati’, pastikan ular
benar-benar mati. Banyak orang telah tergigit dua atau tiga kali oleh ular
‘mati’. Jika seseorang tergigit, pastikan ular yang menggigit telah
benar-benar mati dan bawa serta untuk identifikasi, tapi pegang di bagian
ekor dan tetap perhatikan kepalanya, atau lebih baik tempatkan pada suatu
kantung yang bisa ditempatkan jauh dari tubuh.
- Apabila pekerjaan atau hobi seseorang terpapar
langsung dengan ular yang berbahaya, maka diperlukan pencegahan awal
dengan memberikan antibisa sebelum tergigit dapat menyelamatkan nyawa. Karena tidak setiap dokter mengerti
tentang gigitan ular dan tidak
setiap rumah sakit memiliki dan tahu cara untuk mendapatkan anti bisa, mengerti
mengenai informasi jenis ular, jenis racun, dan pengadaan dan penggunaan antibisa
sehingga mengerti akan
karakteristik ular dan anti bisa yang digunakan dapat membantu dalam pencegahan
kondisi yang lebih buruk.
- Ketersediaan serum antibisa ular untuk daerah
dimana sering terjadi kasus gigitan ular.
- Semua ular laut (Hydrophiidae) berpotensi
sangat berbisa dan peneliti atau penyelam jangan mencoba melihat terlalu
dekat. Biasanya ular laut muncul di pantai-pantai Asia Tenggara dan
Australia.
1.
American
Red Cross. Standartd First Aid and Personal Safety. First Edition. New York:
Doubleday & Company,Inc, 1979,h.114-25
2.
David A Warrell. Guidelines for the management of
snake-bites. India:
World Health Organization,2010. Diunduh dari : www.who.int
3.
Sentra Informasi
Keracunan Nasional Badan POM. Penatalaksanaan Keracunan akibat Gigitan Ular
Berbisa. Jakarta. Diunduh dari : Diunduh
dari: www.pom.go.id
4.
Djoni
Djunaedi. Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
2. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam,2009.h.280-3
5.
David
A Warrell. Guidelines for the Clinical
Management of Snake Bite in the South-East Asia Region . India: World
Health Organization,2005. Diunduh dari : www.who.int
6.
Brian
James Daley. Snakebite. Amerika: Medscape, 2010. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview
7.
Jerry R.
Balentine. Snakebite. Amerika,2011. Diunduh dari : http://www.emedicinehealth.com/snakebite/article_em.htm#Snakebite%20Overview
8.
Iris
Rengganis, Heru Sundaru, Nanang Sukamana, Dina Mahdi. Rejatan anafilaktik. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam,2009.h.257-61
9.
Djoni
Djunaedi. Penatalaksanaan Keracunan Bisa Kaljengking. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam,2009.h.278-9
10. Jacob L. Heller. Snake Bites.
Washington,2010. Diunduh dari: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/animalbites.html
11. Sioux Lembaga Studi Ular
Indonesia. MAKALAH PENGANTAR IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN Ular Indonesia.
Jakarta: 2009. Diunduh dari: www.siouxsnake.blogspot.com
12.
Ular – Wikipedia Indonesia, ensiklopedia
bebas berbahasa Indonesia available at URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Ular
13.
Hafid, Abdul, dkk., editor :
Sjamsuhidajat,R. dan de Jong, Wim, Bab 2 : Luka, Trauma, Syok, Bencana., Buku
Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta, Mei 1997. Hal. 99-100.
14.
Snakebite, 2005 available at
URL : http://www.emedicinehealth.com/snakebite/article_em.htm#Snakebite.
15.
Daley eMedicine – Snakebite :
Article by Brian James, MD, MBA, FACS, 2006 available at URL : http://www.emedicine.com/med/topic2143.htm
16.
MedlinePlus Medical
Encyclopedia: Snake bite, A.D.A.M., Inc. 2006 available at URL : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000031.htm
17.
MedlinePlus Medical Encyclopedia:Snakebite
(poison) treatment – series… A.D.A.M., Inc. 2006, available at URL :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100141_1.htm http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/presentations/100141_2.htm
18.
MedlinePlus Medical
Encyclopedia: Snake bite on the finger, A.D.A.M., Inc. 2006 available at URL : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/2583.ht
19.
Snakes and snake bites, 2005 available at URL
: http://www.netdoctor.co.uk/travel/diseases/snakes_and_snake_bites.htm