posting ini merupakan kelanjutan dari posting saya sebelumnya mengenai penyakit jantung reumatik... baca di sini atau klik ini
Penatalaksanaan penyakit jantung reumatik
Pengunaan obat anti radang berguna untung kenentukan diagnosis pada
keadaan tertentu. Pengunaan anti inflamasi non steroid seperti aspirin yang
memberikan efek penyembuhan pada arthritis dapat menandakan bahwa pada sendi
terserbut terjadi proses perandangan yang mungkin merupakan suatu rekasi
autoimun. Pengobatan anti radang yang lebih kuat seperti steroid amat
bermanfaat untuk mengendalikan perikarditis dan gagal jantung pada karditis
akut, tetapi tidak berpengaruh terhadap sekuele jangka lama demam reumatik
aktif, yaitu insiden penyakit jantung reumatik. Respon yang baik terhadap
steroid tidak berarti memperkuat diagnosis demam reumatik karena kebanyakan
artritis, termasuk artritis septik, berespon baik terhadap steroid, setidaknya
pada stadium awal.
Obat anti radang
seperti salisilat dan steroid harus ditangguhkan bila atralgia atau artritis
yang meragukan merupakan satu-satunya manifestasi, terutama apabila diagnosis
belum pasti. Analgesik murni, seperti asetaminofen dapat digunakan karena dapat
mengendalikan demam dan membuat pasien merasa enak namun tidak sepenuhnya
mengganggu perkembangan poliartritis migrans. Munculnya poliartritis migrans
yang khas dapat menyelesaikan masalah diagnosis. Pasien dengan artritis yang
pasti harus diobati dengan aspirin dalam dosis terbagi 2 minggu, dan 75
mg/kgBB/hari selama 2 samapi 6 minggu berikutnya. Kadang diperlukan dosis yang
lebih besar.
Pada pasien karditis, terutama jika ada
kardiomegali atau gagal jantung, aspirin seringkali tidak cukup mengendalikan
demam, rasa tidak enak serta takikardi. Pasien ini harus ditangani dengan
steroid, prednison adalah steroid terpilih, mulai dengan dosis 2 mg/kgBB/hari
dengan dosis terbagi, maksimum 80 mg/hari. Pada kasus yang sangat akut dan
parah, tetapi harus dimulai dengan metil prednisolon intravena (10 sampai 40
mg), diikuti dengan prednison oral. sesudah 2 sampai 3 minggu prednison dapat
dikurangi bertahap dengan pengurangan dosis harian sebanyak 5 mg setiap 2
samapi 3 hari. Bila penurunan ini dimulai, aspirin dengan dosis 75 mg/kgBB/hari
harus ditambahkan dan dilanjutkan selama 6 minggu setelah prednison dihentikan.
Terapi tumpang tindih ini dapat mengurangi insiden rebound klinis pasca terapi,
yaitu munculnya kembali manifestasi klinis segera setelah terapi dihentikan.
Semua pasien demam reumatik akut harus tirah baring, jika
mungkin di rumah sakit. Tirah baring di rumah sakit untuk pasien demam reumatik
derajat 1 , 2, 3 dan 4 berturut-turut 2, 4, 6,12 minggu. Serta lama rawat jalan
untuk pasien demam reumatik derajat 1,2,3 dan 4 berturut-turut 2, 4, 6, 12
minggu. Karditis hampir selalu terjadi dalam 2-3 minggu sejak dari awal
serangan, hingga pengamatan yang ketat harus dilakukan selama masa tersebut.
Sesudah itu lama dan tingkat tirah baring bervariasi. Tabel berikut merupakan
pedoman umum untuk mendukung rekomendasi tersebut.
Pengobatan
rehabilitatif untuk pasien demam reumatik sesuai dengan derajat penyakitnya.
Untuk pasien demam reumatik derajat 1, kegiatan olahraga dapat dilakukan
setelah 4 minggu pulang perawatan di rumah sakit. Untuk derajat 2, kegiatan
olahraga bukan kompetisi dapat dilakukan setelah 8 minggu pulang perawatan di
rumah sakit. Untuk derajat 3, kegiatan olahraga bukan kompetisi dapat dilakukan
setelah 12 minggu pulang dari rumah sakit. Sedangkan untuk derajat 4 tidak
boleh melakukan kegiatan olahraga.
Komplikasi yang paling sering diketemukan pada penderita
jantung rematik adalah insufisiensi katup mitral. Pada kebanyakan pasien,
penatalaksanaan hanyalah profilaksis terhadap kumat demam reumatik karena lesi
ringan dan ditoleransi dengan baik.agen penurun afterload (hidrazalin dan
captopril) terutama mungkin berguna apabila terjadi gagal jantung, aritmia
maupun endokarditis. Penanganan bedah terindikasi pada penderita yang walaupun
terapi medik cukup, menderita episode gagal jantung berulang, dispnea pada
aktivitas sedang dan kardiomegali progesif. Sering dengan hipertensi pulmonal.
Walaupun anuloplasti memberikan hasil yang baik pada beberapa anak dan remaja,
pengantian katup mungkin diperlukan. Aktivitas tidak harus dibatasi pada anak
yang menderita inkompetensi ringan. Profilaksis terhadap endokarditis bakterial
diperlukan pada penderita ini selama prosedir gigi atau pembedahan lain.
Antibiotik rutin yang diminum oleh penderita untuk profilaksis demam reumatik
tidak cukup untuk mencegah endokarditis.
Pencegahan
Cara pencegahan
sekunder yang diajukan The American Heart Association dan WHO yaitu dengan
pemberian suntikan penisilin berdaya lama setiap bulan. Pada keadaan-keadaan
khusus, atau pada pasien resiko tinggi, suntikan diberikan setiap 3 minggu.
Meskipun nyeri suntikan dapat berlangsung lama, tetapi pasien lebih suka dengan
cara ini karena dapat dengan mudah dan teratur melakukannya satu kali setiap 3
atau 4 minggu, dibandingkan dengan tablet penisilin oral setiap hari. Preparat
sulfa yang tidak efektif untuk pencegahan primer terbukti lebih efektif
dari pada penisilin oral untuk pencegahan sekunder.
Pencegahan
sekunder harus dilanjutkan selama pasien hamil, akan tetapi sebaiknya tidak
dipakai sulfadiazin karena mendatangkan risiko terhadap janin. Remaja biasanya
mempunyai masalah khusus terutama dalam ketaan minum obat, sehingga perlu upaya
khusus terutama dalam ketaatannya minum obat, sehingga perlu upaya khusus
mengingat risiko terjadinya kumat cukup besar. untuk pasien penyakit jantung
reumatik kronik, pencegahan sekunder untuk masa yang lama, bahkan seumur hidup
dapat diperlukan, terutama pada kasus yang berat.
Prognosis
Demem
reumatik tidak akan kambuh bila infeksi streptokokus diatasi. Prognosis sangat
baik bila karditis sembuh pada saat permulaan serangan akut demam reumatik.
Selama 5 tahun pertama perjalanan penyakit demem reumatik dan penyakit janutung
reumatik tidak membaik bila bising organik katup tidak menghilang. Prognosis
memburuk bila gejala karditisnya memberat dan ternyata demam reumatik akut
dengan payah jantung akan sembuh 30% pada 5 tahun dah 40% pada 10 tahun. Data
kesembuhan bertambah dengan pengobatan dan pencegahan skunder yang baik.
Kejadian stenosis mitral sendiri sangat tergantung dari beratnya karditis,
sehingga kerusakan katup mitral selama 5 tahun pertama sangat mempengaruhi
angka kematian demam reumatik.
SEKIAN PEMBAHASAN MAKALAH KESEHATAN,,, PENYAKIT JANTUNG REUMATIK......