POSTING INI MERUPAKAN KELANJUTAN DARI POSTING SAYA SEBELUMNYA MENGENAI PENYEBAB DAN PERJALANAN PENYAKIT IMPETIGO KRUSTOSA... DISINI
I.
Gejala
Klinis
Terdapat 2 bentuk klinik yang dapat dikenali, yaitu
impetigo non-bulosa (impetigo krustosa) dan impetigo bulosa. Impetigo bulosa
disebabkan oleh Staphylococcus.
Sedangkan impetigo non-bulosa mungkin disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus,
atau kedua organisme tersebut bersama-sama2. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada anak-anak dan timbul saat bakteri tersebut digaruk dan
gigitan serangga. Impetigo sering muncul pada musim panas7.
Kelainan kulit didahului warna kemerahan pada kulit
(makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter < 0.5 cm) yang
berukuran 2-5 mm. Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustul (papul yang
berwarna keruh/mengandung nanah/pus) berdinding tipis yang mudah pecah dan
menjadi papul dengan krusta/keropeng/koreng berwarna kuning madu, lembut tetapi
tebal dan lengket yang berukuran < 2 cm (honey
colored) dengan kulit di sekitar dan di bawah krusta berwarna kemerahan dan
basah, biasanya disertai lesi satelit. Jika krusta dilepas tampak erosi di
bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.
Walaupun tidak jarang terlihat, lesi paling dini ditandai vesikel dengan halo
eritematus1,3,6,10. Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah
krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar ke daerah sekitarnya dengan
sendirinya secara autoinokulasi5,10.
Gambar 1 impetigo nonbulosa (krusta)
|
Lesi dapat muncul pada kulit yang normal atau kulit
yang kena trauma sebelumnya atau mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies,
varisela, dermatitis atopi) dan dapat menyebar dengan cepat. Jika dibiarkan
tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan diri sendiri
(digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga menegenai tempat lain). Lalu
dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu tanpa jaringan parut.
Kadang kelenjar getah bening dapat membesar dan dapat nyeri pada wajah atau
leher7,10. Pembesaran kelenjar limfe regional lebih sering
disebabkan oleh Streptococcus5.
Tempat predileksi tersering pada impetigo krustosa
adalah di muka, yakni di sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber
infeksi dari daerah tersebut. Tempat lain yang mungkin terkena, yaitu daerah tubuh
yang sering terbuka (tungkai dan lengan, kecuali telapak tangan dan kaki),
daerah belakang telinga, leher dan badan (dada bagian atas)1,2,3,7,10,13.
Gambar 2. Impetigo krustosa pada: a. Mulut. b. Belakang telinga. c.
Lutut. d. Wajah. e. Lubang hidung.
|
1. Gram-stain
Bila diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan
pengecatan gram untuk menyingkirkan diagnosa banding dengan gangguan infeksi
gram negatif. Bisa dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk
membedakan antara Staphylokokus dan Streptokokus. Pada pewarnaan gram akan
memperlihatkan neutrofil dengan kuman gram-positif di dalam rantai atau
kelompok3,4,5,14.
2. Kultur bakteri
Kultur akan memperlihatkan S.aureus, kebanyakan merupakan kombinasi dengan S.pyogenes atau GABHS yang lain, tetapi
kadang timbul sendiri4,14. Kultur bakteri juga dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
jika lesi imeptigo pecah, jika ada glomerulonefritis poststreptokokus. Eksudat
diambil dari bawah krusta untuk dilakukan kultur. Kultur bakteri pada lubang
hidung terkadang dibutuhkan untuk menentukkan seseorang S.aureus karier atau
bukan. Jika pada kultur tersebut negatif dan penderita persisten terhadap
timbulnya impetigo, maka kultur bakteri harus dilakukan pada aksila, faring dan
perineum. Pada penderita dengan status S.aureus karier yang negatif dan tidak
mempunyai faktor predisiposisi dapat dilakukan pemeriksaan level serum IgM.
Pemeriksaan level serum IgA, IgM, dan IgG juga dapat dilakukan untuk mengetahui
imunodefisiensi yang lain12.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pada darah tepi terdapat leukositosis pada hampir
50% kasus impetigo, terutama pada infeksi yang disebabkan streptokok. Level
Anti DNAase (Antideoksiribonuklease) B meningkat cukup signifikan pada pasien
impetigo streptokok. Urinalisis perlu dilakukan untuk mengevaluasi
glomerulonefritis poststreptokokus jika pada pasien timbul edema dan
hipertensi. Hematuria, proteinuria, cylindruria
merupakan indikator terlibatnya ginjal12.
4. Pemeriksaan lainnya
Selain itu dapat juga dilakukan biakan bakteriologis
eksudat besi; biakan sekret dalam media agar darah, dilanjutkan dengan tes
resistensi. Biopsi dapat diindikasikan8.
Tes yang lainnya berupa :
- Titer
Antistreptolysin-O (ASO) memberikan positif lemah terhadap streptokokus, tapi
ini jarang dilakukan.
- Streptozyme : positif untuk Streptokokus, tapi
jarang dilakukan4
5. Gambaran Histopatologi
Berupa peradangan superfisial folikel pilosebasea
bagian atas. Terbentuk bula atau vesikopustula subkornea yang berisi kokus
serta debris berupa leukosit dan sel epidermis. Pada lapisan dermis didapatkan
reaksi peradangan ringan berupa dilatasi pembuluh darah, edema, dan infiltrasi
PMN.
Gambar Histopatologi Impetigo |
3. Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada umur penderita, yang
biasanya anak-anak, dan krusta yang melekat ke dasarnya, berwarna kuning madu,
dengan erupsi vesikel yang mengeluarkan sekret, serta distribusi di muka,
lengan dan tungkai. Untuk menegakkan diagnosis impetigo di samping temuan
klinik juga perlu dilakukan pewarnaan Gram (Gram-stain), kultur, sediaan apus,
biakan dan tes resistensi kuman.
4. Diagnosis Banding atau penyakit yang mirip
1. Ektima : predileksi di tungkai bawah,
dasarnya ialah ulkus. Lesi lebih besar, lebih dalam dan peradangan lebih hebat
ditutupi krusta yang keras (luka dengan dasar dan dinding), jika diangkat akan
berdarah secara difus, dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan
jaringan parut bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis). Lebih sering
menimbulkan limfadenitis dan kadang merupakan komplikasi dari impetigoGambar Ektima |
Gambar Dermatitis atopik
|
Gambar 8.3 Kandidiasis
|
4. Dermatitis kontak :
gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan zat-zat yang mengiritasi
Gambar Dermatitis kontak
|
Gambar Diskoid lupus eritomatosa |
Gambar Herpes simpleks |
Gambar Insect bite |
Gambar Skabies |
Gambar Varisela |
10. Impetigenisasi : pioderma sekunder, prosesnya
menahun sering masih tampak penyakit
dasarnya. Terdapat pus, pustul, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran
KGB regional, leukositosis, dapat pula disertai demam.
11. Pemfigus foliaseus : mempunyai gambaran klinik
dan histopatologi yang serupa dengan impetigo. Serum dan krusta yang kadang
bersamaan dengan vesikel, biasanya dimulai pada wajah dengan bentuk/distribusi
seperti kupu-kupu atau pada kepala, dada, dan punggung bagian atas dengan
gambaran klinik eritema, skuama, krusta atau terkadang terdapat bula. Pemfigus
foliaseus sering terdapat pada orang dewasa.
Gambar Pemfigus foliaseus
|
Gambar Sweet’s Syndrome |
DEMIKIAN DULU POSTING SAYA KALI INI... UNTUK KELANJUTANNYA AKAN DI JELASKAN MENGENAI PENGOBATAN IMPETIGO KRUSTOSA DI SINI
ATAU DISINI